Denpasar (ANTARA) - Balon berwarna merah muda dan putih beserta pernak-pernik hiasan berbentuk hati memanjakan pandangan para pemilih yang datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) 026 Banjar Tunjung Sari, Desa Peguyangan Kangin, Kota Denpasar, Bali, Rabu (14/2/2024).
Tak hanya itu, di meja kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) yang bernuansa pink atau merah muda juga ada tumpukan cokelat dan permen, menyambut pemilih yang datang mencoblos bertepatan dengan "Hari Kasih Sayang" ini.
Sebanyak 100 pemilih pertama di TPS yang berada di kompleks perumahan berpadu suasana sawah itu pun berkesempatan mendapat hadiah cokelat dan semua pemilih yang datang berhak mendapatkan permen berbentuk hati.
Yang semakin membuat betah, tentu senyum manis dari para petugas KPPS yang mengenakan kebaya berwarna merah muda. Mereka berkebaya karena semuanya merupakan perempuan. Tak hanya petugas KPPS, termasuk pengawas TPS, petugas ketertiban, hingga para saksi di TPS tersebut juga seluruhnya kaum hawa.
Menurut penuturan Kepala Dusun Tunjung Sari Komang Sugata, TPS yang bernuansa Valentine ini memang sengaja dihadirkan, sekaligus mengajak pemilih merayakan Hari Kasih Sayang. Dengan demikian pemilih yang hadir ke TPS pada saat Pemilu 2024, sekaligus bisa merasakan kesan nyaman dan damai.
TPS 026 Banjar Tunjung Sari merupakan satu dari tujuh TPS di Kota Denpasar yang memang disiapkan semua penyelenggaranya kaum perempuan untuk menindaklanjuti arahan dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Bali.
Selanjutnya sekitar dua kilometer arah ke timur dari pusat Kota Denpasar, kita juga dapat menjumpai TPS yang seluruh penyelenggaranya kaum perempuan. Para petugas KPPS di TPS 28 Sumerta Kelod di Banjar Kedaton, Denpasar, ini mengenakan pakaian adat Bali dengan kebaya warna hijau muda dan kain (kamen) berwarna merah muda.
Di banjar (dusun) itu, TPS dengan petugas KPPS-nya perempuan, sebenarnya bukan yang pertama kali, tetapi sudah sejak Pemilu 2019. Petugas KPPS mengaku tidak ada kendala dalam perekrutan KPPS dari kaum hawa tersebut. Mereka merupakan anggota PKK dan sebagian juga anggota sekaa teruna (perkumpulan pemuda-pemudi) setempat. Ada juga yang sudah pernah menjadi KPPS pada pemilu-pemilu sebelumnya.
Kalau dalam pemilu sebelumnya mereka menggunakan sanggul khas Bali, kini para petugas KPPS memilih menggunakan sanggul modifikasi agar lebih ringan, dengan pertimbangan karena harus menghitung hasil pemungutan suara dalam waktu yang cukup lama.
Intinya, Ketua KPPS 28 Sumerta Kelod Ni Ketut Kompyang Ratnadi Idawati beserta kawan-kawan petugas KPPS tetap ingin tampil manis dan rapi dalam melayani pemilih menyalurkan suaranya pada pesta demokrasi lima tahunan itu.
Buka kesadaran politik
Kesan politik itu eras, tak jarang masih membuat kaum perempuan enggan terlibat dalam kegiatan politik, termasuk untuk menjadi penyelenggara pemilu. Oleh karena itu, KPU Provinsi Bali sengaja menghadirkan TPS dengan penyelenggara kaum perempuan untuk mendorong partisipasi kaum hawa di wilayah itu.
Ketua KPU Provinsi Bali Dewa Agung Gede Lidartawan menyampaikan selama ini ada pandangan bahwa mengurus politik itu keras, sehingga kaum perempuan menjadi enggan terlibat. Dengan diberi kesempatan terlibat, kaum perempuan diharapkan mulai berubah pikirannya dan mau terjun ke dunia politik.
TPS dengan menghadirkan semua petugas perempuan, mulai dari KPPS, pengawas TPS, petugas ketertiban dan para saksi tersebut merupakan program baru yang diterapkan se-Provinsi Bali pada Pemilu 2024 ini.
Tiap kabupaten/kota hendaknya ada satu percontohan TPS khusus perempuan dan kalau bisa lebih banyak tentu lebih bagus. Meskipun di TPS tersebut para petugasnya perempuan, tetapi untuk pemilihnya masih sama dengan TPS pada umumnya, ada pemilih laki-laki dan pemilih perempuan.
Gayung bersambut, ternyata di Kota Denpasar bisa menghadirkan lebih dari satu TPS, bahkan ada di tiap kecamatan dan total ada tujuh TPS perempuan. Ke-tujuh lokasi TPS perempuan di Kota Denpasar berdasarkan kecamatannya adalah TPS 1 Dangin Puri Kauh dan TPS 26 Peguyangan (Denpasar Utara), selanjutnya TPS 19 di Banjar Ratna Bhuwana Sumerta Kauh (Denpasar Timur).
Kemudian di TPS 33 Banjar Kaja, Panjer (Denpasar Selatan) serta TPS 5 dan 7 Banjar Batukandik, Padangsambian Kaja, serta TPS 20 Banjar Bhuana Kubu, Tegal (Denpasar Barat). Ketua KPU Kota Denpasar Dewa Ayu Sekar Anggraeni menuturkan kehadiran TPS perempuan sebenarnya sudah dimulai sejak Pemilu 2014, yang awalnya dengan melibatkan kader posyandu dan PKK sebagai petugas KPPS.
Namun pada Pemilu 2024 ini ada sedikit perbedaan, karena tak hanya petugas KPPS yang perempuan, tetapi hingga pengawas TPS, petugas ketertiban dan para saksi, seluruhnya perempuan.
Respons dari PPS (panitia pemungutan suara) maupun panitia pemilihan kecamatan (PPK) antusias, sehingga malah ada beberapa TPS perempuan di Kota Denpasar, tidak hanya satu. Menjadi KPPS ini merupakan cikal bakal partisipasi perempuan sebagai penyelenggara pemilu. Diharapkan nantinya mereka juga bisa menjadi penyelenggara pemilu di jenjang yang lebih tinggi, seperti menjadi PPS, PPK, bahkan komisioner KPU.
Apalagi, berdasarkan UU Pemilu No 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum ada afirmasi terkait perempuan, khususnya sebagai penyelenggara pemilu harus memperhatikan keterwakilan perempuan. Bahkan ada aturan bagi peserta pemilu bahwa 30 persen keterwakilan perempuan wajib dipenuhi oleh peserta pemilu.
Baca juga: Prabowo-Gibran unggul di TPS Bupati Lombok Tengah
Baca juga: Populi Center: Pilpres 2024 berpotensi satu putaran
Ketika KPPS berinteraksi dengan saksi partai politik dan hal-hal politik praktis saat pelaksanaan Pemilu 2024, diyakini dapat menjadi lebih mengenal dan terbuka wawasannya mengenai politik.
Wawasan politik kaum hawa yang kian terbuka disertai dengan suguhan TPS dengan aura feminin di Bali ini, tentunya menjadikan pesta demokrasi yang bertepatan dengan Hari Kasih Sayang sebagai momentum yang manis untuk menentukan sosok pemimpin bangsa dan wakil rakyat untuk lima tahun ke depan.
Para petugas KPPS yang seluruhnya perempuan di TPS 28 Sumerta Kelod di Banjar Kedaton, Denpasar, Bali, saat melayani pemilih, Rabu (14/2/2024).
ANTARA/Ni Luh Rhismawati
Tak hanya itu, di meja kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) yang bernuansa pink atau merah muda juga ada tumpukan cokelat dan permen, menyambut pemilih yang datang mencoblos bertepatan dengan "Hari Kasih Sayang" ini.
Sebanyak 100 pemilih pertama di TPS yang berada di kompleks perumahan berpadu suasana sawah itu pun berkesempatan mendapat hadiah cokelat dan semua pemilih yang datang berhak mendapatkan permen berbentuk hati.
Yang semakin membuat betah, tentu senyum manis dari para petugas KPPS yang mengenakan kebaya berwarna merah muda. Mereka berkebaya karena semuanya merupakan perempuan. Tak hanya petugas KPPS, termasuk pengawas TPS, petugas ketertiban, hingga para saksi di TPS tersebut juga seluruhnya kaum hawa.
Menurut penuturan Kepala Dusun Tunjung Sari Komang Sugata, TPS yang bernuansa Valentine ini memang sengaja dihadirkan, sekaligus mengajak pemilih merayakan Hari Kasih Sayang. Dengan demikian pemilih yang hadir ke TPS pada saat Pemilu 2024, sekaligus bisa merasakan kesan nyaman dan damai.
TPS 026 Banjar Tunjung Sari merupakan satu dari tujuh TPS di Kota Denpasar yang memang disiapkan semua penyelenggaranya kaum perempuan untuk menindaklanjuti arahan dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Bali.
Selanjutnya sekitar dua kilometer arah ke timur dari pusat Kota Denpasar, kita juga dapat menjumpai TPS yang seluruh penyelenggaranya kaum perempuan. Para petugas KPPS di TPS 28 Sumerta Kelod di Banjar Kedaton, Denpasar, ini mengenakan pakaian adat Bali dengan kebaya warna hijau muda dan kain (kamen) berwarna merah muda.
Di banjar (dusun) itu, TPS dengan petugas KPPS-nya perempuan, sebenarnya bukan yang pertama kali, tetapi sudah sejak Pemilu 2019. Petugas KPPS mengaku tidak ada kendala dalam perekrutan KPPS dari kaum hawa tersebut. Mereka merupakan anggota PKK dan sebagian juga anggota sekaa teruna (perkumpulan pemuda-pemudi) setempat. Ada juga yang sudah pernah menjadi KPPS pada pemilu-pemilu sebelumnya.
Kalau dalam pemilu sebelumnya mereka menggunakan sanggul khas Bali, kini para petugas KPPS memilih menggunakan sanggul modifikasi agar lebih ringan, dengan pertimbangan karena harus menghitung hasil pemungutan suara dalam waktu yang cukup lama.
Intinya, Ketua KPPS 28 Sumerta Kelod Ni Ketut Kompyang Ratnadi Idawati beserta kawan-kawan petugas KPPS tetap ingin tampil manis dan rapi dalam melayani pemilih menyalurkan suaranya pada pesta demokrasi lima tahunan itu.
Buka kesadaran politik
Kesan politik itu eras, tak jarang masih membuat kaum perempuan enggan terlibat dalam kegiatan politik, termasuk untuk menjadi penyelenggara pemilu. Oleh karena itu, KPU Provinsi Bali sengaja menghadirkan TPS dengan penyelenggara kaum perempuan untuk mendorong partisipasi kaum hawa di wilayah itu.
Ketua KPU Provinsi Bali Dewa Agung Gede Lidartawan menyampaikan selama ini ada pandangan bahwa mengurus politik itu keras, sehingga kaum perempuan menjadi enggan terlibat. Dengan diberi kesempatan terlibat, kaum perempuan diharapkan mulai berubah pikirannya dan mau terjun ke dunia politik.
TPS dengan menghadirkan semua petugas perempuan, mulai dari KPPS, pengawas TPS, petugas ketertiban dan para saksi tersebut merupakan program baru yang diterapkan se-Provinsi Bali pada Pemilu 2024 ini.
Tiap kabupaten/kota hendaknya ada satu percontohan TPS khusus perempuan dan kalau bisa lebih banyak tentu lebih bagus. Meskipun di TPS tersebut para petugasnya perempuan, tetapi untuk pemilihnya masih sama dengan TPS pada umumnya, ada pemilih laki-laki dan pemilih perempuan.
Gayung bersambut, ternyata di Kota Denpasar bisa menghadirkan lebih dari satu TPS, bahkan ada di tiap kecamatan dan total ada tujuh TPS perempuan. Ke-tujuh lokasi TPS perempuan di Kota Denpasar berdasarkan kecamatannya adalah TPS 1 Dangin Puri Kauh dan TPS 26 Peguyangan (Denpasar Utara), selanjutnya TPS 19 di Banjar Ratna Bhuwana Sumerta Kauh (Denpasar Timur).
Kemudian di TPS 33 Banjar Kaja, Panjer (Denpasar Selatan) serta TPS 5 dan 7 Banjar Batukandik, Padangsambian Kaja, serta TPS 20 Banjar Bhuana Kubu, Tegal (Denpasar Barat). Ketua KPU Kota Denpasar Dewa Ayu Sekar Anggraeni menuturkan kehadiran TPS perempuan sebenarnya sudah dimulai sejak Pemilu 2014, yang awalnya dengan melibatkan kader posyandu dan PKK sebagai petugas KPPS.
Namun pada Pemilu 2024 ini ada sedikit perbedaan, karena tak hanya petugas KPPS yang perempuan, tetapi hingga pengawas TPS, petugas ketertiban dan para saksi, seluruhnya perempuan.
Respons dari PPS (panitia pemungutan suara) maupun panitia pemilihan kecamatan (PPK) antusias, sehingga malah ada beberapa TPS perempuan di Kota Denpasar, tidak hanya satu. Menjadi KPPS ini merupakan cikal bakal partisipasi perempuan sebagai penyelenggara pemilu. Diharapkan nantinya mereka juga bisa menjadi penyelenggara pemilu di jenjang yang lebih tinggi, seperti menjadi PPS, PPK, bahkan komisioner KPU.
Apalagi, berdasarkan UU Pemilu No 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum ada afirmasi terkait perempuan, khususnya sebagai penyelenggara pemilu harus memperhatikan keterwakilan perempuan. Bahkan ada aturan bagi peserta pemilu bahwa 30 persen keterwakilan perempuan wajib dipenuhi oleh peserta pemilu.
Baca juga: Prabowo-Gibran unggul di TPS Bupati Lombok Tengah
Baca juga: Populi Center: Pilpres 2024 berpotensi satu putaran
Ketika KPPS berinteraksi dengan saksi partai politik dan hal-hal politik praktis saat pelaksanaan Pemilu 2024, diyakini dapat menjadi lebih mengenal dan terbuka wawasannya mengenai politik.
Wawasan politik kaum hawa yang kian terbuka disertai dengan suguhan TPS dengan aura feminin di Bali ini, tentunya menjadikan pesta demokrasi yang bertepatan dengan Hari Kasih Sayang sebagai momentum yang manis untuk menentukan sosok pemimpin bangsa dan wakil rakyat untuk lima tahun ke depan.
ANTARA/Ni Luh Rhismawati