Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, segera merenovasi Rumah Potong Hewan (RPH) Majeluk pada triwulan IV 2023 setelah rusak terdampak bencana angin puting beliung pada Desember 2022.
Sekretaris Dinas Pertanian (Distan) Kota Mataram Hj Tri Utami di Mataram, Kamis, mengatakan pihaknya sudah mengajukan anggaran untuk perbaikan RPH itu.
"Untuk renovasi, kami sudah usulkan anggaran Rp150 juta melalui APBD Perubahan 2023," katanya.
Menurutnya, anggaran renovasi tersebut terkesan terlambat diusulkan karena saat itu masih dilakukan koordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Awalnya karena kerusakan bagian depan RPH Majeluk disebabkan bencana puting beliung sehingga diperkirakan bisa menggunakan dana tanggap darurat melalui biaya tak terduga (BTT).
"Tetapi setelah dilakukan koordinasi dan konsultasi anggaran, ternyata penggunaan BTT tidak memungkinkan sehingga diputuskan untuk menggunakan dana APBD," katanya.
Namun demikian, katanya, kerusakan RPH Majeluk tidak mengganggu aktivitas pemotongan hewan setiap hari sebab akibat angin puting beliung terjadi kerusakan pada pagar tembok keliling bagian depan, dan atap ruang tamudan gapura pintu masuk.
"Karena itulah, anggaran yang kita usulkan Rp150 juta itu hanya untuk memperbaiki bagian-bagian yang terdampak saja," katanya.
Sementara bagian dalam RPH Majeluk dinilai masih layak, hanya saja perlu penggantian beberapa titik atap yang bocor.
"Untuk atap yang bocor di bagian dalam, Insyaallah bisa terakomodasi untuk diganti sekalian," katanya.
RPH Majeluk merupakan salah satu dari dua RPH yang ada di Kota Mataram. Satu RPH lagi berada di Gubuk Mamben Sekarbela, dengan rata-rata pemotongan sehari sekitar 15-20 ekor pada hari-hari normal.
Sekretaris Dinas Pertanian (Distan) Kota Mataram Hj Tri Utami di Mataram, Kamis, mengatakan pihaknya sudah mengajukan anggaran untuk perbaikan RPH itu.
"Untuk renovasi, kami sudah usulkan anggaran Rp150 juta melalui APBD Perubahan 2023," katanya.
Menurutnya, anggaran renovasi tersebut terkesan terlambat diusulkan karena saat itu masih dilakukan koordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Awalnya karena kerusakan bagian depan RPH Majeluk disebabkan bencana puting beliung sehingga diperkirakan bisa menggunakan dana tanggap darurat melalui biaya tak terduga (BTT).
"Tetapi setelah dilakukan koordinasi dan konsultasi anggaran, ternyata penggunaan BTT tidak memungkinkan sehingga diputuskan untuk menggunakan dana APBD," katanya.
Namun demikian, katanya, kerusakan RPH Majeluk tidak mengganggu aktivitas pemotongan hewan setiap hari sebab akibat angin puting beliung terjadi kerusakan pada pagar tembok keliling bagian depan, dan atap ruang tamudan gapura pintu masuk.
"Karena itulah, anggaran yang kita usulkan Rp150 juta itu hanya untuk memperbaiki bagian-bagian yang terdampak saja," katanya.
Sementara bagian dalam RPH Majeluk dinilai masih layak, hanya saja perlu penggantian beberapa titik atap yang bocor.
"Untuk atap yang bocor di bagian dalam, Insyaallah bisa terakomodasi untuk diganti sekalian," katanya.
RPH Majeluk merupakan salah satu dari dua RPH yang ada di Kota Mataram. Satu RPH lagi berada di Gubuk Mamben Sekarbela, dengan rata-rata pemotongan sehari sekitar 15-20 ekor pada hari-hari normal.