Bogor (ANTARA) - Salah satu ahli penyakit saraf (neurolog) Indonesia, yakni dr Andreas Harry SpS (K) diundang lagi mengikuti konferensi internasional tentang penyakit Alzheimer di Amsterdam, Belanda, setelah dua tahun kegiatan tahunan itu tidak bisa berlangsung karena pandemi COVID-19.

"Konferensi ini diikuti ribuan peserta, baik peneliti dunia maupun klinisi kedokteran dari seluruh dunia dan berlangsung tiap tahun secara bergantian di kawasan Eropa dan Amerika Serikat," katanya saat menghubungi ANTARA dari Amsterdam, Selasa (18/7) malam.

Untuk tahun depan, konferensi akan diselenggarakan di Philadelphia, Amerika Serikat pada 29 Juli hingga 1 Agustus 2024.

Ia menjelaskan konferensi tahunan yang diselenggarakan The Alzheimer`s Association International Conference (AAIC) pada 2023 dilaksanakan di Amsterdam, Belanda sejak Sabtu (15/7) hingga Kamis (20/7) mendatang.

Topik utama yang dibahas dalam konferensi itu, kata dia, adalah menyangkut imunoterapi.

"Para peneliti terus mencari pengobatan dan terapi terbaik untuk Alzheimer dengan mengikat, menghancurkan dan memberhentikan produk protein gen beta amyloid 40 dan 42 di dalam otak sebagai penyebab progresif demensia dan dalam waktu singkat menyebabkan kematian," kata neurolog lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Jawa Timur itu.

Bahkan, kata dia, saat ini telah ditemukan beta amyloid 56 yang lebih "toxic".

Tentang pembahasan mengenai neuropathology sebagai penyebab kemunduran daya ingat, kata dia, masih berkisar mengenai hipotesa "amyloid cascade" pada familial alzheimer (prevalensi 10 persen).

Sedangkan pada "sporadic alzheimer" (prevalensi 90 persen) dengan hipotesa "mitochondria cascade".

Topik utama lainnya yang dibahas pada Selasa (18/7) malam ini, katanya, adalah terkait "biomarker test".

"Itu untuk mendiagnosa pasti penyakit Alzheimer lewat darah dan atau liquor (cairan otak)," demikian Andreas Harry.



 

Pewarta : M Fikri Setiawan
Editor : Riza Fahriza
Copyright © ANTARA 2024