Gianyar (ANTARA) - Anggota Dewan Perwakilan Daerah Made Mangku Pastika mengaku salut dengan perajin gong dan gamelan Sidha Karya dari Desa Babakan, Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali yang tetap eksis melestarikan budaya Bali hingga saat ini.
"Luar biasa, di sini ternyata ada maestro yang terus melestarikan budaya Bali dengan mengembangkan kerajinan gong dan gamelan," kata Pastika saat mengadakan kegiatan reses ke sentra produksi gamelan Sidha Karya di Gianyar, Sabtu
Pastika dalam kegiatan reses yang bertajuk Melestarikan Budaya, Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat itu juga berkesempatan melihat proses pengerjaan seperangkat gamelan Bali dan berbincang dengan Jro Mangku Pager selaku pemilik usaha gamelan Sidha Karya.
"Jro Mangku ini tak hanya seniman, tetapi juga ahli metalurgi dan terus melakukan inovasi," ucap mantan Gubernur Bali dua periode itu.
Di bengkel produksi Sidha Karya juga dilakukan pemprosesan bahan baku logam untuk gamelan yakni tembaga dan timah dari luar Bali untuk menjadi perunggu.
"Jadi potensi Blahbatuh ini tidak kalah dengan daerah wisata lainnya. Di sini ada pura, ada puri, alamnya yang indah dan tempat-tempat kerajinan, bahkan yang sangat besar sentra kerajinan seperti Sidha Karya ini," ucap anggota DPD yang tak maju lagi di Pemilu 2024 ini.
Sementara itu, Jro Mangku Pager, selaku pemilik kerajinan gong Sidha Karya menceritakan usaha gong dan gamelan yang ada sudah dirintis oleh buyutnya. Ia mengaku sudah dari kecil berkecimpung dengan usaha gamelan yang telah diwarisi tersebut dan benar-benar memfokuskan diri mengerjakan usaha tersebut sejak tahun 1998.
"Saya sejak kecil sudah tekuni ini. Dalam perkembangannya kami terus berinovasi pada beberapa bagian gamelan agar lebih sempurna," kata insinyur alumni ITN Malang ini.
Diantaranya sudah dilakukan pergantian bahan baku bambu dengan pipa paralon agar mendapatkan ukuran yang sama dan sesuai kebutuhan.
"Jika bertahan dengan bambu, sulit mencari ukuran yang sama dan besar diameter yang dibutuhkan, selain juga terkendala musim tebang," ujar Jro Mangku yang mempekerjakan puluhan tenaga ini.
Jro Mangku menyampaikan, di Bali itu awalnya produksi gamelan hanya ada tiga daerah yakni di Blahbatuh (Gianyar), di Kabupaten Klungkung dan di Buleleng. Namun, belakangan sudah mulai ada perkembangan usaha produksi gamelan di luar tiga daerah itu.
Ia mengaku bersyukur usaha turun temurun yang digelutinya bisa terus berkembang. Saat sebelum pandemi COVID-19, pihaknya dalam setahun bisa menjual 5 sampai 10 perangkat (barung) gamelan.
Baca juga: NTB memperkenalkan Gamelan Sasak di ajang MATTA Fair 2023
Baca juga: KBRI Moskow menggelar pertunjukan gamelan "Night at the Museum"
"Saat pandemi, kami benar-benar tidak mendapatkan pesanan. Saat ini sudah mulai bergeliat, bisa 3-4 barung gamelan yang terjual dalam setahun. Di samping juga menjual gamelan satu-satu sesuai permintaan atau tidak lengkap satu barung," ucapnya.
Seperangkat gamelan rata-rata dikerjakan oleh 20 tenaga selama 3-4 bulan dengan harga satu barung itu hingga lebih dari Rp400 juta. Selain memproduksi berbagai gamelan, ia juga memberikan jasa perbaikan gamelan. "Biarpun tidak ada perbaikan, kami tetap membuat gamelan," katanya.
"Luar biasa, di sini ternyata ada maestro yang terus melestarikan budaya Bali dengan mengembangkan kerajinan gong dan gamelan," kata Pastika saat mengadakan kegiatan reses ke sentra produksi gamelan Sidha Karya di Gianyar, Sabtu
Pastika dalam kegiatan reses yang bertajuk Melestarikan Budaya, Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat itu juga berkesempatan melihat proses pengerjaan seperangkat gamelan Bali dan berbincang dengan Jro Mangku Pager selaku pemilik usaha gamelan Sidha Karya.
"Jro Mangku ini tak hanya seniman, tetapi juga ahli metalurgi dan terus melakukan inovasi," ucap mantan Gubernur Bali dua periode itu.
Di bengkel produksi Sidha Karya juga dilakukan pemprosesan bahan baku logam untuk gamelan yakni tembaga dan timah dari luar Bali untuk menjadi perunggu.
"Jadi potensi Blahbatuh ini tidak kalah dengan daerah wisata lainnya. Di sini ada pura, ada puri, alamnya yang indah dan tempat-tempat kerajinan, bahkan yang sangat besar sentra kerajinan seperti Sidha Karya ini," ucap anggota DPD yang tak maju lagi di Pemilu 2024 ini.
Sementara itu, Jro Mangku Pager, selaku pemilik kerajinan gong Sidha Karya menceritakan usaha gong dan gamelan yang ada sudah dirintis oleh buyutnya. Ia mengaku sudah dari kecil berkecimpung dengan usaha gamelan yang telah diwarisi tersebut dan benar-benar memfokuskan diri mengerjakan usaha tersebut sejak tahun 1998.
"Saya sejak kecil sudah tekuni ini. Dalam perkembangannya kami terus berinovasi pada beberapa bagian gamelan agar lebih sempurna," kata insinyur alumni ITN Malang ini.
Diantaranya sudah dilakukan pergantian bahan baku bambu dengan pipa paralon agar mendapatkan ukuran yang sama dan sesuai kebutuhan.
"Jika bertahan dengan bambu, sulit mencari ukuran yang sama dan besar diameter yang dibutuhkan, selain juga terkendala musim tebang," ujar Jro Mangku yang mempekerjakan puluhan tenaga ini.
Jro Mangku menyampaikan, di Bali itu awalnya produksi gamelan hanya ada tiga daerah yakni di Blahbatuh (Gianyar), di Kabupaten Klungkung dan di Buleleng. Namun, belakangan sudah mulai ada perkembangan usaha produksi gamelan di luar tiga daerah itu.
Ia mengaku bersyukur usaha turun temurun yang digelutinya bisa terus berkembang. Saat sebelum pandemi COVID-19, pihaknya dalam setahun bisa menjual 5 sampai 10 perangkat (barung) gamelan.
Baca juga: NTB memperkenalkan Gamelan Sasak di ajang MATTA Fair 2023
Baca juga: KBRI Moskow menggelar pertunjukan gamelan "Night at the Museum"
"Saat pandemi, kami benar-benar tidak mendapatkan pesanan. Saat ini sudah mulai bergeliat, bisa 3-4 barung gamelan yang terjual dalam setahun. Di samping juga menjual gamelan satu-satu sesuai permintaan atau tidak lengkap satu barung," ucapnya.
Seperangkat gamelan rata-rata dikerjakan oleh 20 tenaga selama 3-4 bulan dengan harga satu barung itu hingga lebih dari Rp400 juta. Selain memproduksi berbagai gamelan, ia juga memberikan jasa perbaikan gamelan. "Biarpun tidak ada perbaikan, kami tetap membuat gamelan," katanya.