Mataram (ANTARA) - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), melakukan pendataan terhadap tujuh perahu nelayan di Pantai Ampenan yang terindikasi rusak akibat abrasi pantai akhir pekan lalu.
Kepala DKP Kota Mataram Irwan Harimansyah di Mataram, Kamis, mengatakan dari hasil pendataan kerusakan tujuh perahu nelayan itu dipicu gesekan antar-perahu di areal parkir sempadan pantai.
"Perahu yang parkir di sempadan pantai tidak satu dua tapi jumlahnya belasan, sehingga ketika abrasi perahu saling tabrak dan ada bagian-bagian perahu yang patah," katanya.
Baca juga: Pemasangan tanggul pengaman di Pantai Ampenan Mataram tuntas
Baca juga: Tim Kesehatan Mataram cek kondisi warga terdampak abrasi pantai
Hal itu disampaikan menyikapi pernyataan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram yang menyebutkan akibat abrasi pantai pada Sabtu malam (27/1) sebanyak tujuh perahu nelayan mengalami kerusakan, dua diantaranya rusak berat.
Hanya saja setelah dilakukan pendataan, pihaknya belum dapat memastikan apakah perahu-perahu nelayan itu akan diberikan bantuan untuk intervensi lebih lanjut atau tidak sebab tidak ada anggaran yang tersedia.
"Prinsipnya setelah kami data, kami akan coba usulkan bantuan," katanya.
Sementara untuk menghindari hal serupa, kata dia, salah satu solusi yang diberikan ke nelayan agarmencari tempat parkir perahu yang lebih representatif ketika musim angin barat.
"Dengan demikian berbagai potensi dampak bencana yang bisa memicu kerusakan perahu bisa diminimalisir," katanya.
Baca juga: Pemkot Mataram membuat "riprap" cegah erosi akibat gelombang pasang
Baca juga: Sulut pacu penyelesaian fasilitas pendukung hunian tetap Amurang
Lebih jauh Irwan mengatakan perubahan cuaca yang terjadi saat ini memang susah diprediksi karena biasanya mulai bulan November-Maret setiap tahunnya terjadi cuaca ekstrem.
Namun untuk tahun ini, menurutnya, terjadi perubahan dan cuaca saat ini tidak seekstrem tahun-tahun sebelumnya.
"Kemungkinan musim angin barat tahun ini terjadi pergeseran. Meski demikian kita harus tetap waspada. Seperti abrasi kemarin, padahal cuaca di tengah kota tenang, tapi di pesisir pantai terjadi gelombang tinggi," katanya.
Terkait dengan itu pihaknya melalui tim penyuluh terus memberikan imbauan kepada nelayan agar tetap waspada ketika hendak melaut.
"Meskipun di darat cuaca terlihat tenang, tapi di laut belum tentu cuacanya sama," katanya.
Baca juga: Pemkot Mataram memasang tanggul bermetode Ban Insang antisipasi abrasi
Baca juga: Pemkot Mataram segera merelokasi nelayan terdampak abrasi ke "huntara"
Kepala DKP Kota Mataram Irwan Harimansyah di Mataram, Kamis, mengatakan dari hasil pendataan kerusakan tujuh perahu nelayan itu dipicu gesekan antar-perahu di areal parkir sempadan pantai.
"Perahu yang parkir di sempadan pantai tidak satu dua tapi jumlahnya belasan, sehingga ketika abrasi perahu saling tabrak dan ada bagian-bagian perahu yang patah," katanya.
Baca juga: Pemasangan tanggul pengaman di Pantai Ampenan Mataram tuntas
Baca juga: Tim Kesehatan Mataram cek kondisi warga terdampak abrasi pantai
Hal itu disampaikan menyikapi pernyataan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram yang menyebutkan akibat abrasi pantai pada Sabtu malam (27/1) sebanyak tujuh perahu nelayan mengalami kerusakan, dua diantaranya rusak berat.
Hanya saja setelah dilakukan pendataan, pihaknya belum dapat memastikan apakah perahu-perahu nelayan itu akan diberikan bantuan untuk intervensi lebih lanjut atau tidak sebab tidak ada anggaran yang tersedia.
"Prinsipnya setelah kami data, kami akan coba usulkan bantuan," katanya.
Sementara untuk menghindari hal serupa, kata dia, salah satu solusi yang diberikan ke nelayan agarmencari tempat parkir perahu yang lebih representatif ketika musim angin barat.
"Dengan demikian berbagai potensi dampak bencana yang bisa memicu kerusakan perahu bisa diminimalisir," katanya.
Baca juga: Pemkot Mataram membuat "riprap" cegah erosi akibat gelombang pasang
Baca juga: Sulut pacu penyelesaian fasilitas pendukung hunian tetap Amurang
Lebih jauh Irwan mengatakan perubahan cuaca yang terjadi saat ini memang susah diprediksi karena biasanya mulai bulan November-Maret setiap tahunnya terjadi cuaca ekstrem.
Namun untuk tahun ini, menurutnya, terjadi perubahan dan cuaca saat ini tidak seekstrem tahun-tahun sebelumnya.
"Kemungkinan musim angin barat tahun ini terjadi pergeseran. Meski demikian kita harus tetap waspada. Seperti abrasi kemarin, padahal cuaca di tengah kota tenang, tapi di pesisir pantai terjadi gelombang tinggi," katanya.
Terkait dengan itu pihaknya melalui tim penyuluh terus memberikan imbauan kepada nelayan agar tetap waspada ketika hendak melaut.
"Meskipun di darat cuaca terlihat tenang, tapi di laut belum tentu cuacanya sama," katanya.
Baca juga: Pemkot Mataram memasang tanggul bermetode Ban Insang antisipasi abrasi
Baca juga: Pemkot Mataram segera merelokasi nelayan terdampak abrasi ke "huntara"