Mataram (ANTARA) - Dinas Kesehatan Nusa Tenggara Barat mengimbau masyarakat untuk mewaspadai penyakit demam berdarah dengue menyusul perubahan cuaca yang tidak menentu.
"Perubahan cuaca dari panas ke hujan tiba kita waspadai DBD," kata Kepala Dinas Kesehatan NTB, dr Lalu Hamzi Fikri di Mataram, Jumat.
Bila melihat tren kasus yang ada dalam kurun waktu 2009 sampai 2023, kasus DBD di NTB selalu fluktuatif. Tren kasus tertinggi hanya terjadi di 2020.
"Terakhir Desember 2023, kita di angka 3.447 kasus dan ini memang lebih rendah dari tahun 2020 tetapi kewaspadaan ini perlu kita tingkatkan terutama di aspek perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)," ujarnya.
Baca juga: Alhamdulillah!! kasus DBD di Mataram tahun 2023 turun
Selain PHBS, kata Hamzi, yang perlu juga ditingkatkan adalah menjaga lingkungan dengan bersih.
"Dan yang terpenting ialah bagaimana kita menjaga kesehatan dari sisi fisik," ucapnya.
Hamzi menambahkan kaitan secara fisik yaitu bagaimana menjaga imun, karena ketika terjadi perubahan cuaca dari panas ke dingin risiko terjangkit bakteri lebih tinggi.
"Tubuh kita perlu melakukan secara ekstra sistem imun-nya. Itulah kenapa kewaspadaan perlu kita tingkatkan, sebab kalau kita tidak waspada terhadap DBD ini, bahaya," kata Hamzi.
Lebih lanjut mantan Direktur RSUP NTB ini meminta masyarakat dapat mengenali ciri-ciri dari penyakit DBD.
"Jika melihat gejala panasnya berlanjut kemudian bintik merah, muncul mimisan yang paling fatal terjadi dengue shock syndrom, kekurangan cairan di situ dan bisa terjadi penurunan kesadaran dan bisa terjadi kematian," kata Hamzi.*
Baca juga: Dinkes Mataram ajak warga konsisten gencarkan PSN
Baca juga: Dinkes Lombok Tengah menemukan lima kasus DBD
"Perubahan cuaca dari panas ke hujan tiba kita waspadai DBD," kata Kepala Dinas Kesehatan NTB, dr Lalu Hamzi Fikri di Mataram, Jumat.
Bila melihat tren kasus yang ada dalam kurun waktu 2009 sampai 2023, kasus DBD di NTB selalu fluktuatif. Tren kasus tertinggi hanya terjadi di 2020.
"Terakhir Desember 2023, kita di angka 3.447 kasus dan ini memang lebih rendah dari tahun 2020 tetapi kewaspadaan ini perlu kita tingkatkan terutama di aspek perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)," ujarnya.
Baca juga: Alhamdulillah!! kasus DBD di Mataram tahun 2023 turun
Selain PHBS, kata Hamzi, yang perlu juga ditingkatkan adalah menjaga lingkungan dengan bersih.
"Dan yang terpenting ialah bagaimana kita menjaga kesehatan dari sisi fisik," ucapnya.
Hamzi menambahkan kaitan secara fisik yaitu bagaimana menjaga imun, karena ketika terjadi perubahan cuaca dari panas ke dingin risiko terjangkit bakteri lebih tinggi.
"Tubuh kita perlu melakukan secara ekstra sistem imun-nya. Itulah kenapa kewaspadaan perlu kita tingkatkan, sebab kalau kita tidak waspada terhadap DBD ini, bahaya," kata Hamzi.
Lebih lanjut mantan Direktur RSUP NTB ini meminta masyarakat dapat mengenali ciri-ciri dari penyakit DBD.
"Jika melihat gejala panasnya berlanjut kemudian bintik merah, muncul mimisan yang paling fatal terjadi dengue shock syndrom, kekurangan cairan di situ dan bisa terjadi penurunan kesadaran dan bisa terjadi kematian," kata Hamzi.*
Baca juga: Dinkes Mataram ajak warga konsisten gencarkan PSN
Baca juga: Dinkes Lombok Tengah menemukan lima kasus DBD