Jakarta (ANTARA) - PT Edena Capital Nusantara, anak perusahaan financial technology (fintech) EDENA Group yang berkantor pusat di Singapura, mempersiapkan peluncuran Security Token Offering (STO) Platform pada kuartal IV-2025 untuk mendukung ekosistem perdagangan kredit karbon di Indonesia.
CEO EDENA Group Wook Lee menuturkan bahwa platform tersebut akan menjalankan tokenisasi dan memperdagangkan kredit karbon premium yang terverifikasi.
“Misi kami adalah membuka akses ke aset premium seperti kredit karbon melalui STO, membuatnya mudah diakses oleh investor ritel,” kata Wook Lee dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Ia menyatakan para investor dapat berinvestasi dalam ekosistem kredit karbon nasional mulai dari 10 dolar AS (Rp 164.360, kurs per hari ini=Rp16.420) melalui teknologi STO.
Ia menjelaskan bahwa ekosistem STO memanfaatkan teknologi blockchain untuk mengubah aset dunia nyata menjadi token digital, sehingga memungkinkan dilakukannya investasi skala kecil pada aset yang biasanya memerlukan modal besar.
Selain mengembangkan STO Platform, Wook Lee mengatakan pihaknya juga menyediakan layanan konsultasi untuk memastikan kredit karbon Indonesia menerima valuasi yang tepat di pasar global.
Dia menyampaikan sejumlah proyek kredit karbon saat ini sedang dalam tahap peninjauan, salah satunya di sektor perkebunan kelapa sawit.
Baca juga: KPK membuka peluang sita aset kripto tersangka Adjie di PINTU
Ia memastikan pihaknya sepenuhnya mematuhi kerangka regulasi pemerintah Indonesia dan berkomitmen untuk menyediakan lingkungan perdagangan yang aman.
Tidak hanya melalui pengembangan STO Platform tersebut, EDENA Group juga berupaya untuk memperluas ekosistem STO dan menjalin kerja sama dengan Indodax, perusahaan fintech di bidang blockchain dan aset kripto asal Indonesia.
Baca juga: PINTU komitmen tingkatkan penetrasi kripto
Pada Jumat (5/9), perseroan mengumumkan pencatatan Token EDENA pada platform Indodax, dengan target menjangkau lebih dari 2,7 juta investor Indonesia.
EDENA Group menunjukkan pertumbuhan valuasi yang positif di kawasan ASEAN. Dalam tiga tahun sejak didirikan, perusahaan telah memiliki hak bisnis di 70 negara dengan pipeline proyek senilai 250 juta dolar AS (Rp4,11 triliun).
