Jakarta (ANTARA) - TNI AU pada 9 April 2024 genap berusia 78 tahun. Selama itu pula para kesatria udara berhasil menjaga pertahanan langit Indonesia.
Pada usianya yang hampir sama dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), AU sudah banyak mengalami perkembangan.
Teknologi alat utama sistem senjata (alutsista) yang mutakhir, mulai dari pesawat, helikopter, hingga kualitas sumber daya manusia (SDM) yang makin maju sudah dialaminya.
Namun, tampaknya kado terindah AU pada usia menjelang 8 dasawarsa ini bukan lagi ragam teknologi yang sudah dimiliki.
Kado terindah tahun ini yakni TNI AU memiliki wajah pemimpin baru yakni Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Mohamad Tonny Harjono.
Tonny dilantik Presiden pada Jumat (5/4), tepat 4 hari sebelum TNI AU "tiup lilin" memasuki usia ke- 78.
Kehadiran Tonny menggantikan Marsekal TNI Fadjar Prasetyo oleh banyak kalangan disebut bakal membawa kemajuan AU.
Labelnya sebagai marsekal pada usia muda dengan segudang prestasi memberi optimisme publik bahwa akan ada perubahan besar yang dibawa Tonny untuk TNI AU.
Kini semua seakan menuntut balik. Kira-kira kado apa yang akan dipersembahkan Tonny untuk TNI AU pada usia ke-78 ini?
Beragam tugas
Beberapa menit setelah tanda tangan surat serah terima jabatan antara Tonny dan Fadjar di Lanud Halim Perdanakusuma pada 5 April lalu, Panglima TNI Jendral Agus Subiyanto langsung "mengalungi" Tonny dengan beragam tugas, antara lain, mendorong modernisasi alutsista, yang menjadi poin pertama.
Agus ingin tangan dingin Tonny dapat menghadirkan teknologi alutsista AU makin maju dan dapat bersaing dengan kekuatan udara negara-negara lain.
Agus pun menyebut beberapa alutsista seperti jet tempur, sistem radar, helikopter, dan persenjataan lainnya ketika memberi wejangan kepada Tonny.
Tidak hanya dari Panglima TNI, Tonny juga mendapat titipan tugas dari mantan pucuk pimpinan AU sekaligus Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolkam) RI Hadi Tjahjanto.
Kepada Tonny, Hadi menekankan pentingnya meningkatkan kualitas SDM di jajaran TNI AU. Kemajuan teknologi harus dibarengi dengan meningkatnya mutu SDM.
Dengan demikian, SDM dan teknologi bisa bersinergi dengan baik dalam memperkuat pertahanan.
Tidak hanya itu, Tonny juga diberikan mandat untuk memperkuat kedaulatan RI di Selat Malaka.
Ini menjadi pekerjaan rumah tiada akhir lantaran di selat strategis itu kerap terjadi insiden yang dianggap merugikan Indonesia.
Salah satu yang terbaru yakni masuknya pengungsi Rohingya dari Selat Malaka menuju Aceh.
Belum lagi soal Laut Natuna. Saling klaim antara China dan Indonesia di Laut Natuna sempat meningkatkan tensi hubungan ke dua negara.
Di satu sisi, China mengklaim berhak atas wilayah Natuna berdasarkan peta wilayah laut yang dikeluarkan pemerintah China tahun 1993.
Dalam peta yang dibuat China berdasarkan sejarah itu, terlihat ada sembilan garis putus atau nine-dash line penanda batas teritorial wilayah China.
Garis putus-putus itulah yang melintasi wilayah Natuna. Padahal, Indonesia memiliki kedaulatan di laut itu karena termasuk dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia itu.
Dalam kondisi ini, Hadi dengan tegas meminta Tonny untuk mengerahkan kekuatan udara guna melakukan pengintaian di wilayah tersebut.
"Peran AU sangat penting terutama dengan pesawat tempur, pesawat angkut, dan pesawat intai khususnya," kata Hadi usai acara serah terima jabatan.
Tidak berhenti pada soal pertahanan. Hadi juga mewanti-wanti Tonny untuk melakukan persiapan pengaturan cuaca menggunakan alat khusus di pesawat TNI AU.
Hal itu dilakukan untuk menghindari cuaca kekeringan yang berpotensi menyebabkan kebakaran hutan.
Tidak hanya dari kalangan militer, para akademikus juga menaruh harapan besar kepada Tonny, lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) tahun 1993 tersebut.
Salah satunya datang dari Guru Besar Ilmu Politik dan Keamanan Universitas Padjadjaran Muradi.
Menurut dia, Tonny harus fokus kepada pengamanan udara di Ibu Kota Nusantara (IKN) yang dalam waktu dekat akan banyak aktivitas kenegaraan di sana.
Wilayah itu menjadi amat krusial sehingga kekuatan di udara dalam melakukan pengintaian harus diperketat.
Selain itu, lagi-lagi peningkatan kualitas alutsista dan penambahan unit tempur juga disinggung Muradi sebagai salah satu hal yang harus ditunaikan.
Ada banyak aspek yang harus diperhatikan Tonny ketika melakukan penambahan alutsista.
Beberapa di antaranya soal anggaran dan pemilihan pihak yang akan diajak bekerja sama sama dalam melakukan pengadaan.
Dua hal ini harus diperhatikan Tonny lantaran dapat menimbulkan dugaan penyalahgunaan wewenang untuk kepentingan bisnis pihak tertentu.
Dan, satu hal terpenting yang menurut Muradi harus dilakukan Tonny sejak pertama menjadi KSAU, yakni kerja sama dengan seluruh pihak.
Perlu diketahui, Tonny yang notabene lulusan angkatan 1993 tergolong muda untuk menjadi penggawa TNI AU.
Kini dia harus mengepalai beberapa pejabat di TNI AU yang juga adalah seniornya semasa pendidikan.
Tonny diharapkan mampu untuk meredam ego setiap pihak sehingga semua jajaran mau bekerja sama untuk membangun TNI AU.
Dari setumpuk pekerjaan rumah dan harapan tinggi segala pihak kepada Tonny, pertanyaan lain pun akhirnya muncul.
Apakah Tonny mampu memanfaatkan momen HUT Ke-78 ini dengan menjawab semua tantangan itu ?
Pada saat hari serah terima jabatan di Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta Timur, pidato pertama dia sebagai KSAU betul-betul hanya berisikan ajakan untuk saling membantu membangun AU.
"Kami mengharapkan bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak, termasuk dari senior, dari pejabat TNI dan Polri, sehingga kami bisa melaksanakan amanah ini dengan baik," kata dia.
Pernyataan itu seakan menjawab tantangan Tonny untuk merangkul seluruh pejabat, termasuk seniornya yang ada di jajaran TNI AU.
Selanjutnya, tepat di hari HUT Ke-78 TNI AU, Tonny menyampaikan pidatonya kepada segenap prajurit. Dalam pidatonya Tonny menitikberatkan pesan peningkatan kualitas SDM dan alutsista TNI AU.
"Saya berpesan untuk terus mengasah diri dan menambah wawasan serta terus tumbuhkan semangat juang untuk memberikan pengabdian terbaik bagi bangsa," kata dia dalam pidatonya yang disiarkan di akun YouTube resmi TNI AU.
Lagi-lagi ini pernyataan itu seakan menjawab pekerjaan rumah yang sebelumnya diberikan Hadi Tjahjanto pada hari pertama Tonny resmi jadi KSAU.
Oleh karena itu, Tonny harus menyelesaikan semua pekerjaan rumahnya itu agar seluruh ekspektasi publik terbayar lunas.
Menurut pandangan Pengamat militer dan Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi, Tonny merupakan sosok yang tepat untuk menyelesaikan semua tugas itu.
Fahmi menilai Tonny memiliki segudang pengalaman di bidang organisasi, pemeliharaan alutsista, dan peningkatan SDM karena sudah teruji saat menjabat beberapa posisi strategis.
Sebagai contoh ketika dia menjabat sebagai Danlanud Adi Soemarmo, Jawa Tengah, tahun 2016 dan Danlanud Halim Perdanakusuma Jakarta tahun 2018.
Hal ini, menurut Fahmi, membuat keahlian Tonny dalam mengelola manajemen SDM dan pemeliharaan alutsista makin tajam.
Tonny juga pernah menjabat sebagai Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) II. Hal ini dinilai Fahmi sebagai modal yang cukup untuk memperkuat lini teknologi dan strategi pertahanan TNI di udara.
Belum lagi rekam jejak Tonny di lingkungan Istana saat menjabat sebagai Pamen Sekretariat Militer Presiden (Setmilpres) Kemsetneg atau dengan kata lain sebagai ajudan Presiden Jokowi pada 2014.
"Ini menunjukkan bahwa beliau punya chemistry yang baik dengan Presiden," kata dia.
Namun dari semua keunggulan itu, Fahmi menilai Tonny mempunyai satu keunggulan utama yang tidak dimiliki kepala staf yang lainnya, yakni usia muda.
Tonny yang saat ini menginjak 52 tahun 6 bulan membuat dirinya masih bisa bertugas hingga Oktober 2029.
Artinya, Tonny mempunyai cukup waktu untuk melakukan perubahan di lini pertahanan udara, jika dia masih diberikan mandat sebagai KSAU hingga pensiun.
Bahkan, Fahmi menilai Tonny bisa melakukan perubahan besar di jajaran tiga matra TNI.
"Dia punya peluang cukup besar untuk bisa jadi Panglima TNI pada masa depan karena masa aktifnya baru akan berakhir pada Oktober 2029. Jadi, proyeksinya bisa saja sampai ke (posisi) Panglima TNI juga," kata Fahmi.
Di atas kertas, Tonny dianggap mampu memberikan kado terbaik untuk AU dengan menjawab semua harapan itu.
Kini waktu yang akan menentukan, ke arah mana Tonny akan membawakan TNI AU mengudara.
Pada usianya yang hampir sama dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), AU sudah banyak mengalami perkembangan.
Teknologi alat utama sistem senjata (alutsista) yang mutakhir, mulai dari pesawat, helikopter, hingga kualitas sumber daya manusia (SDM) yang makin maju sudah dialaminya.
Namun, tampaknya kado terindah AU pada usia menjelang 8 dasawarsa ini bukan lagi ragam teknologi yang sudah dimiliki.
Kado terindah tahun ini yakni TNI AU memiliki wajah pemimpin baru yakni Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Mohamad Tonny Harjono.
Tonny dilantik Presiden pada Jumat (5/4), tepat 4 hari sebelum TNI AU "tiup lilin" memasuki usia ke- 78.
Kehadiran Tonny menggantikan Marsekal TNI Fadjar Prasetyo oleh banyak kalangan disebut bakal membawa kemajuan AU.
Labelnya sebagai marsekal pada usia muda dengan segudang prestasi memberi optimisme publik bahwa akan ada perubahan besar yang dibawa Tonny untuk TNI AU.
Kini semua seakan menuntut balik. Kira-kira kado apa yang akan dipersembahkan Tonny untuk TNI AU pada usia ke-78 ini?
Beragam tugas
Beberapa menit setelah tanda tangan surat serah terima jabatan antara Tonny dan Fadjar di Lanud Halim Perdanakusuma pada 5 April lalu, Panglima TNI Jendral Agus Subiyanto langsung "mengalungi" Tonny dengan beragam tugas, antara lain, mendorong modernisasi alutsista, yang menjadi poin pertama.
Agus ingin tangan dingin Tonny dapat menghadirkan teknologi alutsista AU makin maju dan dapat bersaing dengan kekuatan udara negara-negara lain.
Agus pun menyebut beberapa alutsista seperti jet tempur, sistem radar, helikopter, dan persenjataan lainnya ketika memberi wejangan kepada Tonny.
Tidak hanya dari Panglima TNI, Tonny juga mendapat titipan tugas dari mantan pucuk pimpinan AU sekaligus Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolkam) RI Hadi Tjahjanto.
Kepada Tonny, Hadi menekankan pentingnya meningkatkan kualitas SDM di jajaran TNI AU. Kemajuan teknologi harus dibarengi dengan meningkatnya mutu SDM.
Dengan demikian, SDM dan teknologi bisa bersinergi dengan baik dalam memperkuat pertahanan.
Tidak hanya itu, Tonny juga diberikan mandat untuk memperkuat kedaulatan RI di Selat Malaka.
Ini menjadi pekerjaan rumah tiada akhir lantaran di selat strategis itu kerap terjadi insiden yang dianggap merugikan Indonesia.
Salah satu yang terbaru yakni masuknya pengungsi Rohingya dari Selat Malaka menuju Aceh.
Belum lagi soal Laut Natuna. Saling klaim antara China dan Indonesia di Laut Natuna sempat meningkatkan tensi hubungan ke dua negara.
Di satu sisi, China mengklaim berhak atas wilayah Natuna berdasarkan peta wilayah laut yang dikeluarkan pemerintah China tahun 1993.
Dalam peta yang dibuat China berdasarkan sejarah itu, terlihat ada sembilan garis putus atau nine-dash line penanda batas teritorial wilayah China.
Garis putus-putus itulah yang melintasi wilayah Natuna. Padahal, Indonesia memiliki kedaulatan di laut itu karena termasuk dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia itu.
Dalam kondisi ini, Hadi dengan tegas meminta Tonny untuk mengerahkan kekuatan udara guna melakukan pengintaian di wilayah tersebut.
"Peran AU sangat penting terutama dengan pesawat tempur, pesawat angkut, dan pesawat intai khususnya," kata Hadi usai acara serah terima jabatan.
Tidak berhenti pada soal pertahanan. Hadi juga mewanti-wanti Tonny untuk melakukan persiapan pengaturan cuaca menggunakan alat khusus di pesawat TNI AU.
Hal itu dilakukan untuk menghindari cuaca kekeringan yang berpotensi menyebabkan kebakaran hutan.
Tidak hanya dari kalangan militer, para akademikus juga menaruh harapan besar kepada Tonny, lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) tahun 1993 tersebut.
Salah satunya datang dari Guru Besar Ilmu Politik dan Keamanan Universitas Padjadjaran Muradi.
Menurut dia, Tonny harus fokus kepada pengamanan udara di Ibu Kota Nusantara (IKN) yang dalam waktu dekat akan banyak aktivitas kenegaraan di sana.
Wilayah itu menjadi amat krusial sehingga kekuatan di udara dalam melakukan pengintaian harus diperketat.
Selain itu, lagi-lagi peningkatan kualitas alutsista dan penambahan unit tempur juga disinggung Muradi sebagai salah satu hal yang harus ditunaikan.
Ada banyak aspek yang harus diperhatikan Tonny ketika melakukan penambahan alutsista.
Beberapa di antaranya soal anggaran dan pemilihan pihak yang akan diajak bekerja sama sama dalam melakukan pengadaan.
Dua hal ini harus diperhatikan Tonny lantaran dapat menimbulkan dugaan penyalahgunaan wewenang untuk kepentingan bisnis pihak tertentu.
Dan, satu hal terpenting yang menurut Muradi harus dilakukan Tonny sejak pertama menjadi KSAU, yakni kerja sama dengan seluruh pihak.
Perlu diketahui, Tonny yang notabene lulusan angkatan 1993 tergolong muda untuk menjadi penggawa TNI AU.
Kini dia harus mengepalai beberapa pejabat di TNI AU yang juga adalah seniornya semasa pendidikan.
Tonny diharapkan mampu untuk meredam ego setiap pihak sehingga semua jajaran mau bekerja sama untuk membangun TNI AU.
Dari setumpuk pekerjaan rumah dan harapan tinggi segala pihak kepada Tonny, pertanyaan lain pun akhirnya muncul.
Apakah Tonny mampu memanfaatkan momen HUT Ke-78 ini dengan menjawab semua tantangan itu ?
Pada saat hari serah terima jabatan di Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta Timur, pidato pertama dia sebagai KSAU betul-betul hanya berisikan ajakan untuk saling membantu membangun AU.
"Kami mengharapkan bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak, termasuk dari senior, dari pejabat TNI dan Polri, sehingga kami bisa melaksanakan amanah ini dengan baik," kata dia.
Pernyataan itu seakan menjawab tantangan Tonny untuk merangkul seluruh pejabat, termasuk seniornya yang ada di jajaran TNI AU.
Selanjutnya, tepat di hari HUT Ke-78 TNI AU, Tonny menyampaikan pidatonya kepada segenap prajurit. Dalam pidatonya Tonny menitikberatkan pesan peningkatan kualitas SDM dan alutsista TNI AU.
"Saya berpesan untuk terus mengasah diri dan menambah wawasan serta terus tumbuhkan semangat juang untuk memberikan pengabdian terbaik bagi bangsa," kata dia dalam pidatonya yang disiarkan di akun YouTube resmi TNI AU.
Lagi-lagi ini pernyataan itu seakan menjawab pekerjaan rumah yang sebelumnya diberikan Hadi Tjahjanto pada hari pertama Tonny resmi jadi KSAU.
Oleh karena itu, Tonny harus menyelesaikan semua pekerjaan rumahnya itu agar seluruh ekspektasi publik terbayar lunas.
Menurut pandangan Pengamat militer dan Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi, Tonny merupakan sosok yang tepat untuk menyelesaikan semua tugas itu.
Fahmi menilai Tonny memiliki segudang pengalaman di bidang organisasi, pemeliharaan alutsista, dan peningkatan SDM karena sudah teruji saat menjabat beberapa posisi strategis.
Sebagai contoh ketika dia menjabat sebagai Danlanud Adi Soemarmo, Jawa Tengah, tahun 2016 dan Danlanud Halim Perdanakusuma Jakarta tahun 2018.
Hal ini, menurut Fahmi, membuat keahlian Tonny dalam mengelola manajemen SDM dan pemeliharaan alutsista makin tajam.
Tonny juga pernah menjabat sebagai Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) II. Hal ini dinilai Fahmi sebagai modal yang cukup untuk memperkuat lini teknologi dan strategi pertahanan TNI di udara.
Belum lagi rekam jejak Tonny di lingkungan Istana saat menjabat sebagai Pamen Sekretariat Militer Presiden (Setmilpres) Kemsetneg atau dengan kata lain sebagai ajudan Presiden Jokowi pada 2014.
"Ini menunjukkan bahwa beliau punya chemistry yang baik dengan Presiden," kata dia.
Namun dari semua keunggulan itu, Fahmi menilai Tonny mempunyai satu keunggulan utama yang tidak dimiliki kepala staf yang lainnya, yakni usia muda.
Tonny yang saat ini menginjak 52 tahun 6 bulan membuat dirinya masih bisa bertugas hingga Oktober 2029.
Artinya, Tonny mempunyai cukup waktu untuk melakukan perubahan di lini pertahanan udara, jika dia masih diberikan mandat sebagai KSAU hingga pensiun.
Bahkan, Fahmi menilai Tonny bisa melakukan perubahan besar di jajaran tiga matra TNI.
"Dia punya peluang cukup besar untuk bisa jadi Panglima TNI pada masa depan karena masa aktifnya baru akan berakhir pada Oktober 2029. Jadi, proyeksinya bisa saja sampai ke (posisi) Panglima TNI juga," kata Fahmi.
Di atas kertas, Tonny dianggap mampu memberikan kado terbaik untuk AU dengan menjawab semua harapan itu.
Kini waktu yang akan menentukan, ke arah mana Tonny akan membawakan TNI AU mengudara.