Jakarta (ANTARA) - Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa menyampaikan hingga September 2023, penyaluran kredit perbankan ke industri pariwisata mencapai Rp128,2 triliun.
“Penyaluran kredit perbankan ke sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makanan minuman yang merupakan bagian dari industri pariwisata per bulan September 2023 mencapai Rp128,2 triliun atau tumbuh 4,57 persen year on year, yang tertinggi sejak Agustus 2021,” kata Purbaya dalam acara Malam Anugerah Bangga Berwisata di Indonesia di Jakarta, Jumat.
Purbaya menilai bahwa angka tersebut masih terlalu kecil. Seharusnya penyaluran kredit perbankan untuk pariwisata Tanah Air mampu mencapai di atas Rp500 triliun.
Hal itu mengingat besarnya potensi industri pariwisata mulai dari sektor perhotelan, transportasi, hingga variasi destinasi wisata. Bisnis-bisnis tersebut membutuhkan dukungan finansial dari perbankan dalam pengembangan infrastruktur, perbaikan layanan, dan meningkatkan kualitas produk pariwisata secara keseluruhan.
“Kalau kita lihat total DPK (Dana Pihak Ketiga) sekitar Rp8.000 triliun, kalau LDR (Loan to Deposit Ratio) sebesar sekitar Rp7.700 triliun, jadi Rp128 triliun itu masih terlalu kecil,” ujarnya.
Adapun berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), DPK perbankan tercatat sebesar Rp8.147 triliun dengan rasio simpanan terhadap kredit (loan to deposit ratio/LDR) sebesar 83,92 persen.
Oleh karena itu, LPS mendorong industri perbankan untuk menyalurkan kredit ke industri-industri yang berkaitan dengan sektor pariwisata Indonesia. Purbaya memproyeksikan ke depannya, penyaluran kredit ke sektor pariwisata akan tumbuh lebih tinggi mengingat kondisi perekonomian yang telah pulih pasca pandemi COVID-19.
Namun, bagaimanapun juga menurutnya kebijakan pemerintah masih memainkan peran vital untuk mampu mengembangkan pariwisata Indonesia. “Kalau didorong, bisa lebih cepat lagi (pertumbuhan kredit), tergantung fokus program pemerintah seperti apa, saya pikir saat ini (kebijakan) sudah bagus, tapi saya pikir bisa lebih cepat lagi,” cakap Purbaya.
Baca juga: Perbankan harus membantu perekonomian Indonesia agar tumbuh lebih tinggi
Baca juga: Heru berharap LPS Monas Half Marathon jadi acara berkelanjutan Jakarta
Dalam sambutannya, Purbaya juga menyampaikan bahwa industri pariwisata merupakan salah satu sumber devisa bagi Indonesia melalui aktivitas ekspor jasa. Berdasarkan data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), industri pariwisata menghasilkan devisa mencapai 6,72 miliar dolar AS pada tahun 2022.
Tren positif tersebut berlanjut hingga tahun 2023, yang mana industri itu telah menghasilkan penerimaan devisa mencapai 6,08 miliar dolar AS hanya dalam semester pertama tahun 2023.*
“Penyaluran kredit perbankan ke sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makanan minuman yang merupakan bagian dari industri pariwisata per bulan September 2023 mencapai Rp128,2 triliun atau tumbuh 4,57 persen year on year, yang tertinggi sejak Agustus 2021,” kata Purbaya dalam acara Malam Anugerah Bangga Berwisata di Indonesia di Jakarta, Jumat.
Purbaya menilai bahwa angka tersebut masih terlalu kecil. Seharusnya penyaluran kredit perbankan untuk pariwisata Tanah Air mampu mencapai di atas Rp500 triliun.
Hal itu mengingat besarnya potensi industri pariwisata mulai dari sektor perhotelan, transportasi, hingga variasi destinasi wisata. Bisnis-bisnis tersebut membutuhkan dukungan finansial dari perbankan dalam pengembangan infrastruktur, perbaikan layanan, dan meningkatkan kualitas produk pariwisata secara keseluruhan.
“Kalau kita lihat total DPK (Dana Pihak Ketiga) sekitar Rp8.000 triliun, kalau LDR (Loan to Deposit Ratio) sebesar sekitar Rp7.700 triliun, jadi Rp128 triliun itu masih terlalu kecil,” ujarnya.
Adapun berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), DPK perbankan tercatat sebesar Rp8.147 triliun dengan rasio simpanan terhadap kredit (loan to deposit ratio/LDR) sebesar 83,92 persen.
Oleh karena itu, LPS mendorong industri perbankan untuk menyalurkan kredit ke industri-industri yang berkaitan dengan sektor pariwisata Indonesia. Purbaya memproyeksikan ke depannya, penyaluran kredit ke sektor pariwisata akan tumbuh lebih tinggi mengingat kondisi perekonomian yang telah pulih pasca pandemi COVID-19.
Namun, bagaimanapun juga menurutnya kebijakan pemerintah masih memainkan peran vital untuk mampu mengembangkan pariwisata Indonesia. “Kalau didorong, bisa lebih cepat lagi (pertumbuhan kredit), tergantung fokus program pemerintah seperti apa, saya pikir saat ini (kebijakan) sudah bagus, tapi saya pikir bisa lebih cepat lagi,” cakap Purbaya.
Baca juga: Perbankan harus membantu perekonomian Indonesia agar tumbuh lebih tinggi
Baca juga: Heru berharap LPS Monas Half Marathon jadi acara berkelanjutan Jakarta
Dalam sambutannya, Purbaya juga menyampaikan bahwa industri pariwisata merupakan salah satu sumber devisa bagi Indonesia melalui aktivitas ekspor jasa. Berdasarkan data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), industri pariwisata menghasilkan devisa mencapai 6,72 miliar dolar AS pada tahun 2022.
Tren positif tersebut berlanjut hingga tahun 2023, yang mana industri itu telah menghasilkan penerimaan devisa mencapai 6,08 miliar dolar AS hanya dalam semester pertama tahun 2023.*