Bandarlampung (ANTARA) - Kantor Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Lampung telah menyiagakan sebanyak 111 orang petugas guna mengantisipasi adanya bencana hidrometeorologi di awal musim hujan yang diprediksi terjadi pada awal November 2023.
"Dengan adanya prediksi dari BMKG bahwa pada awal November akan menghadapi awal musim hujan, maka langkah mitigasi atas bencana banjir terus dilakukan," ujar Kepala Kantor Basarnas Provinsi Lampung Deden Ridwansah di Bandarlampung, Rabu.
Ia mengatakan dalam upaya antisipasi terjadinya bencana hidrometeorologi di awal musim hujan di November mendatang telah disiagakan sebanyak 111 orang petugas.
"Basarnas secara internal telah menyiapkan 111 orang personil ditambah dengan bantuan potensi SAR dari TNI, Polri, pemerintah daerah, dan organisasi masyarakat yang berkecimpung di bidang kemanusiaan, yang siap membantu masyarakat terdampak bencana di Lampung," katanya.
Dia melanjutkan telah disiagakan pula berbagai peralatan untuk pencarian, pertolongan, dan evakuasi korban di air seperti perahu karet, pelampung, serta peralatan pendukung lainnya.
"Karena musim kemarau ini cukup lumayan luar biasa dampaknya, nanti masuk musim penghujan yang dikhawatirkan karena tanah dalam kondisi merekah dan curah hujan tinggi bisa terjadi banjir bandang ini perlu diwaspadai," ucapnya.
Menurut dia, terkait potensi terjadinya banjir di Lampung pada awal musim penghujan ada beberapa wilayah yang terus diawasi, karena memiliki risiko yang cukup tinggi dilanda bencana hidrometeorologi.
"Terkait potensi adanya banjir di masa transisi cuaca, daerah yang rawan banjir yakni berada di Kabupaten Lampung Selatan, Lampung Timur, Pesawaran, Tanggamus, dan Kota Bandarlampung juga sering dapat banjir kiriman," tambahnya.
Selanjutnya, daerah lain yang berpotensi mengalami banjir di masa transisi cuaca ada di Kabupaten Tulang Bawang dan Lampung Tengah yang beberapa bulan lalu sempat mengalami kejadian bencana banjir yang menelan korban jiwa.
"Persiapan mitigasi dan kesiapsiagaan lebih awal ini dilakukan, sebab bencana alam ini datang tidak bisa diprediksi kapan pun bisa terjadi akibat adanya perubahan iklim. Sehingga kesiapan sumber daya manusia, sarana, prasarana akan tetap disiagakan selama 24 jam untuk mencegah luasnya dampak terjadinya suatu bencana," tambahnya.
Diketahui Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memprediksi musim kemarau akan berakhir di sebagian besar wilayah Indonesia mulai akhir Oktober ini, dan awal musim hujan secara bertahap dimulai pada awal November 2023. Dan puncak musim hujan di prediksi terjadi pada Januari-Februari 2024.
Baca juga: Basarnas Kendari turunkan tim cari nelayan jatuh dari perahu
Baca juga: Tim SAR mencari WNA hilang di Long Pink Beach Labuan Bajo
Akan tetapi akibat tingginya keragaman iklim, awal musim hujan tidak akan terjadi secara serentak di Indonesia. Dan adanya masa transisi cuaca tersebut adapula risiko terjadinya bencana banjir di berbagai daerah.
"Dengan adanya prediksi dari BMKG bahwa pada awal November akan menghadapi awal musim hujan, maka langkah mitigasi atas bencana banjir terus dilakukan," ujar Kepala Kantor Basarnas Provinsi Lampung Deden Ridwansah di Bandarlampung, Rabu.
Ia mengatakan dalam upaya antisipasi terjadinya bencana hidrometeorologi di awal musim hujan di November mendatang telah disiagakan sebanyak 111 orang petugas.
"Basarnas secara internal telah menyiapkan 111 orang personil ditambah dengan bantuan potensi SAR dari TNI, Polri, pemerintah daerah, dan organisasi masyarakat yang berkecimpung di bidang kemanusiaan, yang siap membantu masyarakat terdampak bencana di Lampung," katanya.
Dia melanjutkan telah disiagakan pula berbagai peralatan untuk pencarian, pertolongan, dan evakuasi korban di air seperti perahu karet, pelampung, serta peralatan pendukung lainnya.
"Karena musim kemarau ini cukup lumayan luar biasa dampaknya, nanti masuk musim penghujan yang dikhawatirkan karena tanah dalam kondisi merekah dan curah hujan tinggi bisa terjadi banjir bandang ini perlu diwaspadai," ucapnya.
Menurut dia, terkait potensi terjadinya banjir di Lampung pada awal musim penghujan ada beberapa wilayah yang terus diawasi, karena memiliki risiko yang cukup tinggi dilanda bencana hidrometeorologi.
"Terkait potensi adanya banjir di masa transisi cuaca, daerah yang rawan banjir yakni berada di Kabupaten Lampung Selatan, Lampung Timur, Pesawaran, Tanggamus, dan Kota Bandarlampung juga sering dapat banjir kiriman," tambahnya.
Selanjutnya, daerah lain yang berpotensi mengalami banjir di masa transisi cuaca ada di Kabupaten Tulang Bawang dan Lampung Tengah yang beberapa bulan lalu sempat mengalami kejadian bencana banjir yang menelan korban jiwa.
"Persiapan mitigasi dan kesiapsiagaan lebih awal ini dilakukan, sebab bencana alam ini datang tidak bisa diprediksi kapan pun bisa terjadi akibat adanya perubahan iklim. Sehingga kesiapan sumber daya manusia, sarana, prasarana akan tetap disiagakan selama 24 jam untuk mencegah luasnya dampak terjadinya suatu bencana," tambahnya.
Diketahui Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memprediksi musim kemarau akan berakhir di sebagian besar wilayah Indonesia mulai akhir Oktober ini, dan awal musim hujan secara bertahap dimulai pada awal November 2023. Dan puncak musim hujan di prediksi terjadi pada Januari-Februari 2024.
Baca juga: Basarnas Kendari turunkan tim cari nelayan jatuh dari perahu
Baca juga: Tim SAR mencari WNA hilang di Long Pink Beach Labuan Bajo
Akan tetapi akibat tingginya keragaman iklim, awal musim hujan tidak akan terjadi secara serentak di Indonesia. Dan adanya masa transisi cuaca tersebut adapula risiko terjadinya bencana banjir di berbagai daerah.