Mataram (Antara NTB) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bermitra dengan Badan Usaha Milik Negara PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) dalam menjaga kelestarian teripang pasir (Holothuria scabra) karena habitat komoditas perikanan laut bernilai ekonomi tersebut terancam.
"Kami menjalin kemitraan dengan salah satu BUMN itu dalam rangka melaksanakan kegiatan pembesaran benih teripang pasir hingga penebaran di alam," kata Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr Sigit Anggoro Putro Dwiono, di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Selasa.
Balai Bio Industri Laut (BBIL)-LIPI, kata dia, telah telah merintis penelitian dan pengembangan budi daya teripang pasir yang meliputi berbagai aspek pembenihan dan pembesaran di Pulau Lombok, NTB, sejak 2011.
Dalam rangka melindungi populasinya di alam, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memulihkan populasi hewan laut itu melalui kegiatan penebaran (restocking) anakan hasil budi daya.
Namun demikian, upaya tersebut terkendala oleh ukuran benih 1-10 milimeter atau kurang dari 0,2 gram. Ukuran tersebut dianggap masih terlalu kecil untuk dapat bertahan hidup di lingkungan alaminya sehingga perlu dipelihara lebih jauh hingga mencapai ukuran yang sesuai sekitar 10 gram.
Oleh sebab itu, kata Sigit, PT Sarana Multigriya Finansial memiliki komitmen yang tinggi terhadap pelestarian teripang melalui kegiatan pembesaran benih teripang hingga penebaran di alam.
Kegiatan tersebut dimulai pada September 2017 melalui perbaikan sebuah tambak di Kabupaten Lombok Barat, yang diikuti dengan pemeliharaan benih dalam gogona (hapa) waring putih.
Dari hasil pemantauan pertumbuhan benih di dalam hapa tersebut diketahui bahwa sebagian teripang sudah mencapai stadia anakan berukuran 10 gram. Dengan demikian benih teripang sudah siap untuk ditebar di lokasi yang dipilih.
"Rencananya kami akan melakukan penebaran benih teripang di Taman Wisata Perairan Gili Matra Kabupaten Lombok Utara, yang meliputi perairan Gili Air, Gili Meno, dan Gili Trawangan," ujarnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan sebagai produk perikanan, teripang pasir memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Di pasar internasional, teripang dikenal sebagai tripang atau beche-de-mer atau hoi-som.
Berbagai menu masakan dapat dibuat dari biota laut tersebut. Dan teripang dipercaya dapat meningkatkan stamina dan membantu proses penyembuhan.
Perikanan teripang yang telah berlangsung selama beberapa abad dan nilai jual yang cukup tinggi telah mengakibatkan terjadinya penurunan populasi alamiah di banyak tempat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Oleh sebab itu, teripang pasir diusulkan untuk digolongkan sebagai salah satu hewan yang terancam secara komersial.
"Selain bernilai komersial, teripang pasir juga memiliki peran ekologis yang penting karena dapat menjaga kegemburan dasar perairan sehingga dapat dihuni oleh berbagai hewan laut lainnya," kata Sigit. (*)
"Kami menjalin kemitraan dengan salah satu BUMN itu dalam rangka melaksanakan kegiatan pembesaran benih teripang pasir hingga penebaran di alam," kata Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr Sigit Anggoro Putro Dwiono, di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Selasa.
Balai Bio Industri Laut (BBIL)-LIPI, kata dia, telah telah merintis penelitian dan pengembangan budi daya teripang pasir yang meliputi berbagai aspek pembenihan dan pembesaran di Pulau Lombok, NTB, sejak 2011.
Dalam rangka melindungi populasinya di alam, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memulihkan populasi hewan laut itu melalui kegiatan penebaran (restocking) anakan hasil budi daya.
Namun demikian, upaya tersebut terkendala oleh ukuran benih 1-10 milimeter atau kurang dari 0,2 gram. Ukuran tersebut dianggap masih terlalu kecil untuk dapat bertahan hidup di lingkungan alaminya sehingga perlu dipelihara lebih jauh hingga mencapai ukuran yang sesuai sekitar 10 gram.
Oleh sebab itu, kata Sigit, PT Sarana Multigriya Finansial memiliki komitmen yang tinggi terhadap pelestarian teripang melalui kegiatan pembesaran benih teripang hingga penebaran di alam.
Kegiatan tersebut dimulai pada September 2017 melalui perbaikan sebuah tambak di Kabupaten Lombok Barat, yang diikuti dengan pemeliharaan benih dalam gogona (hapa) waring putih.
Dari hasil pemantauan pertumbuhan benih di dalam hapa tersebut diketahui bahwa sebagian teripang sudah mencapai stadia anakan berukuran 10 gram. Dengan demikian benih teripang sudah siap untuk ditebar di lokasi yang dipilih.
"Rencananya kami akan melakukan penebaran benih teripang di Taman Wisata Perairan Gili Matra Kabupaten Lombok Utara, yang meliputi perairan Gili Air, Gili Meno, dan Gili Trawangan," ujarnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan sebagai produk perikanan, teripang pasir memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Di pasar internasional, teripang dikenal sebagai tripang atau beche-de-mer atau hoi-som.
Berbagai menu masakan dapat dibuat dari biota laut tersebut. Dan teripang dipercaya dapat meningkatkan stamina dan membantu proses penyembuhan.
Perikanan teripang yang telah berlangsung selama beberapa abad dan nilai jual yang cukup tinggi telah mengakibatkan terjadinya penurunan populasi alamiah di banyak tempat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Oleh sebab itu, teripang pasir diusulkan untuk digolongkan sebagai salah satu hewan yang terancam secara komersial.
"Selain bernilai komersial, teripang pasir juga memiliki peran ekologis yang penting karena dapat menjaga kegemburan dasar perairan sehingga dapat dihuni oleh berbagai hewan laut lainnya," kata Sigit. (*)