Kupang (ANTARA) - Tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengevakuasi pohon tumbang akibat cuaca ekstrem yang terjadi di wilayah itu sejak Senin (11/3).
"Kemarin kami monitoring sesuai laporan yang masuk, ada pohon-pohon yang tumbang di jalan dan rumah warga kami sudah evakuasi," kata Kepala Pelaksana BPBD Sabu Raijua Javid Ndu Ufi ketika dihubungi dari Kupang, Rabu malam.
Evakuasi pohon tumbang bagian dari respons cepat terhadap keadaan darurat akibat cuaca ekstrem. Evakuasi dilakukan oleh tim BPBD Sabu Raijua bersama masyarakat di sekitar lokasi kejadian.
Ia mengatakan angin kencang telah menyebabkan pohon tumbang dan satu rumah warga di Desa Roboaba, Kecamatan Sabu Barat rusak ringan. Pohon beringin juga tumbang di Dusun 4 Desa Menia, Kecamatan Sabu Barat sehingga menghalang jalan dan merusak kabel jaringan listrik PLN.
Ia menyebut angin puting beliung juga menyebabkan gedung SMA Negeri 2 Liae mengalami rusak berat karena atapnya terbawa angin.
"Lima ruang kelas roboh, padahal itu ruang kelas darurat yang baru dibangun atas swadaya orang tua murid," kata Javid.
Ia menyebut semua kejadian bencana telah dilaporkan oleh BPBD Kabupaten Sabu Raijua ke BPBD Provinsi NTT. Pihaknya telah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap dampak cuaca ekstrem hujan dan angin kencang. Ia mengimbau masyarakat segera menebang pohon besar yang berpotensi tumbang saat angin kencang untuk menghindari risiko bencana.
Ia meminta kerja sama kepala desa dan lurah untuk melakukan gotong royong membersihkan lingkungan, seperti pembersihan selokan untuk mengantisipasi luapan atau genangan air saat hujan.
Baca juga: Pesisir Selatan Sumbar masih terisolasi akibat banjir
Baca juga: Dapur umum siap bantu sahur-buka puasa korban banjir Kendari
Ia mengingatkan masyarakat untuk memperhatikan jaringan listrik saat cuaca ekstrem, menyimpan barang berharga di tempat yang aman, serta tidak melaut atau melakukan aktivitas di laut saat cuaca tidak memungkinkan.
"Segera laporkan kejadian bencana kepada pihak-pihak terkait agar penanganan bencana dapat dilakukan dengan cepat dan tepat," ucapnya.
Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), cuaca ekstrem akan berlangsung hingga 18 Maret 2024.
"Kemarin kami monitoring sesuai laporan yang masuk, ada pohon-pohon yang tumbang di jalan dan rumah warga kami sudah evakuasi," kata Kepala Pelaksana BPBD Sabu Raijua Javid Ndu Ufi ketika dihubungi dari Kupang, Rabu malam.
Evakuasi pohon tumbang bagian dari respons cepat terhadap keadaan darurat akibat cuaca ekstrem. Evakuasi dilakukan oleh tim BPBD Sabu Raijua bersama masyarakat di sekitar lokasi kejadian.
Ia mengatakan angin kencang telah menyebabkan pohon tumbang dan satu rumah warga di Desa Roboaba, Kecamatan Sabu Barat rusak ringan. Pohon beringin juga tumbang di Dusun 4 Desa Menia, Kecamatan Sabu Barat sehingga menghalang jalan dan merusak kabel jaringan listrik PLN.
Ia menyebut angin puting beliung juga menyebabkan gedung SMA Negeri 2 Liae mengalami rusak berat karena atapnya terbawa angin.
"Lima ruang kelas roboh, padahal itu ruang kelas darurat yang baru dibangun atas swadaya orang tua murid," kata Javid.
Ia menyebut semua kejadian bencana telah dilaporkan oleh BPBD Kabupaten Sabu Raijua ke BPBD Provinsi NTT. Pihaknya telah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap dampak cuaca ekstrem hujan dan angin kencang. Ia mengimbau masyarakat segera menebang pohon besar yang berpotensi tumbang saat angin kencang untuk menghindari risiko bencana.
Ia meminta kerja sama kepala desa dan lurah untuk melakukan gotong royong membersihkan lingkungan, seperti pembersihan selokan untuk mengantisipasi luapan atau genangan air saat hujan.
Baca juga: Pesisir Selatan Sumbar masih terisolasi akibat banjir
Baca juga: Dapur umum siap bantu sahur-buka puasa korban banjir Kendari
Ia mengingatkan masyarakat untuk memperhatikan jaringan listrik saat cuaca ekstrem, menyimpan barang berharga di tempat yang aman, serta tidak melaut atau melakukan aktivitas di laut saat cuaca tidak memungkinkan.
"Segera laporkan kejadian bencana kepada pihak-pihak terkait agar penanganan bencana dapat dilakukan dengan cepat dan tepat," ucapnya.
Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), cuaca ekstrem akan berlangsung hingga 18 Maret 2024.