Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, telah menyiapkan konsep revitalisasi Pasar Kebon Roek menjadi pasar tradisional yang berbasis pariwisata sehingga bisa menjadi destinasi favorit pilihan wisatawan mancanegara dan domestik.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Mataram Lalu Alwan Basri di Mataram, Kamis, mengatakan, konsep itu ditetapkan karena pasar tradisional Kebon Roek berada di jalur strategis Mataram-Senggigi dan menjadi salah satu pilihan objek wisata belanja bagi turis asing dan domestik.
"Letak yang sangat strategis itulah menjadi salah satu alahan kita untuk melakukan revitalisasi Pasar Kebon Roek menjadi pasar tradisional yang berbasis 'tourism'," katanya.
Untuk mewujudkan hal itu, lanjutnya, Pemerintah Kota Mataram telah mengajukan kebutuhan anggaran untuk revitalisasi Pasar Kebon Roek sebesar Rp80 miliar ke pemerintah pusat melalui Kementerian Perdagangan.
"Harapannya, pemerintah pusat bisa memberikan dukungan terhadap rencana revitalisasi tersebut," katanya.
Menurut Sekda, pada tahun 2023 Pemerintah Kota Mataram memang pernah mengusulkan program revitalisasi Pasar Kebon Roek, tapi tidak dapat jawaban.
"Jadi tahun ini kami usulkan lagi dengan jumlah lebih besar karena ada penyesuaian harga," katanya.
Sementara terkait dengan ketersediaan lahan, katanya, Pemerintah Kota Mataram sudah menyiapkan lahan di Kebon Talo seluas 3 hektar.
Lokasinya bersebelahan dengan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Kebon Talo sehingga bisa terintegrasi dengan Pasar Kebon Roek dan UMKM yang sudah ada saat ini.
"Jadi pengolahan sampah pasar juga bisa lebih efektif dan efisien," katanya.
Sementara terkait dokumen sebelumnya yang masih kurang, lanjut Sekda, saat ini sedang dilengkapi, seperti dokumen FS (feasibility study) dan DED ( detail engineering design) masih berproses.
"Kita memberikan keyakinan kepada pemerintah pusat bagaimana ketersediaan lahan sudah siap dan sesuai dengan persyaratan dari kementerian," katanya.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Mataram Lalu Alwan Basri di Mataram, Kamis, mengatakan, konsep itu ditetapkan karena pasar tradisional Kebon Roek berada di jalur strategis Mataram-Senggigi dan menjadi salah satu pilihan objek wisata belanja bagi turis asing dan domestik.
"Letak yang sangat strategis itulah menjadi salah satu alahan kita untuk melakukan revitalisasi Pasar Kebon Roek menjadi pasar tradisional yang berbasis 'tourism'," katanya.
Untuk mewujudkan hal itu, lanjutnya, Pemerintah Kota Mataram telah mengajukan kebutuhan anggaran untuk revitalisasi Pasar Kebon Roek sebesar Rp80 miliar ke pemerintah pusat melalui Kementerian Perdagangan.
"Harapannya, pemerintah pusat bisa memberikan dukungan terhadap rencana revitalisasi tersebut," katanya.
Menurut Sekda, pada tahun 2023 Pemerintah Kota Mataram memang pernah mengusulkan program revitalisasi Pasar Kebon Roek, tapi tidak dapat jawaban.
"Jadi tahun ini kami usulkan lagi dengan jumlah lebih besar karena ada penyesuaian harga," katanya.
Sementara terkait dengan ketersediaan lahan, katanya, Pemerintah Kota Mataram sudah menyiapkan lahan di Kebon Talo seluas 3 hektar.
Lokasinya bersebelahan dengan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Kebon Talo sehingga bisa terintegrasi dengan Pasar Kebon Roek dan UMKM yang sudah ada saat ini.
"Jadi pengolahan sampah pasar juga bisa lebih efektif dan efisien," katanya.
Sementara terkait dokumen sebelumnya yang masih kurang, lanjut Sekda, saat ini sedang dilengkapi, seperti dokumen FS (feasibility study) dan DED ( detail engineering design) masih berproses.
"Kita memberikan keyakinan kepada pemerintah pusat bagaimana ketersediaan lahan sudah siap dan sesuai dengan persyaratan dari kementerian," katanya.