Sembalun, Lombok Timur (ANTARA) - Kunjungan wisatawan ke di destinasi wisata Sembalun, Kawasan Rinjani Kabupaten Lombok Timur menggeliat setelah dua tahun terakhir jalan di tempat akibat dampak COVID-19.
Pemilik Joglo Sembalun Ceria Gifari di Sembalun, Minggu, mengakui saat ini destinasi mulai Sembalun mulai menggeliat kembali meski belum seramai saat sebelum kawasan itu dilanda oleh gempa 2018 dilanjutkan pandemi COVID-19. "Memang saat ini sudah mulai normal kedatangan wisatawan, tapi belum seramai saat sebelum gempa dan pandemi COVID-19," ujarnya.
Ia mengatakan untuk hunian kamar homestay saja bisa sampai 70 persen, sedangkan untuk hotel besar 50 persen. "Paling ramai ini saat akhir pekan hari Sabtu dan Minggu," ucap Gifari.
Derma Express
Untuk tamu rata-rata masih di dominasi tamu lokal dan domestik di luar NTB, seperti dari Pulau Jawa. Sedangkan untuk wisatawan mancanegara kebanyakan berasal dari Eropa, seperti Prancis, Belanda, Inggris, dan Jerman. "Kalau Asia ini yang banyak dari Malaysia, kemudian Singapura," terangnya.
Gifari menyebutkan untuk tarif per kamar rata-rata di jual di kisaran dari yang terendah Rp250 ribu hingga yang tertinggi Rp2,5 juta. "Kalau lagi ramai itu harganya bisa sampai Rp350 ribu untuk homestay dan hotel Rp3,5 juta," ujar Gifari.
Ia menambahkan berbicara destinasi paling banyak wisatawan ingin melihat dan mendaki Gunung Rinjani sebagai ikon utamanya, setelah itu mengunjungi lahan pertanian milik masyarakat setempat terutama untuk memetik buah strawberry dan sayur mayur untuk di bawa pulang sebagai oleh-oleh.
"Selain memang alam, sekarang banyak destinasi buatan yang di bangun di Sembalun. Ini jadi pilihan lain yang dikunjungi wisatawan, terutama lokal NTB," katanya.
Hal senada juga disampaikan salah satu pemilik perkebunan strawberry Doni. Di lokasinya menanam strawberry ramai dikunjungi wisatawan meskipun ramainya pada saat hari libur, seperti Sabtu dan Minggu. "Memang geliat ramai wisatawan sudah ada, cuman belum normal saat sebelum gempa," ujarnya.
Baca juga: Kunjungan wisatawan ke kaki Gunung Rinjani menggeliat
Baca juga: HUT RI, Lombok Tengah mengibarkan bendera di pelawangan Gunung Rinjani
Untuk pendapatan Doni mengaku belum seberapa karena dirinya masih mengelola lahan-nya sebagai tempat kunjungan wisatawan dengan cara sederhana. "Kalau lagi sepi itu hanya bisa sampai Rp500 ribu, tapi kalau ramai bisa sampai Rp2 juta. Tapi karena masih sederhana kita kelola jadi uang di dapat itu cukup untuk beli modal pupuk," katanya.
Pemilik Joglo Sembalun Ceria Gifari di Sembalun, Minggu, mengakui saat ini destinasi mulai Sembalun mulai menggeliat kembali meski belum seramai saat sebelum kawasan itu dilanda oleh gempa 2018 dilanjutkan pandemi COVID-19. "Memang saat ini sudah mulai normal kedatangan wisatawan, tapi belum seramai saat sebelum gempa dan pandemi COVID-19," ujarnya.
Ia mengatakan untuk hunian kamar homestay saja bisa sampai 70 persen, sedangkan untuk hotel besar 50 persen. "Paling ramai ini saat akhir pekan hari Sabtu dan Minggu," ucap Gifari.
Untuk tamu rata-rata masih di dominasi tamu lokal dan domestik di luar NTB, seperti dari Pulau Jawa. Sedangkan untuk wisatawan mancanegara kebanyakan berasal dari Eropa, seperti Prancis, Belanda, Inggris, dan Jerman. "Kalau Asia ini yang banyak dari Malaysia, kemudian Singapura," terangnya.
Gifari menyebutkan untuk tarif per kamar rata-rata di jual di kisaran dari yang terendah Rp250 ribu hingga yang tertinggi Rp2,5 juta. "Kalau lagi ramai itu harganya bisa sampai Rp350 ribu untuk homestay dan hotel Rp3,5 juta," ujar Gifari.
Ia menambahkan berbicara destinasi paling banyak wisatawan ingin melihat dan mendaki Gunung Rinjani sebagai ikon utamanya, setelah itu mengunjungi lahan pertanian milik masyarakat setempat terutama untuk memetik buah strawberry dan sayur mayur untuk di bawa pulang sebagai oleh-oleh.
"Selain memang alam, sekarang banyak destinasi buatan yang di bangun di Sembalun. Ini jadi pilihan lain yang dikunjungi wisatawan, terutama lokal NTB," katanya.
Hal senada juga disampaikan salah satu pemilik perkebunan strawberry Doni. Di lokasinya menanam strawberry ramai dikunjungi wisatawan meskipun ramainya pada saat hari libur, seperti Sabtu dan Minggu. "Memang geliat ramai wisatawan sudah ada, cuman belum normal saat sebelum gempa," ujarnya.
Baca juga: Kunjungan wisatawan ke kaki Gunung Rinjani menggeliat
Baca juga: HUT RI, Lombok Tengah mengibarkan bendera di pelawangan Gunung Rinjani
Untuk pendapatan Doni mengaku belum seberapa karena dirinya masih mengelola lahan-nya sebagai tempat kunjungan wisatawan dengan cara sederhana. "Kalau lagi sepi itu hanya bisa sampai Rp500 ribu, tapi kalau ramai bisa sampai Rp2 juta. Tapi karena masih sederhana kita kelola jadi uang di dapat itu cukup untuk beli modal pupuk," katanya.