Tabanan (ANTARA) - Pengelola Daya Tarik Wisata (DTW) Jatiluwih di Kabupaten Tabanan, Bali, mulai membangun tempat parkir pertama setelah selama ini berhadapan dengan kemacetan sebab semua kendaraan parkir di pinggir jalan.
Manajer DTW Jatiluwih John Ketut Purna saat pembukaan Jatiluwih Festival di Kabupaten Tabanan, Sabtu, mengatakan tempat parkir ini menjadi solusi untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke objek sawah berundak tersebut.
“Aksesibilitas merupakan salah satu unsur pokok dalam pengembangan pariwisata, ketersediaan fasilitas parkir yang memadai merupakan faktor penting dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan,” kata John.
Ia mengatakan selama 12 tahun masalah kepadatan akses dan lahan parkir menyebabkan kurangnya minat wisatawan maupun pemandu wisata mengunjungi DTW Jatiluwih. Untuk itu bermodalkan lahan sewa seluas 80 are, pengelola membangun area parkir bertingkat yang nantinya akan menampung 250 unit kendaraan roda empat. Langkah awal ini kemudian disampaikan John ke Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya agar memberi atensi atas masalah ini.
Bahkan menurut pengelola lahan yang baru dibangun ini belum dapat memenuhi kebutuhan ideal menampung wisatawan yang jumlahnya 1.000-1.300 orang per hari.
“Ini kantung parkir pertama di Jatiluwih, setelah selesai saya akan coba buat lagi di samping Pura Puseh untuk parkir yang menampung ribuan mobil dengan luas parkir bisa 2 hektar,” ujarnya.
“Kalau di sini paling minimum punya parkir 3 hektar baru ideal karena kami tidak mau ada parkir di pinggir jalan lagi,” sambung John.
Menanggapi itu, Bupati Tabanan mengapresiasi langkah pengelola, ia turut menyadari persoalan di objek berpredikat warisan budaya dari UNESCO itu adalah tempat parkir.
“Ini jalan subak pasti kecil tidak ada jalan subak yang besar, ketika ditetapkan begini baru kita kelabakan, sekarang saya sudah paham jadi dekat-dekat ini kami rapat dengan masyarakat, pemerintah dan pengusaha, selesaikan PR biar parkir memadai,” kata Sanjaya.
Pemkab Tabanan sendiri sudah sempat mengkaji perbedaan tiga DTW besar mereka yaitu Tanah Lot, Ulundanu Bratan dan Jatiluwih.
Baca juga: Tim terpadu pengamanan objek wisata di Mataram dibentuk
Baca juga: Ribuan wisatawan padati objek wisata pantai selatan di Sukabumi
“Dari ketiga objek ini kalau cerita popularitas Jatiluwih tidak dikalahkan oleh dua lainnya karena diakui dunia, tapi kenapa lebih sedikit kunjungannya karena persoalan parkir, Tanah Lot objeknya kecil tapi parkirnya berhektare-hektare,” ujarnya.
Oleh karena itu pemerintah daerah bermaksud mendukung agar tempat parkir sebagai infrastruktur penting segera memadai, sehingga wisatawan dan agen perjalanan nyaman berwisata ke Jatiluwih.
Manajer DTW Jatiluwih John Ketut Purna saat pembukaan Jatiluwih Festival di Kabupaten Tabanan, Sabtu, mengatakan tempat parkir ini menjadi solusi untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke objek sawah berundak tersebut.
“Aksesibilitas merupakan salah satu unsur pokok dalam pengembangan pariwisata, ketersediaan fasilitas parkir yang memadai merupakan faktor penting dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan,” kata John.
Ia mengatakan selama 12 tahun masalah kepadatan akses dan lahan parkir menyebabkan kurangnya minat wisatawan maupun pemandu wisata mengunjungi DTW Jatiluwih. Untuk itu bermodalkan lahan sewa seluas 80 are, pengelola membangun area parkir bertingkat yang nantinya akan menampung 250 unit kendaraan roda empat. Langkah awal ini kemudian disampaikan John ke Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya agar memberi atensi atas masalah ini.
Bahkan menurut pengelola lahan yang baru dibangun ini belum dapat memenuhi kebutuhan ideal menampung wisatawan yang jumlahnya 1.000-1.300 orang per hari.
“Ini kantung parkir pertama di Jatiluwih, setelah selesai saya akan coba buat lagi di samping Pura Puseh untuk parkir yang menampung ribuan mobil dengan luas parkir bisa 2 hektar,” ujarnya.
“Kalau di sini paling minimum punya parkir 3 hektar baru ideal karena kami tidak mau ada parkir di pinggir jalan lagi,” sambung John.
Menanggapi itu, Bupati Tabanan mengapresiasi langkah pengelola, ia turut menyadari persoalan di objek berpredikat warisan budaya dari UNESCO itu adalah tempat parkir.
“Ini jalan subak pasti kecil tidak ada jalan subak yang besar, ketika ditetapkan begini baru kita kelabakan, sekarang saya sudah paham jadi dekat-dekat ini kami rapat dengan masyarakat, pemerintah dan pengusaha, selesaikan PR biar parkir memadai,” kata Sanjaya.
Pemkab Tabanan sendiri sudah sempat mengkaji perbedaan tiga DTW besar mereka yaitu Tanah Lot, Ulundanu Bratan dan Jatiluwih.
Baca juga: Tim terpadu pengamanan objek wisata di Mataram dibentuk
Baca juga: Ribuan wisatawan padati objek wisata pantai selatan di Sukabumi
“Dari ketiga objek ini kalau cerita popularitas Jatiluwih tidak dikalahkan oleh dua lainnya karena diakui dunia, tapi kenapa lebih sedikit kunjungannya karena persoalan parkir, Tanah Lot objeknya kecil tapi parkirnya berhektare-hektare,” ujarnya.
Oleh karena itu pemerintah daerah bermaksud mendukung agar tempat parkir sebagai infrastruktur penting segera memadai, sehingga wisatawan dan agen perjalanan nyaman berwisata ke Jatiluwih.