Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Akbar Djohan menyatakan bahwa pihaknya berkomitmen untuk mengintegrasikan logistik guna meningkatkan daya saing nasional, dalam menuju Indonesia Emas 2045.
“Kami berkomitmen untuk mendukung sektor logistik nasional menjadi level efisien, menciptakan sistem logistik yang terintegrasi secara lokal, terhubung secara global untuk meningkatkan daya saing nasional. Upaya ini diharapkan berkontribusi menuju Indonesia Emas 2045,” kata Akbar dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) resmi mengukuhkan kepengurusan Dewan Pengurus Pusat (DPP) Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) atau Indonesian Logistics & Forwarders Association (ILFA) masa bakti 2023-2028. Proses pengukuhan ini dilakukan setelah penetapan hasil Musyawarah Nasional (Munas) VII DPP ALFI/ILFA di Jakarta pada 11 Desember 2023.
Akbar mengaku agenda utama setelah pelantikan adalah berupaya semaksimal mungkin untuk mengejawantahkan visi besar logistik dan rantai pasok Indonesia, integrasi secara nasional dan konektivitas secara global melalui integrasi dan efisiensi jaringan logistik.
Upaya itu, kata Akbar, akan dimaksimalkan baik dari jaringan distribusi, transportasi, informasi, dan jaringan keuangan dengan didukung pelaku dan penyedia jasa logistik yang kompeten.
Menurutnya hal tersebut sangat penting dilakukan, sebab Indonesia saat ini masih stagnan di peringkat ke-116 karena ekosistem logistik nasional yang belum efisien. Apalagi biaya logistik Indonesia tergolong tinggi dibandingkan lima negara ASEAN lain.
Disebutkan bahwa data World Bank mencatat Logistics Performance Index (LPI) Indonesia di tahun 2023 berada di peringkat ke-63 dari 139 negara. Beberapa negara lain yang berada di atas Indonesia adalah Singapura (1), RRT/China (19), Thailand (34), Vietnam (43), Malaysia (26), dan India (38).
Sama halnya dengan kondisi Indonesia dalam Indeks Trading Across Borders tahun 2020 di mana Indonesia berada di peringkat 116 dari 213 negara. Peringkat ini dipengaruhi oleh nilai keefektifan waktu dan biaya yang perlu ditingkatkan.
Akbar menegaskan sektor logistik harus segera menerapkan platform logistik yang terintegrasi, mulai dari single submission, single billing, single payment channel, single risk management, single monitoring hingga pada pengambilan keputusan yang cepat dan tepat.
“Termasuk terus menyempurnakan platform logistik tunggal, sistem interface yang saling terhubung tanpa harus menghilangkan sistem-sistem yang sudah ada,” ucap Akbar.
Menurut Akbar, koordinasi dan bekerjasama yang baik dalam menyelesaikan masalah transportasi dinilai cukup krusial, utamanya untuk mewujudkan kinerja angkutan barang yang lebih baik, khususnya angkutan barang dengan keselamatan yang terjamin (aman), cepat dan tepat waktu, serta tarif yang wajar.
Baca juga: Empat fokus utama wujudkan efisiensi logistik nasional
Baca juga: Alquran terjemahan bahasa Palembang dicetak 500 eks
Akbar mengatakan bahwa pihaknya juga berkomitmen meningkatkan pendidikan dan pelatihan (Diklat) melalui ALFI Institute dengan kurikulum standar internasional FIATA dan UNESCAP, serta meningkatkan kompetensi SDM dengan melaksanakan sertifikasi kompetensi profesi melalui LSP Logistik Insan Prima.
"Untuk mengoperasikan sistem logistik dan rantai pasok sangat dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang handal dan kompeten karena persaingan logistik tidak hanya antar produk atau perusahaan, namun juga antarjaringan logistik dan rantai pasok bahkan antarnegara,” kata Akbar.