Kupang (ANTARA) - Penjabat Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur Ayodhia G. L. Kalake mengajak semua pihak di daerah itu untuk bersama-sama menekan angka stunting sehingga target penurun sebesar 12 persen pada 2024 bisa tercapai.
"Kami berharap kerja keras semua pihak untuk bersama-sama pemerintah membantu menekan angka stunting di NTT bisa tercapai," kata Ayodhia G. L. Kalake dalam keterangan yang diterima di Kupang, Ahad.
Ia mengatakan meningkatkan kunjungan balita ke posyandu yang dilakukan setiap bulan secara rutin bisa membantu dalam mendeteksi anak-anak yang mengalami stunting secara dini, sehingga penanganan anak stunting menjadi lebih mudah.
"Kerja keras semua pihak untuk terus berupaya menekan angka stunting dengan meningkatkan kunjungan balita ke posyandu setiap bulan tidak hanya pada periode Februari dan Agustus saat dilakukan bulan timbang bagi balita," kata Ayodhia G. L. Kalake.
Kerja sama semua perangkat daerah, camat, kepala desa/lurah dan meningkatkan kunjungan tenaga kesehatan ke sasaran ibu hamil bisa menekan stunting di NTT. "Kepala desa atau lurah dan masyarakat dapat mengawal mendukung ibu hamil untuk datang ke fasilitas kesehatan minimal enam kali selama masa kehamilan," kata Ayodhia.
Ia menambahkan dukungan Pemberian Tambahan Makanan (PTM) oleh pemerintah desa dikoordinasikan dengan Dinas Kesehatan dan puskesmas sehingga jumlah sasaran termasuk hari pemberian makanan disesuaikan dengan petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan agar memberikan daya ungkit penurunan stunting yang maksimal.
"Juga dengan gerakan orang tua asuh sudah berjalan baik dan tentu ini harus terus ditingkatkan dalam penanganan stunting secara terpadu oleh semua pihak," kata Ayodhia G. L. Kalake menambahkan.
Baca juga: Pernikahan anak rendah turunkan angka stunting Bengkulu
Baca juga: PLN UP3 Tobelo salurkan bantuan pangan untuk balita stunting
Pemerintah NTT menyebutkan penderita stunting terus mengalami penurunan turun. Prevalensi stunting di NTT pada 2018 di angka 35,4 persen atau 81.434 penderita turun menjadi 15,7 persen atau 67.518 balita pada 2023.
"Kami berharap kerja keras semua pihak untuk bersama-sama pemerintah membantu menekan angka stunting di NTT bisa tercapai," kata Ayodhia G. L. Kalake dalam keterangan yang diterima di Kupang, Ahad.
Ia mengatakan meningkatkan kunjungan balita ke posyandu yang dilakukan setiap bulan secara rutin bisa membantu dalam mendeteksi anak-anak yang mengalami stunting secara dini, sehingga penanganan anak stunting menjadi lebih mudah.
"Kerja keras semua pihak untuk terus berupaya menekan angka stunting dengan meningkatkan kunjungan balita ke posyandu setiap bulan tidak hanya pada periode Februari dan Agustus saat dilakukan bulan timbang bagi balita," kata Ayodhia G. L. Kalake.
Kerja sama semua perangkat daerah, camat, kepala desa/lurah dan meningkatkan kunjungan tenaga kesehatan ke sasaran ibu hamil bisa menekan stunting di NTT. "Kepala desa atau lurah dan masyarakat dapat mengawal mendukung ibu hamil untuk datang ke fasilitas kesehatan minimal enam kali selama masa kehamilan," kata Ayodhia.
Ia menambahkan dukungan Pemberian Tambahan Makanan (PTM) oleh pemerintah desa dikoordinasikan dengan Dinas Kesehatan dan puskesmas sehingga jumlah sasaran termasuk hari pemberian makanan disesuaikan dengan petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan agar memberikan daya ungkit penurunan stunting yang maksimal.
"Juga dengan gerakan orang tua asuh sudah berjalan baik dan tentu ini harus terus ditingkatkan dalam penanganan stunting secara terpadu oleh semua pihak," kata Ayodhia G. L. Kalake menambahkan.
Baca juga: Pernikahan anak rendah turunkan angka stunting Bengkulu
Baca juga: PLN UP3 Tobelo salurkan bantuan pangan untuk balita stunting
Pemerintah NTT menyebutkan penderita stunting terus mengalami penurunan turun. Prevalensi stunting di NTT pada 2018 di angka 35,4 persen atau 81.434 penderita turun menjadi 15,7 persen atau 67.518 balita pada 2023.