Mataram (ANTARA) - Sejumlah warga yang berada di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat masih mengalami trauma pasca bencana banjir yang melanda sebulan lalu akibat hujan lebat.
"Setiap Selasa kami dikumpulkan di sekolah untuk trauma healing. Anak-anak banyak yang takut kalau hujan turun, bahkan orang dewasa juga waspada setiap langit mulai gelap," ujar Zulkaiyah (41) saat ditemui di rumahnya di Desa Kebun Duren, Sandubaya, Mataram, Kamis.
Pada 6 Juli 2025, hujan lebat selama lebih dari enam jam membuat sungai meluap dan menyebabkan banjir setinggi 2,7 meter menerjang Desa Kebun Duren dan sekitarnya. Bencana itu merusak rumah dan infrastruktur publik, serta menimbulkan trauma.
Baca juga: Sebanyak 41 unit huntara dibangun untuk korban banjir di Mataram
Sejumlah warga juga kehilangan hewan ternak yang mati akibat banjir mendadak dan suhu dingin. Beberapa bangunan hingga kini masih rusak, termasuk jejak ketinggian air banjir masih membekas di tembok rumah.
Di wilayah Kekalik Jaya, Mama Ica (45) mengungkapkan bahwa kegiatan ekonomi warga sempat terhenti selama beberapa hari karena harus membersihkan rumah dari lumpur.
Baca juga: Rumah membelakangi laut bentuk adaptasi hadapi ancaman rob di Mataram
Ia mengeluhkan kesehatan anaknya yang terkena infeksi kulit pasca bencana banjir yang terjadi secara tiba-tiba.
“Anak saya gatal-gatal karena air kotor. Saya juga tidak bisa jualan selama hampir seminggu. Sampai sekarang, rasa takut masih ada kalau hujan deras,” ucapnya.
Program trauma healing di Kekalik Jaya hanya diberikan kepada anak-anak, sedangkan orang dewasa tidak mendapatkan layanan psikologis tersebut.
Baca juga: Anggaran perbaikan tanggul akibat banjir di Mataram sebesar Rp7 miliar
Baca juga: Paket bantuan Rp600 juta dialokasikan untuk korban banjir Mataram
Baca juga: Penduduk Ampenan Mataram tingkatkan kewaspadaan hadapi banjir rob
Baca juga: Kabar baik! Warga terdampak banjir di Mataram dibebaskan dari PBB-P2 2025
