Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama PT Angkasa Pura Indonesia Faik Fahmi mengatakan bahwa pengelola bandara memberikan fleksibilitas kepada operator penerbangan domestik untuk mengoperasikan pesawat mereka di seluruh bandara selama periode Lebaran 2024.
“Kami berusaha memberikan fleksibilitas kepada operator penerbangan domestik untuk bisa mengoperasikan pesawat-pesawat mereka di seluruh bandara-bandara kami. Memang tidak semua bandara Angkasa Pura 1, Angkasa Pura 2 beroperasi 24 jam, tapi kami memberikan keleluasaan,” ujar Faik Fahmi dalam acara bertajuk, “Kupas Tuntas Bersama InJourney Airports Angkasa Pura Indonesia” di Jakarta, Selasa.
Tujuan fleksibilitas tersebut, kata Faik, adalah untuk mendorong produktivitas pesawat, sehingga bisa mengangkut penumpang lebih banyak lagi. Selain itu, fleksibilitas pengoperasian bandara juga mengurangi risiko irregularities atau ketidakteraturan, terlebih apabila terdapat delay berkepanjangan.
“Berdasarkan pengalaman di periode peak season sebelumnya, biasanya delay berkepanjangan itu akan berdampak terhadap penerbangan di hari berikutnya,” kata Faik.
Penumpang yang tidak terangkut hari ini, tutur Faik akan diangkut keesokan hari. Fenomena tersebut mengakibatkan tercampurnya penumpang dari pesawat yang delay dengan penumpang yang sesuai dengan jadwal penerbangan.
“Sehingga biasanya menimbulkan efek yang sangat tidak bagus terkait dengan kenyamanan,” ucap Dirut Angkasa Pura Indonesia ini.
Baca juga: AP I meraih dua penghargaan dalam PR Indonesia Awards 2024
Baca juga: AP II jelaskan pembukaan rute baru momentum jaga pertumbuhan penerbangan
Dengan fleksibilitas yang diberikan para pengelola bandara, Faik berharap operator penerbangan dapat lebih mudah mengoperasikan penerbangannya pada malam hari. Dengan demikian, kata Faik, persoalan penumpang delay dapat diselesaikan malam itu juga dan dapat mengoptimalkan ketersediaan pesawat dengan maksimal.
“Jadi, ini salah satu terobosan yang memang terus kami lakukan. Belajar dari peak season sebelumnya, ini bisa mendorong utilitas pesawat airline domestik, yang rata-rata dulu hanya dipakai 9 jam sehari, bisa menjadi 12 jam per hari,” kata Faik.
“Kami berusaha memberikan fleksibilitas kepada operator penerbangan domestik untuk bisa mengoperasikan pesawat-pesawat mereka di seluruh bandara-bandara kami. Memang tidak semua bandara Angkasa Pura 1, Angkasa Pura 2 beroperasi 24 jam, tapi kami memberikan keleluasaan,” ujar Faik Fahmi dalam acara bertajuk, “Kupas Tuntas Bersama InJourney Airports Angkasa Pura Indonesia” di Jakarta, Selasa.
Tujuan fleksibilitas tersebut, kata Faik, adalah untuk mendorong produktivitas pesawat, sehingga bisa mengangkut penumpang lebih banyak lagi. Selain itu, fleksibilitas pengoperasian bandara juga mengurangi risiko irregularities atau ketidakteraturan, terlebih apabila terdapat delay berkepanjangan.
“Berdasarkan pengalaman di periode peak season sebelumnya, biasanya delay berkepanjangan itu akan berdampak terhadap penerbangan di hari berikutnya,” kata Faik.
Penumpang yang tidak terangkut hari ini, tutur Faik akan diangkut keesokan hari. Fenomena tersebut mengakibatkan tercampurnya penumpang dari pesawat yang delay dengan penumpang yang sesuai dengan jadwal penerbangan.
“Sehingga biasanya menimbulkan efek yang sangat tidak bagus terkait dengan kenyamanan,” ucap Dirut Angkasa Pura Indonesia ini.
Baca juga: AP I meraih dua penghargaan dalam PR Indonesia Awards 2024
Baca juga: AP II jelaskan pembukaan rute baru momentum jaga pertumbuhan penerbangan
Dengan fleksibilitas yang diberikan para pengelola bandara, Faik berharap operator penerbangan dapat lebih mudah mengoperasikan penerbangannya pada malam hari. Dengan demikian, kata Faik, persoalan penumpang delay dapat diselesaikan malam itu juga dan dapat mengoptimalkan ketersediaan pesawat dengan maksimal.
“Jadi, ini salah satu terobosan yang memang terus kami lakukan. Belajar dari peak season sebelumnya, ini bisa mendorong utilitas pesawat airline domestik, yang rata-rata dulu hanya dipakai 9 jam sehari, bisa menjadi 12 jam per hari,” kata Faik.