Makassar (ANTARA) - Kawasan mangrove di Desa Lantebung, Kecamatan Tamalanrea, Makassar menjadi laboratorium ekososial untuk pengembangan mangrove.
"Kawasan mangrove Lantebung yang kini menjadi kawasan ekowisata, sebenarnya diperkuat oleh kekuatan ekososial yang terbangun di masyarakat Lantebung Kelurahan Bira Kecamatan Tamalanrea di Makassar," kata narasumber dari Klikhijau, Arman Jaya di sela kegiatan Hutan Merdeka V di Makassar, Jumat.
Dia mengatakan, masyarakat Lantebung yang telah berhasil merawat dan mengembangkan mangrove dan menjadi kawasan wisata tidak terlepas dari kekuatan sosial dan ekonomi yang sama-sama berangkat dari bawah untuk maju menjadikan kawasan itu sebagai potensi ekonomi.
"Tentu meraih ini tidaklah mudah karena masyarakat Lantebung dikenal gigih memperjuangkan lahan mangrove yang sempat diduduki oleh suatu perusahaan," katanya.
Namun karena kegigihannya akhirnya kawasan mangrove tersebut yang diusahakan dan diprakarsai oleh masyarakat setempat akhirnya berhasil menang di pengadilan.
Sementara dalam perkembangannya, telah lantai bung menjadi lokasi ekowisata, warga yang berada di kawasan tersebut cepat beradaptasi melakukan transformasi kepada anak-anaknya agar memberikan pelayanan terbaik kepada pengunjung.
Termasuk melanjutkan pengembangan ekowisata Lantebung kepada generasi berikutnya melalui lembaga Ikatan Keluarga Lantebung (IKAL) ini dengan suasana kesederhanaan dan kekeluargaan telah menularkan kecintaan terhadap alam pada anak-anaknya.
Karena itu, dari hasil kesimpulan masyarakat kampus yang meriset kondisi sosial budaya masyarakat wilayah pesisir, partisipasi masyarakat terhadap kawasan hutan mangrove ataupun hubungan timbal baliknya.
Termasuk bagaimana mangrove berpartisipasi pada ruang hidup secara otomatis menjadikan kawasan dan masyarakat Lantebung sebagai laboratorium ekososial.
Hal itu juga diakui Kadis Perikanan dan Kelautan Sulsel M Ilyas yang juga menjadikan Kawasan Ekowisata Lantebung sebagai wilayah binaan dan dampingan.
Baca juga: Wapala Unram memeriahkan HUT RI dengan tanam mangrove di Sekotong
Baca juga: Balikpapan menanam bakau hasil dari konversi sampah
"Potensi ekowisata Lantebung ini juga telah mendorong masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya selaku masyarakat pesisir, karena kami turut mendorong dengan melakukan pendampingan," katanya.
Suasana Kawasan ekowisata Lantebung yang digunakan untuk kegiatan Hutan Merdeka V yang digagas masyarakat Lantebung, Kelurahan Bira, Kecamatan Tamalanrea, Makassar. Antara/ HO-Arman Jaya
"Kawasan mangrove Lantebung yang kini menjadi kawasan ekowisata, sebenarnya diperkuat oleh kekuatan ekososial yang terbangun di masyarakat Lantebung Kelurahan Bira Kecamatan Tamalanrea di Makassar," kata narasumber dari Klikhijau, Arman Jaya di sela kegiatan Hutan Merdeka V di Makassar, Jumat.
Dia mengatakan, masyarakat Lantebung yang telah berhasil merawat dan mengembangkan mangrove dan menjadi kawasan wisata tidak terlepas dari kekuatan sosial dan ekonomi yang sama-sama berangkat dari bawah untuk maju menjadikan kawasan itu sebagai potensi ekonomi.
"Tentu meraih ini tidaklah mudah karena masyarakat Lantebung dikenal gigih memperjuangkan lahan mangrove yang sempat diduduki oleh suatu perusahaan," katanya.
Namun karena kegigihannya akhirnya kawasan mangrove tersebut yang diusahakan dan diprakarsai oleh masyarakat setempat akhirnya berhasil menang di pengadilan.
Sementara dalam perkembangannya, telah lantai bung menjadi lokasi ekowisata, warga yang berada di kawasan tersebut cepat beradaptasi melakukan transformasi kepada anak-anaknya agar memberikan pelayanan terbaik kepada pengunjung.
Termasuk melanjutkan pengembangan ekowisata Lantebung kepada generasi berikutnya melalui lembaga Ikatan Keluarga Lantebung (IKAL) ini dengan suasana kesederhanaan dan kekeluargaan telah menularkan kecintaan terhadap alam pada anak-anaknya.
Karena itu, dari hasil kesimpulan masyarakat kampus yang meriset kondisi sosial budaya masyarakat wilayah pesisir, partisipasi masyarakat terhadap kawasan hutan mangrove ataupun hubungan timbal baliknya.
Termasuk bagaimana mangrove berpartisipasi pada ruang hidup secara otomatis menjadikan kawasan dan masyarakat Lantebung sebagai laboratorium ekososial.
Hal itu juga diakui Kadis Perikanan dan Kelautan Sulsel M Ilyas yang juga menjadikan Kawasan Ekowisata Lantebung sebagai wilayah binaan dan dampingan.
Baca juga: Wapala Unram memeriahkan HUT RI dengan tanam mangrove di Sekotong
Baca juga: Balikpapan menanam bakau hasil dari konversi sampah
"Potensi ekowisata Lantebung ini juga telah mendorong masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya selaku masyarakat pesisir, karena kami turut mendorong dengan melakukan pendampingan," katanya.