Mataram (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, saat ini sudah berhasil mencetak lebih dari 1.000 keping batako dari limbah plastik di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Sandubaya.
Kepala Bidang (Kabid) Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram Vidi Partisan Yuris Gamanjaya di Mataram, Selasa, mengatakan sebanyak 1.000 keping batako yang dihasilkan itu dihimpun sejak mulai uji coba TPST modern Sandubaya pada Senin (3/6/2024).
"Dari awalnya sehari kita mampu mencetak 10, 20, 30 keping, sekarang kita sudah bisa cetak 200 keping per hari," katanya.
Dengan demikian, target mencetak batako dari limbah plastik sebanyak 200 keping per hari sudah tercapai dan ke depan jumlah tersebut akan terus ditingkatkan sesuai dengan volume sampah plastik yang masuk.
Ia mengatakan, batako hasil cetakan selama uji coba TPST modern tersebut akan dipasang pada areal TPST Sandubaya di bagian bawah yang belum ditata.
"Harapannya saat peresmian TPST modern ke depan, areal TPST sudah tertata rapi," katanya.
Menyinggung tentang kualitas, Vidi mengakui batako dari limbah sampah plastik ini memiliki kualitas baik dan tidak meleleh ketika terkena api seperti puntung rokok, atau percikan api, sebab plastik sudah mati.
"Tapi kalau kena api lama, tentu meleleh. Jangankan plastik, besi saja jika kena api lama pasti meleleh," katanya.
Dikatakan, TPST modern di Sandubaya dilengkapi dua mesin pencetak batako atau paving block dari sampah plastik yang mampu mencetak 50 batako per jam. Untuk mencetak batako dari limbah plastik ini hampir 90 persen menggunakan tenaga mesin, sehingga petugas hanya tinggal melempar hasil cetakan batako ke kolam berisi air agar batako cepat dingin.
"Semua proses pembuatan batako dikerjakan mesin yang sudah ada, dengan demikian pihaknya tidak mesti menyiagakan petugas khusus untuk proses pembuatan batako dari sampah plastik," katanya.
Baca juga: Uji coba penggunaan batako dari sampah plastik di RTH Pagutan Mataram
Baca juga: TPST modern dilengkapi alat olah sampah plastik jadi batako
Setelah di uji coba di areal TPST Sandubaya, kata Vidi, batako dari limbah plastik akan digunakan pada fasilitas publik seperti di ruang terbuka hijau (RTH), dan jalan-jalan lingkungan.
Data DLH Kota Mataram menyebutkan, volume sampah di Kota Mataram secara keseluruhan di enam kecamatan saat ini tercatat sebanyak 240 ton per hari, dengan rincian 60 persen merupakan sampah organik, 30 persen plastik, sisanya berupa limbah kayu, diaper, kaca, dan sejenisnya.
Kepala Bidang (Kabid) Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram Vidi Partisan Yuris Gamanjaya di Mataram, Selasa, mengatakan sebanyak 1.000 keping batako yang dihasilkan itu dihimpun sejak mulai uji coba TPST modern Sandubaya pada Senin (3/6/2024).
"Dari awalnya sehari kita mampu mencetak 10, 20, 30 keping, sekarang kita sudah bisa cetak 200 keping per hari," katanya.
Dengan demikian, target mencetak batako dari limbah plastik sebanyak 200 keping per hari sudah tercapai dan ke depan jumlah tersebut akan terus ditingkatkan sesuai dengan volume sampah plastik yang masuk.
Ia mengatakan, batako hasil cetakan selama uji coba TPST modern tersebut akan dipasang pada areal TPST Sandubaya di bagian bawah yang belum ditata.
"Harapannya saat peresmian TPST modern ke depan, areal TPST sudah tertata rapi," katanya.
Menyinggung tentang kualitas, Vidi mengakui batako dari limbah sampah plastik ini memiliki kualitas baik dan tidak meleleh ketika terkena api seperti puntung rokok, atau percikan api, sebab plastik sudah mati.
"Tapi kalau kena api lama, tentu meleleh. Jangankan plastik, besi saja jika kena api lama pasti meleleh," katanya.
Dikatakan, TPST modern di Sandubaya dilengkapi dua mesin pencetak batako atau paving block dari sampah plastik yang mampu mencetak 50 batako per jam. Untuk mencetak batako dari limbah plastik ini hampir 90 persen menggunakan tenaga mesin, sehingga petugas hanya tinggal melempar hasil cetakan batako ke kolam berisi air agar batako cepat dingin.
"Semua proses pembuatan batako dikerjakan mesin yang sudah ada, dengan demikian pihaknya tidak mesti menyiagakan petugas khusus untuk proses pembuatan batako dari sampah plastik," katanya.
Baca juga: Uji coba penggunaan batako dari sampah plastik di RTH Pagutan Mataram
Baca juga: TPST modern dilengkapi alat olah sampah plastik jadi batako
Setelah di uji coba di areal TPST Sandubaya, kata Vidi, batako dari limbah plastik akan digunakan pada fasilitas publik seperti di ruang terbuka hijau (RTH), dan jalan-jalan lingkungan.
Data DLH Kota Mataram menyebutkan, volume sampah di Kota Mataram secara keseluruhan di enam kecamatan saat ini tercatat sebanyak 240 ton per hari, dengan rincian 60 persen merupakan sampah organik, 30 persen plastik, sisanya berupa limbah kayu, diaper, kaca, dan sejenisnya.