Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, kasih sayang adalah kunci membangun keluarga yang tangguh.
"Tanpa kasih dan sayang di dalam keluarga, tidak mungkin akan terbangun keluarga yang kokoh," kata Menko Muhadjir dalam keterangan resmi di Jakarta, Sabtu.
Hal tersebut disampaikan Menko PMK mewakili Presiden Joko Widodo dalam sambutannya pada peringatan puncak Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-31 Tahun 2024 yang diselenggarakan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) hari ini di Kota Semarang, Jawa Tengah.
Menurutnya, perempuan juga berperan besar menentukan nasib Bangsa Indonesia, sehingga intervensi kepada remaja putri juga sangat diperlukan untuk menciptakan keluarga yang berkualitas.
"Kita sudah menemukan polanya di dalam penanganan keluarga. Pertama-tama, yang kita perhatikan adalah remaja putri. Remaja putri harus disiapkan betul, kondisinya harus betul-betul sehat, karena mereka yang akan menentukan masa depan Indonesia," ujar dia.
Untuk itu, menurutnya, remaja putri sudah harus rajin dicek kesehatannya sejak dini, tidak boleh mengalami anemia atau kekurangan darah berkepanjangan (anemia kronis), karena akan berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi mereka.
"Kalau kondisi rahim perempuan tidak sehat, peluang untuk melahirkan generasi tidak sehat sangat besar, termasuk generasi stunting," ucapnya.
Ia juga menekankan pentingnya pemberian tablet tambah darah yang sesuai dengan kondisi tubuh remaja putri Indonesia.
"Saya sudah berkali-kali usul, minta ke Pak Menteri Kesehatan, tolong pil penambah darah itu yang betul-betul akrab dengan lidah remaja putri, karena di beberapa kasus, saya sering mengecek diberi pil diterima, tapi dibuang karena tidak akrab lidahnya," tuturnya.
Selain itu, Muhadjir juga mengapresiasi intervensi serentak pengukuran dan penimbangan di seluruh pos pelayanan terpadu (posyandu) dalam rangka percepatan penurunan stunting yang sudah hampir mencapai target.
"Alhamdulillah target 95 persen balita seluruh Indonesia yang diukur, ditimbang, dan diintervensi stunting bisa dilaksanakan dengan baik, tinggal nanti kita akan melihat triangulasi data dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) dengan hasil pengukuran ini seperti apa," kata dia.
Ia juga berpesan agar sensus bayi dilakukan dengan kriteria yang sudah terstandar oleh tenaga yang terdidik dan terlatih, agar tingkat akurasi dari sensus bisa lebih baik dari survei.
Meski akan tetap ada kesalahan, menurutnya, sensus dengan 95 persen lebih balita yang jumlahnya hampir 18 juta di Indonesia dapat menggambarkan kondisi sesungguhnya balita di Indonesia, sehingga dapat dilakukan intervensi yang tepat.
Baca juga: Pelaku judi online bisa dikenai sanksi sesuai KUHP
Baca juga: Menko PMK tinjau pemondokkan jamaah haji
“Karena dalam sensus, sudah by name by address (berdasarkan nama dan alamat), siapa bapak dan ibunya, tinggal di mana, kondisinya bagaimana jelas, sehingga kita bisa minta ke pemerintah daerah untuk menangani," ujarnya.
Menko Muhadjir juga berharap, di tahun 2024 prevalensi stunting di Indonesia bisa berada di bawah 20 persen sesuai ketentuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs.
"Jadi, kita menargetkan tahun 2025 stunting kita sudah di bawah 20 persen," demikian Muhadjir Effendy..
"Tanpa kasih dan sayang di dalam keluarga, tidak mungkin akan terbangun keluarga yang kokoh," kata Menko Muhadjir dalam keterangan resmi di Jakarta, Sabtu.
Hal tersebut disampaikan Menko PMK mewakili Presiden Joko Widodo dalam sambutannya pada peringatan puncak Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-31 Tahun 2024 yang diselenggarakan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) hari ini di Kota Semarang, Jawa Tengah.
Menurutnya, perempuan juga berperan besar menentukan nasib Bangsa Indonesia, sehingga intervensi kepada remaja putri juga sangat diperlukan untuk menciptakan keluarga yang berkualitas.
"Kita sudah menemukan polanya di dalam penanganan keluarga. Pertama-tama, yang kita perhatikan adalah remaja putri. Remaja putri harus disiapkan betul, kondisinya harus betul-betul sehat, karena mereka yang akan menentukan masa depan Indonesia," ujar dia.
Untuk itu, menurutnya, remaja putri sudah harus rajin dicek kesehatannya sejak dini, tidak boleh mengalami anemia atau kekurangan darah berkepanjangan (anemia kronis), karena akan berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi mereka.
"Kalau kondisi rahim perempuan tidak sehat, peluang untuk melahirkan generasi tidak sehat sangat besar, termasuk generasi stunting," ucapnya.
Ia juga menekankan pentingnya pemberian tablet tambah darah yang sesuai dengan kondisi tubuh remaja putri Indonesia.
"Saya sudah berkali-kali usul, minta ke Pak Menteri Kesehatan, tolong pil penambah darah itu yang betul-betul akrab dengan lidah remaja putri, karena di beberapa kasus, saya sering mengecek diberi pil diterima, tapi dibuang karena tidak akrab lidahnya," tuturnya.
Selain itu, Muhadjir juga mengapresiasi intervensi serentak pengukuran dan penimbangan di seluruh pos pelayanan terpadu (posyandu) dalam rangka percepatan penurunan stunting yang sudah hampir mencapai target.
"Alhamdulillah target 95 persen balita seluruh Indonesia yang diukur, ditimbang, dan diintervensi stunting bisa dilaksanakan dengan baik, tinggal nanti kita akan melihat triangulasi data dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) dengan hasil pengukuran ini seperti apa," kata dia.
Ia juga berpesan agar sensus bayi dilakukan dengan kriteria yang sudah terstandar oleh tenaga yang terdidik dan terlatih, agar tingkat akurasi dari sensus bisa lebih baik dari survei.
Meski akan tetap ada kesalahan, menurutnya, sensus dengan 95 persen lebih balita yang jumlahnya hampir 18 juta di Indonesia dapat menggambarkan kondisi sesungguhnya balita di Indonesia, sehingga dapat dilakukan intervensi yang tepat.
Baca juga: Pelaku judi online bisa dikenai sanksi sesuai KUHP
Baca juga: Menko PMK tinjau pemondokkan jamaah haji
“Karena dalam sensus, sudah by name by address (berdasarkan nama dan alamat), siapa bapak dan ibunya, tinggal di mana, kondisinya bagaimana jelas, sehingga kita bisa minta ke pemerintah daerah untuk menangani," ujarnya.
Menko Muhadjir juga berharap, di tahun 2024 prevalensi stunting di Indonesia bisa berada di bawah 20 persen sesuai ketentuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs.
"Jadi, kita menargetkan tahun 2025 stunting kita sudah di bawah 20 persen," demikian Muhadjir Effendy..