Padang (ANTARA) - Koordinator Bidang Observasi dan Informasi BMKG Stasiun BIM, Yudha Nugraha, mengingatkan potensi hujan ekstrem yang memicu banjir masih bisa terjadi di kawasan pesisir Sumatera Barat (Sumbar) meskipun ada fenomena El Nino.
"Pada umumnya El Nino menyebabkan kekeringan karena curah hujan rendah. Tapi khusus untuk wilayah pesisir Sumbar, potensi hujan ekstrem masih tetap ada," katanya di Padang, Kamis.
Hal itu, kata dia, disebabkan kawasan pesisir Sumbar mulai dari Pesisir Selatan, Padang, Padang Pariaman, Pariaman, Agam, hingga Pasaman, berhadapan langsung dengan laut yang menjadi penyuplai utama uap air. "Jadi meskipun terjadi kondisi kering karena tidak terjadi hujan yang cukup lama, tetapi potensi terjadinya hujan ekstrem masih ada," katanya.
BMKG mencatat sejak Juli 2023, fenomena El Nino secara umum sudah dirasakan di Sumbar. Kondisi kejadian hari hujan lebih sedikit pada hampir sebagian besar wilayah provinsi itu. Namun untuk wilayah pesisir barat, kata dia, terjadi anomali karena secara akumulasi curah hujan juga meningkat lebih dari 300 ml.
"Anomali ini kembali ke sebab yang tadi, karena wilayahnya langsung berbatasan dengan laut, penyuplai terbesar uap air. Setelah beberapa hari cuaca panas terik, bisa tiba-tiba terjadi hujan ekstrem yang memicu banjir," katanya.
Baca juga: Kementan meminta NTB tingkatkan kewaspadaan hadapi El Nino
Baca juga: Tangerang siapkan langkah strategis antisipasi El Nino
Karakteristik kawasan pesisir Sumbar yang unik tersebut, menurutnya, harus menjadi perhatian pemerintah daerah (pemda) karena potensi bencana yang bisa terjadi menjadi lebih banyak. "Pada satu saat bisa terjadi kebakaran hutan karena kekeringan, namun ada pula ancaman hujan ekstrem hingga banjir karena anomali cuaca," katanya.
"Pada umumnya El Nino menyebabkan kekeringan karena curah hujan rendah. Tapi khusus untuk wilayah pesisir Sumbar, potensi hujan ekstrem masih tetap ada," katanya di Padang, Kamis.
Hal itu, kata dia, disebabkan kawasan pesisir Sumbar mulai dari Pesisir Selatan, Padang, Padang Pariaman, Pariaman, Agam, hingga Pasaman, berhadapan langsung dengan laut yang menjadi penyuplai utama uap air. "Jadi meskipun terjadi kondisi kering karena tidak terjadi hujan yang cukup lama, tetapi potensi terjadinya hujan ekstrem masih ada," katanya.
BMKG mencatat sejak Juli 2023, fenomena El Nino secara umum sudah dirasakan di Sumbar. Kondisi kejadian hari hujan lebih sedikit pada hampir sebagian besar wilayah provinsi itu. Namun untuk wilayah pesisir barat, kata dia, terjadi anomali karena secara akumulasi curah hujan juga meningkat lebih dari 300 ml.
"Anomali ini kembali ke sebab yang tadi, karena wilayahnya langsung berbatasan dengan laut, penyuplai terbesar uap air. Setelah beberapa hari cuaca panas terik, bisa tiba-tiba terjadi hujan ekstrem yang memicu banjir," katanya.
Baca juga: Kementan meminta NTB tingkatkan kewaspadaan hadapi El Nino
Baca juga: Tangerang siapkan langkah strategis antisipasi El Nino
Karakteristik kawasan pesisir Sumbar yang unik tersebut, menurutnya, harus menjadi perhatian pemerintah daerah (pemda) karena potensi bencana yang bisa terjadi menjadi lebih banyak. "Pada satu saat bisa terjadi kebakaran hutan karena kekeringan, namun ada pula ancaman hujan ekstrem hingga banjir karena anomali cuaca," katanya.