Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengatakan Indonesia negara dengan potensi riset tiada henti di berbagai aspek.
“Banyak hal di Indonesia ini bagi orang lokal dianggap biasa, tapi bagi orang di luar sana luar biasa dan Indonesia tempat untuk melakukan riset dan eksplorasi yang tiada putusnya,” kata Direktur Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat Kemendikbudristek Faiz Syuaib dalam diskusi daring dipantau dari Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan hal itu menyusul jumlah riset dilakukan di Indonesia sepanjang 2019 sampai dengan 2022 masih cukup rendah, yakni 46.043 judul penelitian berdasarkan 11 bidang fokus atau aspek dengan total pendanaan senilai Rp3,9 triliun.
“Jadi produk riset selama empat tahun itu hanya 46.000 riset,” katanya.
Dari segi jumlah, kata dia, angka tersebut memang lebih besar dibandingkan dengan Singapura. Dilihat berdasarkan rasio, di mana terdapat 265.462 dosen dan 7.665.516 mahasiswa di Indonesia yang terdaftar di Kemendikbudristek, jumlah riset tersebut menurutnya masih kecil.
“Jadi rata-rata setahun hanya 10 sampai dengan 12 ribu saja riset yang dilakukan,” ujarnya.
Ia meminta dosen dan mahasiswa memiliki kesadaran akan potensi-potensi riset yang bisa dilakukan di dalam negeri.
“Jadi kadang-kadang banyak yang tertarik ingin tahu apa yang dilakukan orang di negara luar sana, padahal di sekeliling mereka ada banyak hal yang orang ingin tahu,” katanya.
Baca juga: Kemendikbudristek mendukung program perlindungan diri musisi tradisional
Baca juga: Kemendikbudristek-LPKN Mataram menggelar pelatihan tenaga perhotelan
Dirinya juga mengingatkan tentang riset yang dilakukan agar dapat memperhatikan tiga tolak ukur, pertama terkait dengan kuantitas dan kualitas, kedua adalah jumlah sitasi dan pemanfaatan, serta terakhir harus berdampak positif terhadap akademis dan sosial ekonomi. Adapun 46.043 riset yang dilakukan dalam kurun waktu empat tahun, sejak 2015 tersebut, didominasi riset bidang sosial humaniora sebanyak 17.867 judul, kemudian kesehatan 8.591 riset, pangan dan kebencanaan masing-masing 5.854 riset, TIK 4.624, material maju 3.331.
Riset selanjutnya yakni bidang energi 2.017, transportasi dan maritim masing-masing 703 riset, kemudian pertahanan dan keamanan 185, serta riset dasar teoritis 22 judul.