Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin menyampaikan bahwa ke depan, perbankan syariah Indonesia perlu memprioritaskan peningkatan tata kelola dan manajemen risiko di tengah tekanan ketidakpastian global.
Menurut dia, industri perbankan syariah juga harus terus mengembangkan inovasi produk dan layanan yang menonjolkan keunikan guna bertahan di tengah daya saing industri.
"Saya yakin, potensi sektor perbankan syariah ini masih jauh lebih besar. Untuk itu, mari memperkuat komitmen, sinergi dan jejaring, dalam mendorong pangsa pasar, pertumbuhan, dan kontribusi perbankan syariah di masa mendatang,” kata Wapres dalam sambutannya di acara Halal Bi Halal Perkumpulan Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) di Jakarta, Senin.
Ia optimis bahwa industri perbankan syariah nasional akan terus bertumbuh secara berkelanjutan.
Ma'ruf Amin menambahkan, sektor keuangan syariah saat ini meningkat pesat. Seperti industri perbankan syariah, pasar modal syariah, asuransi syariah, hingga pegadaian syariah.
Adapun sebagai bank syariah terbesar Indonesia, Head of Investor Relation BSI Rizky Budinanda menjelaskan, Perseroan senantiasa menjaga konsistensi dalam memberikan manfaat bagi masyarakat khususnya nasabah melalui kinerja berkelanjutan.
Rizki lanjut merinci, laba BSI hingga kuartal I-2024 terdorong pula fokus perseroan pada dana murah dan mampu menjaga intermediasi dengan baik.
Dana Pihak Ketiga (DPK) BSI pun tumbuh pesat, yaitu 10,43 persen secara tahunan mencapai Rp297 triliun yang didominasi oleh dana murah berupa tabungan wadiah dengan persentase mencapai 38 persen.
Tabungan Wadiah BSI atau tabungan tanpa margin tersebut tumbuh 10,38 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dengan jumlah nasabah mencapai 13,9 juta. Jumlah tersebut lebih dari 60 persen nasabah. Selain itu, dana murah di BSI mayoritas merupakan tabungan yang tumbuh 8,75 persen yoy, lebih tinggi dari industri sehingga cost of fund dapat terjaga.
Pencapaian tersebut berhasil membawa posisi BSI berada di peringkat 5 terbesar secara nasional dari sisi tabungan. Selain itu, dari segi pembiayaan mampu menyalurkan Rp247 triliun atau tumbuh 15,89 persen yoy, di mana sebanyak 54,62 persen disalurkan pada segmen konsumer.
Hingga kuartal I-2024, aset BSI mencapai Rp358 triliun tumbuh 14,25 persen atau tertinggi ke-3 di industri perbankan Tanah Air. Adapun Return On Asset (ROA) 2,51 persen, return on equity (ROE) 18,30 persen, dan financing to deposit ratio (FDR) sebesar 83,05 persen.
Sedangkan non-performing financing (NPF) gross 2,01 persen yang mencerminkan kualitas pembiayaan perseroan sangat terjaga dengan dengan level cost of credit dibawah 1 persen yaitu 0,88 persen.
Sementara itu cash coverage mencapai 196,61 persen hingga Maret 2024 yang merupakan inisiatif perusahaan untuk mencapai minimum treshold yang sebesar 200 persen.
“Kinerja tersebut menjadi salah satu indikator yang membuat kami optimistis akan diiringi pula dengan prospek saham BSI yang secara perlahan terus naik meski fluktuatif," ujarnya.
Sebagai gambaran, kinerja fundamental apik yang ditorehkan BSI sejak kelahirannya pada 2021, membuat perseroan masuk 6 bank posisi teratas dengan raihan terbaik di industri perbankan nasional setidaknya hingga 2023.
Untuk aset, BSI berada di peringkat 6 yang sebesar Rp354 triliun atau bertumbuh 15,67 persen secara tahunan. Dana murah berupa tabungan berada di peringkat 5 terbesar yang senilai Rp125 triliun bertumbuh 7,08 persen yoy.
Baca juga: Bank Mandiri capai peringkat "BBB"
Baca juga: BI catat modal asing masuk bersih di Indonesia
Pendapatan Operasional Sebelum Pencadangan atau pre-provisioning operating profit (PPOP) mencapai Rp10,21 triliun tumbuh 8,7 persen yoy. Consumer financing sebesar Rp131 triliun bertumbuh 15,66 persen yoy.
"Hasil kinerja tersebut menegaskan BSI meski umurnya cukup muda mampu menjaga kinerja dan tumbuh berkelanjutan. Salah satunya terlihat dari cost of fund yang membuktikan BSI sangat efisien sehingga laba lebih optimal," tuturnya.
Menurut dia, industri perbankan syariah juga harus terus mengembangkan inovasi produk dan layanan yang menonjolkan keunikan guna bertahan di tengah daya saing industri.
"Saya yakin, potensi sektor perbankan syariah ini masih jauh lebih besar. Untuk itu, mari memperkuat komitmen, sinergi dan jejaring, dalam mendorong pangsa pasar, pertumbuhan, dan kontribusi perbankan syariah di masa mendatang,” kata Wapres dalam sambutannya di acara Halal Bi Halal Perkumpulan Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) di Jakarta, Senin.
Ia optimis bahwa industri perbankan syariah nasional akan terus bertumbuh secara berkelanjutan.
Ma'ruf Amin menambahkan, sektor keuangan syariah saat ini meningkat pesat. Seperti industri perbankan syariah, pasar modal syariah, asuransi syariah, hingga pegadaian syariah.
Adapun sebagai bank syariah terbesar Indonesia, Head of Investor Relation BSI Rizky Budinanda menjelaskan, Perseroan senantiasa menjaga konsistensi dalam memberikan manfaat bagi masyarakat khususnya nasabah melalui kinerja berkelanjutan.
Rizki lanjut merinci, laba BSI hingga kuartal I-2024 terdorong pula fokus perseroan pada dana murah dan mampu menjaga intermediasi dengan baik.
Dana Pihak Ketiga (DPK) BSI pun tumbuh pesat, yaitu 10,43 persen secara tahunan mencapai Rp297 triliun yang didominasi oleh dana murah berupa tabungan wadiah dengan persentase mencapai 38 persen.
Tabungan Wadiah BSI atau tabungan tanpa margin tersebut tumbuh 10,38 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dengan jumlah nasabah mencapai 13,9 juta. Jumlah tersebut lebih dari 60 persen nasabah. Selain itu, dana murah di BSI mayoritas merupakan tabungan yang tumbuh 8,75 persen yoy, lebih tinggi dari industri sehingga cost of fund dapat terjaga.
Pencapaian tersebut berhasil membawa posisi BSI berada di peringkat 5 terbesar secara nasional dari sisi tabungan. Selain itu, dari segi pembiayaan mampu menyalurkan Rp247 triliun atau tumbuh 15,89 persen yoy, di mana sebanyak 54,62 persen disalurkan pada segmen konsumer.
Hingga kuartal I-2024, aset BSI mencapai Rp358 triliun tumbuh 14,25 persen atau tertinggi ke-3 di industri perbankan Tanah Air. Adapun Return On Asset (ROA) 2,51 persen, return on equity (ROE) 18,30 persen, dan financing to deposit ratio (FDR) sebesar 83,05 persen.
Sedangkan non-performing financing (NPF) gross 2,01 persen yang mencerminkan kualitas pembiayaan perseroan sangat terjaga dengan dengan level cost of credit dibawah 1 persen yaitu 0,88 persen.
Sementara itu cash coverage mencapai 196,61 persen hingga Maret 2024 yang merupakan inisiatif perusahaan untuk mencapai minimum treshold yang sebesar 200 persen.
“Kinerja tersebut menjadi salah satu indikator yang membuat kami optimistis akan diiringi pula dengan prospek saham BSI yang secara perlahan terus naik meski fluktuatif," ujarnya.
Sebagai gambaran, kinerja fundamental apik yang ditorehkan BSI sejak kelahirannya pada 2021, membuat perseroan masuk 6 bank posisi teratas dengan raihan terbaik di industri perbankan nasional setidaknya hingga 2023.
Untuk aset, BSI berada di peringkat 6 yang sebesar Rp354 triliun atau bertumbuh 15,67 persen secara tahunan. Dana murah berupa tabungan berada di peringkat 5 terbesar yang senilai Rp125 triliun bertumbuh 7,08 persen yoy.
Baca juga: Bank Mandiri capai peringkat "BBB"
Baca juga: BI catat modal asing masuk bersih di Indonesia
Pendapatan Operasional Sebelum Pencadangan atau pre-provisioning operating profit (PPOP) mencapai Rp10,21 triliun tumbuh 8,7 persen yoy. Consumer financing sebesar Rp131 triliun bertumbuh 15,66 persen yoy.
"Hasil kinerja tersebut menegaskan BSI meski umurnya cukup muda mampu menjaga kinerja dan tumbuh berkelanjutan. Salah satunya terlihat dari cost of fund yang membuktikan BSI sangat efisien sehingga laba lebih optimal," tuturnya.