Banyuwangi (ANTARA) - Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman memuji toleransi keberagaman di "Kampung Pancasila" Desa Patoman, Kecamatan Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
"Luar biasa di desa ini ada banyak agama tapi bisa hidup rukun. Inilah cerminan sila-sila Pancasila dalam kehidupan nyata," kata Jenderal Dudung saat berkunjung ke Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu.
Desa Patoman dikenal memiliki toleransi yang sangat kuat, kendati berasal dari latar belakang agama dan suku yang berbeda, namun masyarakat di desa itu tetap hidup rukun dan harmonis. Ada sekitar 5 ribu penduduk dengan berbagai latar belakang yang berbeda di "Kampung Pancasila" itu.
Mereka berasal dari suku Osing, Jawa, Madura, dan Bali. Agama mereka pun beragam meliputi Islam, Kristen, Budha, dan Hindu. Meski dengan latar belakang yang berbeda-beda, warga hidup berdampingan selama puluhan tahun. Jenderal Dudung menyampaikan bahwa keberagaman dan perbedaan menjadi indah jika dibalut dengan kesatuan dan gotong-royong.
Ia juga berharap kerukunan yang ada di "Kampung Pancasila" Desa Patoman menjadi contoh daerah-daerah lain di Indonesia. Dudung menceritakan, saat ia masih menjabat sebagai Pangdam Jaya tahun 2020-2021 mencanangkan penerapan "Kampung Pancasila" di wilayahnya.
"Ketika menjadi KSAD saya sosialisasikan ke seluruh jajaran di wilayah harus ada 'Kampung Pancasila'. Republik ini diperjuangkan dan merdeka karena oleh banyak agama, suku, dan golongan, bukan hasil satu golongan saja. Pondasinya negara kita kebhinnekaan, tiangnya persatuan, atapnya NKRI. Ini yang bikin negara kita kokoh," kata Jenderal Dudung.
Selain mengagumi toleransi masyarakat Banyuwangi, Jenderal Dudung juga mengapresiasi pesatnya pembangunan Banyuwangi sejak 13 tahun terakhir. Dudung mengaku bukan pertama kali datang ke Banyuwangi, sebelumnya ia juga pernah ke kabupaten ujung timur Pulau Jawa itu saat masih berpangkat Brigadir Jenderal. Dia melihat banyak perkembangan pesat, terutama penerapan digitalisasi di berbagai sektor. "Saya sudah melihat sendiri pesatnya perkembangan Banyuwangi, bagaimana digitalisasi diterapkan dalam berbagai sektor," ujarnya.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menjelaskan bahwa "Kampung Pancasila" merupakan desa yang heterogen, walaupun dihuni oleh warga dari berbagai latar belakang berbeda masyarakat hidup tenang, damai dan kondusif. "Secara alami, seluruh warga hidup bersama-sama baik dari hal keagamaan, sosial dan budaya," ujarnya.
Baca juga: Megawati Soekarnoputri mengajak masyarakat populerkan "Salam Pancasila"
Baca juga: Pemilu wujud taat terhadap Pancasila dan UUD 45
Di Desa Patoman, lanjut Ipuk, warga juga saling membantu saat acara satu keagamaan digelar, seperti saat warga Muslim merayakan Idul Fitri dan menggelar pengajian, umat Hindu turut menjaga keamanan di desa. "Apa yang dilakukan oleh warga Desa Patoman merupakan cerminan dari pelaksanaan sila-sila dalam Pancasila," kata Ipuk. Dalam kunjungan Jenderal Dudung ke Banyuwangi, juga didampingi Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Farid Makruf, Danrem 083/Baladhika Jaya Kol Inf Jamaludin.
"Luar biasa di desa ini ada banyak agama tapi bisa hidup rukun. Inilah cerminan sila-sila Pancasila dalam kehidupan nyata," kata Jenderal Dudung saat berkunjung ke Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu.
Desa Patoman dikenal memiliki toleransi yang sangat kuat, kendati berasal dari latar belakang agama dan suku yang berbeda, namun masyarakat di desa itu tetap hidup rukun dan harmonis. Ada sekitar 5 ribu penduduk dengan berbagai latar belakang yang berbeda di "Kampung Pancasila" itu.
Mereka berasal dari suku Osing, Jawa, Madura, dan Bali. Agama mereka pun beragam meliputi Islam, Kristen, Budha, dan Hindu. Meski dengan latar belakang yang berbeda-beda, warga hidup berdampingan selama puluhan tahun. Jenderal Dudung menyampaikan bahwa keberagaman dan perbedaan menjadi indah jika dibalut dengan kesatuan dan gotong-royong.
Ia juga berharap kerukunan yang ada di "Kampung Pancasila" Desa Patoman menjadi contoh daerah-daerah lain di Indonesia. Dudung menceritakan, saat ia masih menjabat sebagai Pangdam Jaya tahun 2020-2021 mencanangkan penerapan "Kampung Pancasila" di wilayahnya.
"Ketika menjadi KSAD saya sosialisasikan ke seluruh jajaran di wilayah harus ada 'Kampung Pancasila'. Republik ini diperjuangkan dan merdeka karena oleh banyak agama, suku, dan golongan, bukan hasil satu golongan saja. Pondasinya negara kita kebhinnekaan, tiangnya persatuan, atapnya NKRI. Ini yang bikin negara kita kokoh," kata Jenderal Dudung.
Selain mengagumi toleransi masyarakat Banyuwangi, Jenderal Dudung juga mengapresiasi pesatnya pembangunan Banyuwangi sejak 13 tahun terakhir. Dudung mengaku bukan pertama kali datang ke Banyuwangi, sebelumnya ia juga pernah ke kabupaten ujung timur Pulau Jawa itu saat masih berpangkat Brigadir Jenderal. Dia melihat banyak perkembangan pesat, terutama penerapan digitalisasi di berbagai sektor. "Saya sudah melihat sendiri pesatnya perkembangan Banyuwangi, bagaimana digitalisasi diterapkan dalam berbagai sektor," ujarnya.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menjelaskan bahwa "Kampung Pancasila" merupakan desa yang heterogen, walaupun dihuni oleh warga dari berbagai latar belakang berbeda masyarakat hidup tenang, damai dan kondusif. "Secara alami, seluruh warga hidup bersama-sama baik dari hal keagamaan, sosial dan budaya," ujarnya.
Baca juga: Megawati Soekarnoputri mengajak masyarakat populerkan "Salam Pancasila"
Baca juga: Pemilu wujud taat terhadap Pancasila dan UUD 45
Di Desa Patoman, lanjut Ipuk, warga juga saling membantu saat acara satu keagamaan digelar, seperti saat warga Muslim merayakan Idul Fitri dan menggelar pengajian, umat Hindu turut menjaga keamanan di desa. "Apa yang dilakukan oleh warga Desa Patoman merupakan cerminan dari pelaksanaan sila-sila dalam Pancasila," kata Ipuk. Dalam kunjungan Jenderal Dudung ke Banyuwangi, juga didampingi Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Farid Makruf, Danrem 083/Baladhika Jaya Kol Inf Jamaludin.