Mataram (ANTARA) - Dinas Tenaga Kerja Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat menyiapkan anggaran sekitar Rp1 miliar untuk pemberian bantuan peralatan kerja kepada 200 sasaran yang masuk kategori kemiskinan ekstrem.
Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Mataram H Rudi Suryawan di Mataram Jumat mengatakan, program pemberian bantuan peralatan kerja ini terbagi menjadi dua kegiatan.
"Pertama 100 orang sasaran mendapat pelatihan kerja baru diberikan peralatan sesuai jenis pelatihan yang diikuti, dan 100 orang diberikan langsung peralatan kerja sesuai jenis pekerjaan yang dijalani," katanya.
Menurutnya, anggaran Rp1 miliar untuk dua program tersebut bersumber dari dana bagi hasil cukai tembakau (DBHCT) dan saat ini dalam tahap persiapan pelaksanaan.
Kegiatan pelatihan kerjanya sendiri dijadwalkan mulai minggu ke dua Desember 2023, kemudian dilanjutkan dengan penyerahan peralatan kerja.
Program bantuan peralatan kerja dengan sasaran 100 orang ini, lanjutnya, masih dalam tahap penjaringan agar bantuan bisa tepat sasaran.
Pasalnya, sasaran pemberian bantuan peralatan kerja antara lain berupa peralatan pertukangan, bengkel, perbaikan AC, sablon, alat pembuatan kopi barista, dan lainnya harus tepat agar peralatan bisa digunakan untuk meningkatkan produksi dari pekerjaan yang sedang mereka jalani.
"Jadi untuk pemberian alat kerja ini, kita selektif dan yang kita berikan adalah warga yang sudah menjalani pekerjaan tapi peralatan mereka sudah aus sehingga butuh alat baru," katanya.
Sementara 100 sasaran untuk pelatihan kerja, kata Rudi, diprioritaskan bagi warga yang masuk kategori kemiskinan ekstrem, belum bekerja, dan tidak sedang menjalani pendidikan.
Sebanyak 100 orang sasaran itu terbagi menjadi tiga jenis pelatihan terdiri atas masing-masing 40 orang untuk pelatihan menjahit dan memotong rambut, dan 20 orang untuk pelatihan tata rias.
Khusus untuk peserta tata rias, sebanyak 20 orang kuota sasaran diberikan khusus untuk kalangan disabilitas agar mereka bisa lebih mandiri.
"Peserta tata rias dari kalangan disabilitas, kita koordinasikan dengan Dinas Sosial," katanya.
Rudi menjelaskan, setelah mengikuti pelatihan kerja selama 10 hari, setiap peserta akan mendapatkan bantuan peralatan sesuai jenis pelatihan yang diikuti.
"Hal itu bertujuan agar ilmu yang sudah didapatkan bisa langsung dipraktekkan untuk mendukung perekonomian peserta," katanya.
Lebih jauh Rudi mengatakan, sebelum bantuan peralatan kerja itu diberikan, sebanyak 200 sasaran terlebih dahulu diminta untuk membuat surat pernyataan untuk memanfaatkan peralatan yang sudah diberikan.
"Jika sampai ada peserta yang menjual, akan kita coret untuk program-program selanjutnya," katanya.
Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Mataram H Rudi Suryawan di Mataram Jumat mengatakan, program pemberian bantuan peralatan kerja ini terbagi menjadi dua kegiatan.
"Pertama 100 orang sasaran mendapat pelatihan kerja baru diberikan peralatan sesuai jenis pelatihan yang diikuti, dan 100 orang diberikan langsung peralatan kerja sesuai jenis pekerjaan yang dijalani," katanya.
Menurutnya, anggaran Rp1 miliar untuk dua program tersebut bersumber dari dana bagi hasil cukai tembakau (DBHCT) dan saat ini dalam tahap persiapan pelaksanaan.
Kegiatan pelatihan kerjanya sendiri dijadwalkan mulai minggu ke dua Desember 2023, kemudian dilanjutkan dengan penyerahan peralatan kerja.
Program bantuan peralatan kerja dengan sasaran 100 orang ini, lanjutnya, masih dalam tahap penjaringan agar bantuan bisa tepat sasaran.
Pasalnya, sasaran pemberian bantuan peralatan kerja antara lain berupa peralatan pertukangan, bengkel, perbaikan AC, sablon, alat pembuatan kopi barista, dan lainnya harus tepat agar peralatan bisa digunakan untuk meningkatkan produksi dari pekerjaan yang sedang mereka jalani.
"Jadi untuk pemberian alat kerja ini, kita selektif dan yang kita berikan adalah warga yang sudah menjalani pekerjaan tapi peralatan mereka sudah aus sehingga butuh alat baru," katanya.
Sementara 100 sasaran untuk pelatihan kerja, kata Rudi, diprioritaskan bagi warga yang masuk kategori kemiskinan ekstrem, belum bekerja, dan tidak sedang menjalani pendidikan.
Sebanyak 100 orang sasaran itu terbagi menjadi tiga jenis pelatihan terdiri atas masing-masing 40 orang untuk pelatihan menjahit dan memotong rambut, dan 20 orang untuk pelatihan tata rias.
Khusus untuk peserta tata rias, sebanyak 20 orang kuota sasaran diberikan khusus untuk kalangan disabilitas agar mereka bisa lebih mandiri.
"Peserta tata rias dari kalangan disabilitas, kita koordinasikan dengan Dinas Sosial," katanya.
Rudi menjelaskan, setelah mengikuti pelatihan kerja selama 10 hari, setiap peserta akan mendapatkan bantuan peralatan sesuai jenis pelatihan yang diikuti.
"Hal itu bertujuan agar ilmu yang sudah didapatkan bisa langsung dipraktekkan untuk mendukung perekonomian peserta," katanya.
Lebih jauh Rudi mengatakan, sebelum bantuan peralatan kerja itu diberikan, sebanyak 200 sasaran terlebih dahulu diminta untuk membuat surat pernyataan untuk memanfaatkan peralatan yang sudah diberikan.
"Jika sampai ada peserta yang menjual, akan kita coret untuk program-program selanjutnya," katanya.