Jakarta (ANTARA) - Analis pasar mata uang Lukman Leong memperkirakan rupiah menguat di tengah koreksi dolar Amerika Serikat (AS). "Walau data inflasi AS semalam menunjukkan hasil yang sedikit di atas ekspektasi, namun investor bersiap menantikan data penjualan ritel AS yang diperkirakan akan lebih lemah dari bulan lalu," ujar dia ketika dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis.

Data inflasi AS menunjukkan pertumbuhan menjadi 3,7 persen pada Agustus 2023 atau meningkat dibandingkan pada Juli 2023 yang berada di kisaran 3,2 persen.

Menurut dia, ekspektasi kenaikan pada inflasi serta tingkat suku bunga The Fed sudah priced in. Karena itu, kendati ada kenaikan data inflasi AS, rupiah tetap dapat menguat. "Investor sekarang beralih ke data ritel AS yang diperkirakan menurun ke posisi 0,2 persen pada Agustus 2023 dibandingkan 0,7 persen pada bulan lalu," ucap Lukman.

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi menguat 0,03 persen atau 5 poin menjadi Rp15.365 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.370 per dolar AS Pada Rabu (13/9/2023), Senior Economist PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Arya Wisnubroto menyampaikan bahwa pasar juga masih menunggu rilis data neraca perdagangan Indonesia yang diharapkan meningkat menjadi 1,5 juta dolar AS pada Agustus 2023 dari 1,3 juta dolar AS pada Juli 2023.

Baca juga: Kurs rupiah lemah karena data "consumer spending AS cukup baik
Baca juga: Rupiah menguat, data index kepercayaan konsumen AS melemah

"Saya rasa dengan perkembangan saat ini, rupiah masih didominasi oleh sentimen global. Namun, kalau nanti pada hari Jumat (15/9/2023), rilisnya neraca perdagangan Indonesia lebih tinggi surplus trade balance-nya, maka hal ini akan mendorong rupiah," katanya.


 


Pewarta : M Baqir Idrus Alatas
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024