Solo (ANTARA) -
Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta melalui pascasarjana program doktoral melahirkan kajian tentang metode pengembangan gamelan dan aplikasi suara gamelan pada media film. 
 
Iwan Darmawan yang melakukan kajian tersebut pada ujian terbuka promosi doktor di ISI Surakarta, Jawa Tengah, Selasa mengatakan kajian tersebut diangkat karena saat ini aplikasi suara gamelan pada media film menjadi sebuah fenomena. "Jadi selama musik gamelan digunakan untuk film pasti menang festival di luar negeri," katanya. 
 
Ia mengatakan hal tersebut tidak lepas karena konsep musik gamelan yang berbeda dengan konsep orkestra. Pada kajian tersebut, hasil temuan pengukuran rentang dinamika frekuensi instrumen gamelan baik pelog dan slendro merupakan salah satu upaya untuk memahami suara instrumen gamelan. Ia mengatakan hal tersebut menjadi frekuensi umum yang digunakan pada dunia tata suara, termasuk tata suara pada media film. "Dengan memahami karakteristik suara gamelan melalui frekuensi maka pengembangan pada teknologi musik akan sangat memungkinkan dilakukan," katanya. 
 
Salah satu pengembangan yang mungkin dilakukan yakni mikrofon khusus untuk musik gamelan.  "Kan mikrofon yang ada buat musik barat, untuk bikin mikrofon harus tahu karakteristik dulu, diukur dulu, sehingga dari ukuran ini bisa digunakan untuk penyaji," katanya.

Baca juga: Oscar Motuloh sang Empu Ageng (Catatan 2)
Baca juga: Oscar Motuloh sang Empu Ageng (Catatan 1)
Baca juga: Sumbawa Barat bekerja sama dengan ISI demi cetak seniman
 
Sementara itu, ke depan pendiri Yayasan Lintas Cakrawala akan terus mengembangkan kajian tersebut dengan menyasar ke berbagai macam jenis gamelan yang ada di Indonesia. "Gamelan itu kan bukan hanya Jawa, ada gamelan Bali, belum lagi gamelan Sunda, ternyata Ambon pun punya, Kalimantan ada," katanya.

 
 

Pewarta : Aris Wasita
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024