Jakarta (ANTARA) - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat Sukuk Tabungan (ST) seri ST011 terjual Rp20,03 triliun kepada 68.284 investor selama masa penawaran sejak 6 November 2023 sampai 6 Desember 2023.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Suminto merinci penerbitan tersebut meliputi ST011T2 sebesar Rp14,5 triliun dan ST011T4 sebesar Rp5,5 triliun.
"Penerbitan ST011 merupakan penerbitan instrumen Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) ritel terakhir di tahun 2023," ujar Suminto di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan ST011 merupakan seri SBSN ritel keempat yang diterbitkan pada 2023 dalam dua pilihan tenor, yakni ST011T2 dengan tenor dua tahun dan Green Sukuk Ritel-Sukuk Tabungan seri ST011T4 dengan tenor empat tahun.
Adapun kuota seri ST011T4 telah terpenuhi tiga hari sebelum masa penawaran berakhir, yang menunjukkan minat investor terhadap ST tenor empat tahun masih tinggi.
Berdasarkan kisaran nominal pemesanan, jumlah investor terbanyak pada ST011T2 maupun ST011T4 berada pada kisaran Rp5 juta sampai dengan Rp100 juta (44,83 persen untuk ST011T2 dan 43,71 persen untuk ST011T4), dengan volume pemesanan terbesar pada kisaran di atas Rp1 miliar (39,82 persen untuk ST011T2 dan 49,2 persen untuk ST011T4).
Kemudian berdasarkan gender, baik jumlah investor didominasi oleh investor perempuan, baik pada ST011T2 maupun ST011T4, dengan masing-masing sebesar 58,42 persen dan 52,16 persen.
Sementara dari sisi volume pemesanan, ST011T2 didominasi oleh investor perempuan sebesar 51,88 persen, sedangkan ST011T4 didominasi oleh investor laki-laki sebesar 56,14 persen.
Berdasarkan wilayah pemesanan, lanjut Suminto, ST011 kembali menjangkau seluruh provinsi di wilayah Indonesia. Baik ST011T2 maupun ST011T4, pemesanan didominasi wilayah Indonesia Bagian Barat (selain DKI Jakarta), dengan jumlah investor 32.836 orang (60,20 persen) dan volume pemesanan Rp6,95 triliun (47,84 persen) untuk T011T2.
Sedangkan dominasi wilayah Indonesia Bagian Barat (selain DKI Jakarta) untuk ST011T4 tercatat dengan jumlah investor 11.497 orang (60,14 persen) dan volume pemesanan Rp2,67 triliun (48,5 persen).
Kemudian menurut jenis profesinya, baik ST011T2 maupun ST011T4 jumlah investor didominasi pegawai swasta yaitu sebesar 34,1 persen dan 36,55 persen, sedangkan volume pemesanan didominasi wiraswasta masing-masing sebesar 34,25 persen dan 34,08 persen.
Jumlah investor milenial mendominasi dengan total investor sebesar 28.575 orang untuk ST011T2 dan 10.655 orang untuk ST011T4. Kontribusi investor milenial terus meningkat dibandingkan penerbitan ST010.
Selanjutnya, jumlah investor baru ST011T2 dan ST011T4 terhadap Surat Berharga Negara (SBN) ritel tercatat sebanyak 15.586 investor dengan total volume pemesanan Rp2,9 triliun. Sedangkan jika dibandingkan terhadap SBSN ritel, jumlah investor baru sebesar 23.177 investor dengan total volume pemesanan Rp4,7 triliun.
Baca juga: Sri Mulyani meminta pegawai Kemenkeu tingkatkan kepekaan lingkungan
Baca juga: Kemenkeu mencatat realisasi belanja IKN Rp13 triliun per Oktober
Dia menegaskan, penerbitan Instrumen SBN ritel tersebut merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk memperdalam pasar keuangan domestik serta memperluas basis investor, khususnya investor ritel, serta mendukung peralihan masyarakat dari budaya menabung (saving society) menjadi budaya berinvestasi (investment society).
Sementara penerbitan green sukuk ritel merupakan bagian dari komitmen pemerintah untuk membantu mengurangi dampak perubahan iklim karena hasil penerbitannya akan digunakan untuk membiayai berbagai proyek ramah lingkungan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Suminto merinci penerbitan tersebut meliputi ST011T2 sebesar Rp14,5 triliun dan ST011T4 sebesar Rp5,5 triliun.
"Penerbitan ST011 merupakan penerbitan instrumen Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) ritel terakhir di tahun 2023," ujar Suminto di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan ST011 merupakan seri SBSN ritel keempat yang diterbitkan pada 2023 dalam dua pilihan tenor, yakni ST011T2 dengan tenor dua tahun dan Green Sukuk Ritel-Sukuk Tabungan seri ST011T4 dengan tenor empat tahun.
Adapun kuota seri ST011T4 telah terpenuhi tiga hari sebelum masa penawaran berakhir, yang menunjukkan minat investor terhadap ST tenor empat tahun masih tinggi.
Berdasarkan kisaran nominal pemesanan, jumlah investor terbanyak pada ST011T2 maupun ST011T4 berada pada kisaran Rp5 juta sampai dengan Rp100 juta (44,83 persen untuk ST011T2 dan 43,71 persen untuk ST011T4), dengan volume pemesanan terbesar pada kisaran di atas Rp1 miliar (39,82 persen untuk ST011T2 dan 49,2 persen untuk ST011T4).
Kemudian berdasarkan gender, baik jumlah investor didominasi oleh investor perempuan, baik pada ST011T2 maupun ST011T4, dengan masing-masing sebesar 58,42 persen dan 52,16 persen.
Sementara dari sisi volume pemesanan, ST011T2 didominasi oleh investor perempuan sebesar 51,88 persen, sedangkan ST011T4 didominasi oleh investor laki-laki sebesar 56,14 persen.
Berdasarkan wilayah pemesanan, lanjut Suminto, ST011 kembali menjangkau seluruh provinsi di wilayah Indonesia. Baik ST011T2 maupun ST011T4, pemesanan didominasi wilayah Indonesia Bagian Barat (selain DKI Jakarta), dengan jumlah investor 32.836 orang (60,20 persen) dan volume pemesanan Rp6,95 triliun (47,84 persen) untuk T011T2.
Sedangkan dominasi wilayah Indonesia Bagian Barat (selain DKI Jakarta) untuk ST011T4 tercatat dengan jumlah investor 11.497 orang (60,14 persen) dan volume pemesanan Rp2,67 triliun (48,5 persen).
Kemudian menurut jenis profesinya, baik ST011T2 maupun ST011T4 jumlah investor didominasi pegawai swasta yaitu sebesar 34,1 persen dan 36,55 persen, sedangkan volume pemesanan didominasi wiraswasta masing-masing sebesar 34,25 persen dan 34,08 persen.
Jumlah investor milenial mendominasi dengan total investor sebesar 28.575 orang untuk ST011T2 dan 10.655 orang untuk ST011T4. Kontribusi investor milenial terus meningkat dibandingkan penerbitan ST010.
Selanjutnya, jumlah investor baru ST011T2 dan ST011T4 terhadap Surat Berharga Negara (SBN) ritel tercatat sebanyak 15.586 investor dengan total volume pemesanan Rp2,9 triliun. Sedangkan jika dibandingkan terhadap SBSN ritel, jumlah investor baru sebesar 23.177 investor dengan total volume pemesanan Rp4,7 triliun.
Baca juga: Sri Mulyani meminta pegawai Kemenkeu tingkatkan kepekaan lingkungan
Baca juga: Kemenkeu mencatat realisasi belanja IKN Rp13 triliun per Oktober
Dia menegaskan, penerbitan Instrumen SBN ritel tersebut merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk memperdalam pasar keuangan domestik serta memperluas basis investor, khususnya investor ritel, serta mendukung peralihan masyarakat dari budaya menabung (saving society) menjadi budaya berinvestasi (investment society).
Sementara penerbitan green sukuk ritel merupakan bagian dari komitmen pemerintah untuk membantu mengurangi dampak perubahan iklim karena hasil penerbitannya akan digunakan untuk membiayai berbagai proyek ramah lingkungan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).