Jakarta (ANTARA) - Deputi Pengembangan Talenta Asosiasi Game Indonesia (AGI) Ibnu Raziq, di Jakarta, Sabtu, mengatakan AGI tengah menggarap kurikulum industri terkait pengembangan gim yang nantinya dapat diterapkan pada perguruan tinggi di Indonesia.
Ibnu menyebut kurikulum tersebut dirancang untuk dapat menyesuaikan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker).
“Kami sedang membuat kurikulum industri sesuai SKKNI, untuk standarisasi game developer (pengembang gim) di Indonesia, apa saja yang perlu bisa dikuasai dan dipelajari di dalamnya, untuk nanti bisa ditranslasi ke kampus-kampus, menjadi kurikulumnya kampus,” imbuhnya.
Kurikulum perihal pengembangan gim, menurut Ibu, sangat penting untuk sumber daya manusia Tanah Air, melihat industri gim lokal yang kian hari kian kompetitif, selain permintaan pasar industri gim yang semakin besar.
Telah disahkannya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 19 Tahun 2024 tentang Percepatan Pengembangan Industri Gim Nasional juga menjadi dorongan kuat untuk mengembangkan kurikulum tersebut.
Ibnu menyebut perencanaan kurikulum terkait pengembangan gim juga terus didukung oleh Kemnaker dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).
“Saat penyusunan (kurikulum) kami berkolaborasi dengan dosen-dosen kampus, akademisi, dan pelaku industri juga untuk mensinkronisasi dua belah pihak, Kemnaker dan Kemenkominfo juga mengirimkan tim untuk membantu dan menuntun kami sampai selesai walaupun prosesnya panjang,” ujar Ibnu.
Kurikulum tersebut ditargetkan rampung setidaknya satu hingga dua tahun ke depan. AGI berharap kurikulum tersebut dapat mempersiapkan talenta-talenta lokal untuk dapat memenuhi kebutuhan industri gim.
"Kami berharap, nantinya instansi pendidikan, atau istansi-istansi lainnya, yang mendukung pengembangan talenta, itu juga bisa menormalisasikan, membangun talenta, untuk menjadi game developer," kata Ibnu.
Baca juga: AGI menggelar festival game berdampak sosial
Baca juga: PUBG Mobile hadirkan kolaborasi Turbocharged
Industri gim merupakan salah satu subsektor ekonomi kreatif yang memiliki potensi untuk berkembang jauh lebih besar. Lembaga riset IBISWorld pada tahun 2020 mencatat, ketika wabah COVID-19 merebak, pengeluaran masyarakat global terhadap gim mencapai angka 205 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp3,4 kuadriliun.
Nilai pasar gim global tumbuh 12,9 persen menjadi 281,77 miliar dolar AS (Rp4,6 kuadriliun) pada 2023 dan diprediksi untuk terus meningkat hingga 665,77 miliar dolar AS (Rp10,88 kuadriliun) di tahun 2030.
Berdasarkan data “Outlook Pariwisata & Ekonomi Kreatif 2021/2022” terbitan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), subsektor aplikasi dan gim berhasil menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar Rp31,25 triliun pada 2021. Aplikasi dan gim menjadi subsektor dengan laju pertumbuhan tertinggi kedua (sebesar 9,17 persen), setelah subsektor televisi dan radio (9,48 persen).