Mataram (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap potensi gelombang tinggi di wilayah perairan Provinsi Nusa Tenggara Barat pada puncak musim kemarau, September 2023.
"Waspadai potensi gelombang yang mencapai dua meter lebih," kata Prakirawan BMKG Zaenal Abdul Majid Lombok Ari Wibianto dalam keterangan di Mataram, Sabtu.
Potensi gelombang tinggi itu terjadi di Selat Lombok bagian utara dan selatan, Selat Alas bagian selatan, Selat Sape bagian selatan dan Samudra Hindia selatan Nusa Tenggara Barat.
"Warga yang ada di pesisir pantai wilayah NTB agar tetap waspada terhadap dampak gelombang," katanya.
Di Samudera Hindia selatan NTB, kecepatan angin mencapai 27 knot lebih dengan tinggi gelombang bisa mencapai empat meter lebih, sehingga para nelayan atau nakhoda kapal diminta untuk mewaspadai potensi gelombang tinggi itu.
"Para nelayan maupun nakhoda kapal untuk tetap waspada terhadap dampak gelombang tinggi yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari," katanya.
Sebelumnya, Tim SAR Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat melakukan pencarian terhadap dua nelayan Dusun Wara'b, Desa Labuan Lalar Kecamatan Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat yang dilaporkan hilang saat berlayar dari Pelabuhan Labuhan Haji, Lombok Timur menuju Labuhan Lalar, Minggu (3/9).
"Penyisiran telah dilakukan di sekitar perairan Labuhan Haji, Pantai Pink, hingga Tanjung Ringgit," kata Kepala Kantor SAR Mataram Lalu Wahyu Efendi
Berdasarkan keterangan pihak keluarga pada Jumat (1/9) sore, korban atas nama Zulkifli (33) dan Agus Ervin (36) berlayar melintasi perairan Selat Alas menggunakan sampan bermesin bertuliskan "DABKER 27" dengan warna lambung krem dan kuning di bagian "kantir".
"Mereka biasanya tiba di tujuan sekitar satu setengah jam kemudian," katanya.
Selain itu, Tim SAR Mataram bersama aparat gabungan masih melakukan pencarian terhadap seorang nelayan Dusun Gusung Desa Bugis Kecamatan Sape, Kabupaten Bima yang dilaporkan tenggelam saat mencari ikan di perairan Gili Banta, Selasa (5/9).
"Korban tenggelam diakibatkan oleh perahu yang digunakan bersama temannya dihantam gelombang tinggi hingga terbalik dan tenggelam. Firdaus (28) masih dalam pencarian, sementara Toto (30) berhasil selamat dari kejadian naas tersebut," katanya.
Setelah mendapatkan informasi kejadian itu, pihaknya menerjunkan personel dari Pos SAR Bima bersama TNI, Polri, potensi SAR wilayah Bima, nelayan, dan warga setempat untuk melakukan pencarian di sekitar lokasi kejadian.
“Kami lakukan pencarian di lokasi kejadian dan perairan sekitar,” kata dia.
"Waspadai potensi gelombang yang mencapai dua meter lebih," kata Prakirawan BMKG Zaenal Abdul Majid Lombok Ari Wibianto dalam keterangan di Mataram, Sabtu.
Potensi gelombang tinggi itu terjadi di Selat Lombok bagian utara dan selatan, Selat Alas bagian selatan, Selat Sape bagian selatan dan Samudra Hindia selatan Nusa Tenggara Barat.
"Warga yang ada di pesisir pantai wilayah NTB agar tetap waspada terhadap dampak gelombang," katanya.
Di Samudera Hindia selatan NTB, kecepatan angin mencapai 27 knot lebih dengan tinggi gelombang bisa mencapai empat meter lebih, sehingga para nelayan atau nakhoda kapal diminta untuk mewaspadai potensi gelombang tinggi itu.
"Para nelayan maupun nakhoda kapal untuk tetap waspada terhadap dampak gelombang tinggi yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari," katanya.
Sebelumnya, Tim SAR Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat melakukan pencarian terhadap dua nelayan Dusun Wara'b, Desa Labuan Lalar Kecamatan Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat yang dilaporkan hilang saat berlayar dari Pelabuhan Labuhan Haji, Lombok Timur menuju Labuhan Lalar, Minggu (3/9).
"Penyisiran telah dilakukan di sekitar perairan Labuhan Haji, Pantai Pink, hingga Tanjung Ringgit," kata Kepala Kantor SAR Mataram Lalu Wahyu Efendi
Berdasarkan keterangan pihak keluarga pada Jumat (1/9) sore, korban atas nama Zulkifli (33) dan Agus Ervin (36) berlayar melintasi perairan Selat Alas menggunakan sampan bermesin bertuliskan "DABKER 27" dengan warna lambung krem dan kuning di bagian "kantir".
"Mereka biasanya tiba di tujuan sekitar satu setengah jam kemudian," katanya.
Selain itu, Tim SAR Mataram bersama aparat gabungan masih melakukan pencarian terhadap seorang nelayan Dusun Gusung Desa Bugis Kecamatan Sape, Kabupaten Bima yang dilaporkan tenggelam saat mencari ikan di perairan Gili Banta, Selasa (5/9).
"Korban tenggelam diakibatkan oleh perahu yang digunakan bersama temannya dihantam gelombang tinggi hingga terbalik dan tenggelam. Firdaus (28) masih dalam pencarian, sementara Toto (30) berhasil selamat dari kejadian naas tersebut," katanya.
Setelah mendapatkan informasi kejadian itu, pihaknya menerjunkan personel dari Pos SAR Bima bersama TNI, Polri, potensi SAR wilayah Bima, nelayan, dan warga setempat untuk melakukan pencarian di sekitar lokasi kejadian.
“Kami lakukan pencarian di lokasi kejadian dan perairan sekitar,” kata dia.