Banda Aceh (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) menyebut bencana kebakaran permukiman paling banyak terjadi di provinsi itu selama semester I tahun 2023, dengan total kerugian diperkirakan mencapai Rp59 miliar.

“Kebakaran permukiman masih mendominasi, sebanyak 103 kali kejadian, dengan total 293 rumah terbakar. Jumlah kerugian akibat bencana ini sekitar Rp59 miliar,” kata Kepala Pelaksana BPBA Ilyas di Banda Aceh, Jumat.

Ia menjelaskan, BPBA mencatat sebanyak 270 kejadian bencana alam yang terjadi di Tanah Rencong itu selama periode Januari-Juli 2023. Dengan total kerugian ditaksir mencapai Rp155 miliar dan lima orang korban jiwa. Selain kebakaran permukiman, kata dia, pihaknya juga mencatat 69 kali kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) dengan luas lahan terbakar 220 hektare. Selain itu, peristiwa angin puting beliung sebanyak 32 kali yang merusak 153 rumah warga, dan satu kali kejadian banjir bandang yang merusak lima unit jembatan di wilayah Aceh.

Selanjutnya, kata dia, BPBA juga mencatat kejadian banjir sebanyak 45 kali yang terdampak pada 7.138 unit rumah, 16 sekolah, 3.445 hektare sawah dan tujuh tanggul rusak. Serta dua kali peristiwa abrasi yang merusak dua jembatan di Aceh.

Dari semua bencana itu, kata Ilyas, tercatat lima orang meninggal dunia, dua orang luka-luka, serta sebanyak 7.555 unit rumah dan 3111.377 jiwa dalam 3.710 kepala keluarga yang terdampak bencana. “Semua bencana ini juga berdampak pada 25 sarana pendidikan dan 17 sarana ibadah. Berdampak juga pada 98 ruko (rumah toko), delapan jembatan, tujuh tanggul dan 313 meter badan jalan akibat banjir dan longsor,” ujarnya.

Menurut Ilyas, intensitas kejadian bencana dari pada semester I tahun ini mengalami penurunan jumlah kejadian bencana jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. “Pada periode yang sama tahun 2022 jumlah kejadian bencana mencapai 283 kali kejadian sedangkan di tahun 2023 terjadi hanya 270 kali kejadian,” ujarnya.

Karena itu, BPBA bersama unsur terkait dengan masyarakat terus berupaya dengan berbagai program dalam peningkatan mitigasi bencana, agar jumlah kejadian bencana di Aceh dapat terus menurun dari tahun ke tahun.

Baca juga: Pengelola TNGR turunkan petugas padamkan kebakaran kawasan hutan Bukit Kondo
Baca juga: Sebanyak 16 kepala keluarga Tambelan Bintan terdampak kebakaran sudah mengungsi

Dalam pengurangan risiko bencana, dia berharap, dapat terwujud sebuah langkah pemberdayaan masyarakat yang akan berfokus pada kegiatan partisipatif dalam melakukan kajian, perencanaan, pengorganisasian, serta aksi yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan. “Sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat yang mampu mengelola lingkungan dan mengurangi risiko bencana serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat Aceh,” ujarnya.

 

Pewarta : Khalis Surry
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024