Jakarta (ANTARA) - Interim Country Manager Luno Indonesia Aditya Wirawan menilai momentum setelah halving tidak menjamin harga Bitcoin akan mengalami kenaikan mengingat siklus yang terjadi sekitar setiap empat tahun pada kali ini berbeda dengan siklus-siklus sebelumnya.
"Mekanisme halving telah diatur dalam algoritma yang ada di jaringan Bitcoin sebagai langkah untuk mengurangi inflasi. Tidak ada jaminan dan tidak ada yang bisa memprediksi apakah harga Bitcoin akan turun, naik atau tetap sama setelah halving di bulan April ini," kata Aditya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.
Menurut Luno, banyak analis yang juga meyakini bahwa halving tidak banyak berdampak pada harga Bitcoin.
Aditya mengatakan, siklus halving kali ini sudah terlihat berbeda dibandingkan dengan siklus-siklus sebelumnya di mana Bitcoin untuk pertama kalinya dalam sejarah menguji harga tertinggi baru menjelang halving.
Kenaikan harga Bitcoin belum lama ini kemungkinan disebabkan karena meningkatnya ketertarikan investor institusional akibat persetujuan exchange-traded fund (ETF) Bitcoin di Amerika Serikat.
"Bahkan jika Anda meyakini bahwa halving merupakan faktor pendorong utama dari kenaikan harga Bitcoin, tidak ada jaminan bahwa hal ini akan terus terjadi di masa depan," kata Aditya.
Baca juga: Peluncuran ETF Bitcoin di Hong Kong berpotensi basis investor
Beberapa bulan menjelang halving, ETF Bitcoin pertama di AS telah disetujui dan lebih dari 6 miliar dolar AS atau setara Rp95 triliun aliran dana telah masuk ke ETF Bitcoin. Harga tertinggi Bitcoin senilai lebih dari Rp1 miliar juga telah dicapai di bulan Maret di Luno.
Ketika halving pertama terjadi di tahun 2012, Bitcoin dihargai senilai 12 dolar AS. Setelah peristiwa halving pertama itu, harga BTC melonjak naik dari 12 dolar AS ke kisaran 1.000 dolar AS di akhir 2013.
Halving kedua terjadi pada 9 Juli 2016 di mana Bitcoin dihargai di kisaran 640 dolar AS. Kemudian pada Juli 2017, harga Bitcoin naik ke level 2.550 dolar AS.
Terakhir saat halving ketiga pada 11 Mei 2020, Bitcoin dipertukarkan di level 8.750 dolar AS. Satu tahun kemudian, harga Bitcoin melonjak hingga mencapai 62.000 dolar AS.
Baca juga: INDODAX ajak masyarakat investasikan THR di pasar kripto
Sementara itu, halving Bitcoin yang keempat akan terjadi dalam waktu dekat. Selain fluktuasi harga, Luno mencatat bahwa halving tidak berdampak apapun terhadap jumlah dan sifat Bitcoin yang dimiliki para penambang.
Halving hanya berdampak pada imbalan yang akan diterima para penambang Bitcoin. Adapun halving kali ini akan memotong imbalan yang bisa mereka dapatkan dari 6,25 menjadi 3,125 Bitcoin per blok.
Sebagai informasi, pada halving pertama di tahun 2012 hanya terdapat 43.000 alamat Bitcoin. Pada halving kedua di tahun 2016, terdapat tujuh juta alamat dan kini telah terdapat lebih dari 46 juta alamat Bitcoin yang berisi lebih dari 1 dolar AS di dalamnya.
Keseluruhan persediaan Bitcoin juga tidak akan turun karena halving. Luno menyampaikan bahwa total persediaan akan terus bertambah hingga mencapai batas 21 juta pada sekitar tahun 2140.
Peristiwa Halving hanya mengerem kecepatan perilisan Bitcoin baru dengan memotong imbalan penambang, yang merupakan langkah agar Bitcoin dapat mempertahankan kelangkaannya.
Baca juga: Bittime proyeksikan harga kripto Bitcoin meroket Rp1,2 miliar
"Mekanisme halving telah diatur dalam algoritma yang ada di jaringan Bitcoin sebagai langkah untuk mengurangi inflasi. Tidak ada jaminan dan tidak ada yang bisa memprediksi apakah harga Bitcoin akan turun, naik atau tetap sama setelah halving di bulan April ini," kata Aditya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.
Menurut Luno, banyak analis yang juga meyakini bahwa halving tidak banyak berdampak pada harga Bitcoin.
Aditya mengatakan, siklus halving kali ini sudah terlihat berbeda dibandingkan dengan siklus-siklus sebelumnya di mana Bitcoin untuk pertama kalinya dalam sejarah menguji harga tertinggi baru menjelang halving.
Kenaikan harga Bitcoin belum lama ini kemungkinan disebabkan karena meningkatnya ketertarikan investor institusional akibat persetujuan exchange-traded fund (ETF) Bitcoin di Amerika Serikat.
"Bahkan jika Anda meyakini bahwa halving merupakan faktor pendorong utama dari kenaikan harga Bitcoin, tidak ada jaminan bahwa hal ini akan terus terjadi di masa depan," kata Aditya.
Baca juga: Peluncuran ETF Bitcoin di Hong Kong berpotensi basis investor
Beberapa bulan menjelang halving, ETF Bitcoin pertama di AS telah disetujui dan lebih dari 6 miliar dolar AS atau setara Rp95 triliun aliran dana telah masuk ke ETF Bitcoin. Harga tertinggi Bitcoin senilai lebih dari Rp1 miliar juga telah dicapai di bulan Maret di Luno.
Ketika halving pertama terjadi di tahun 2012, Bitcoin dihargai senilai 12 dolar AS. Setelah peristiwa halving pertama itu, harga BTC melonjak naik dari 12 dolar AS ke kisaran 1.000 dolar AS di akhir 2013.
Halving kedua terjadi pada 9 Juli 2016 di mana Bitcoin dihargai di kisaran 640 dolar AS. Kemudian pada Juli 2017, harga Bitcoin naik ke level 2.550 dolar AS.
Terakhir saat halving ketiga pada 11 Mei 2020, Bitcoin dipertukarkan di level 8.750 dolar AS. Satu tahun kemudian, harga Bitcoin melonjak hingga mencapai 62.000 dolar AS.
Baca juga: INDODAX ajak masyarakat investasikan THR di pasar kripto
Sementara itu, halving Bitcoin yang keempat akan terjadi dalam waktu dekat. Selain fluktuasi harga, Luno mencatat bahwa halving tidak berdampak apapun terhadap jumlah dan sifat Bitcoin yang dimiliki para penambang.
Halving hanya berdampak pada imbalan yang akan diterima para penambang Bitcoin. Adapun halving kali ini akan memotong imbalan yang bisa mereka dapatkan dari 6,25 menjadi 3,125 Bitcoin per blok.
Sebagai informasi, pada halving pertama di tahun 2012 hanya terdapat 43.000 alamat Bitcoin. Pada halving kedua di tahun 2016, terdapat tujuh juta alamat dan kini telah terdapat lebih dari 46 juta alamat Bitcoin yang berisi lebih dari 1 dolar AS di dalamnya.
Keseluruhan persediaan Bitcoin juga tidak akan turun karena halving. Luno menyampaikan bahwa total persediaan akan terus bertambah hingga mencapai batas 21 juta pada sekitar tahun 2140.
Peristiwa Halving hanya mengerem kecepatan perilisan Bitcoin baru dengan memotong imbalan penambang, yang merupakan langkah agar Bitcoin dapat mempertahankan kelangkaannya.
Baca juga: Bittime proyeksikan harga kripto Bitcoin meroket Rp1,2 miliar