Mataram (ANTARA) -
Strategi Resiprositas, istilah itu disematkan oleh Anggota DPD RI Terpilih, Lia Istifhama, pada Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jatim. Bukan tanpa sebab, ning Lia, sapaan akrab keponakan Khofifah itu menjelaskan alasannya. Tepatnya setelah bertemu dengan Kepala DPMPTSP Jatim, Dyah Wahyu Ermawati, pada Jumat (19/7/24) kemarin.
“Cara Ibu Dyah Erma memberikan pelayanan yang baik untuk membentuk kenyamanan berinvestasi, merupakan aplikasi resiprositas. Resiprositas ini merupakan salah satu bentuk teori Modal Sosial yang menjelaskan bahwa akan ada pertukaran dari sebuah hubungan sosial. Jika kita menanam kebaikan, pasti akan mendapatkan panen kebaikan dari orang lain.”
Ia pun menambahkan bahwa ungkapan tersebut berkaitan dengan meningkatnya investor di Jatim. Salah satunya dengan geliat Pemprov Jatim menyambut event East Java Investment Dialogue (EJID) Oktober 2024 mendatang, sebuah event besar yang digelar kolaboratif antara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur bersama DPMPTSP Jatim, yang disebut-sebut menawarkan investasi hingga 40 Triliun.
Bukan mustahil jika Jatim berani mematok angka sefantastis itu karena pada kenyataannya realisasi investasi Jatim selalu menunjukkan tren positif di berbagai bidang Garapan, baik energi, manufaktur, pariwisata dan kawasan ekonomi khusus, seperti JIIPE dan singhasari.
Salah satu potret meningkatnya investasi di Jatim, dijelaskan oleh Pj. Gubernur Jatim Adhy Karyono dalam sambutannya saat membuka kegiatan Road to EJIF: EJID.
"Realisasi investasi triwulan I year on year (y on y) tahun 2024 meningkat sebesar 20,7 persen yang mana kontribusi realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) menyumbang 16,1 persen. Realisasi investasi ini tak lain karena kami (Pemprov Jatim) selalu berusaha memberikan layanan yang sangat baik agar semua keperluan berinvestasi bisa dipenuhi," ungkapnya saat itu.
Layanan yang baik inilah yang disebut Lia Istifhama contoh nyata strategi resiprositas yang efektif dalam menumbuhkan ekonomi.
“Kalau kita lihat contoh tawaran investasi yang sangat menggebrak itu, maka ini sangat mungkin menjadi nyata karena memang pada kenyataannya DPMPTSP memberikan pelayanan yang baik. Kebaikan yang ditanam oleh DPMPTSP inilah yang akan menjadi komunikasi ‘getok tular’ antar para investor, terutama investor asing.”
“Bahwa Jawa Timur tempat yang tepat untuk berinvestasi. Selain masyarakat Jatim yang sangat humble, juga ada dukungan dari pemerintah yang mau menyerap aspirasi kendala atau hambatan selama berinvestasi sehingga menemukan solusi yang secara long term planned, membawa maslahat bagi masyarakat.”
Sedangkan Kepala DPMPTSP Jatim, Dyah Wahyu Ermawati, menjelaskan bahwa pelayanan yang baik memang menjadi komitmen utamanya untuk terus meningkatkan minat investasi.
“Kami selalu berusaha memberikan pelayanan yang terbaik dalam keperluan berinvestasi. Hal ini sudah kewajiban karena kita bicara hajat hidup warga Jatim, yang mana meningkatnya investasi, secara langsung menjadi multiplier effect mekingkatnya gairah ekonomi. Lapangan kerja meningkat dan peluang sektor ekonomi produktif seperti UMKM juga meningkat. Maka, meningkat pula perputaran uang di tengah masyarakat, terutama daya beli yang terus mengalami tren positif.”
“Oleh sebab itu, menarik minat investasi tentu harus mempertimbangkan indikator apa saja yang menjadi penentu preferensi investor. Dan setelah melalui telaah mendalam, maka diketahui bahwa salah satu faktor utama adalah kenyamanan dan dukungan dari pemerintah setempat,” pungkas mantan Kepala Bakorwil Bojonegoro itu.
Strategi Resiprositas, istilah itu disematkan oleh Anggota DPD RI Terpilih, Lia Istifhama, pada Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jatim. Bukan tanpa sebab, ning Lia, sapaan akrab keponakan Khofifah itu menjelaskan alasannya. Tepatnya setelah bertemu dengan Kepala DPMPTSP Jatim, Dyah Wahyu Ermawati, pada Jumat (19/7/24) kemarin.
“Cara Ibu Dyah Erma memberikan pelayanan yang baik untuk membentuk kenyamanan berinvestasi, merupakan aplikasi resiprositas. Resiprositas ini merupakan salah satu bentuk teori Modal Sosial yang menjelaskan bahwa akan ada pertukaran dari sebuah hubungan sosial. Jika kita menanam kebaikan, pasti akan mendapatkan panen kebaikan dari orang lain.”
Ia pun menambahkan bahwa ungkapan tersebut berkaitan dengan meningkatnya investor di Jatim. Salah satunya dengan geliat Pemprov Jatim menyambut event East Java Investment Dialogue (EJID) Oktober 2024 mendatang, sebuah event besar yang digelar kolaboratif antara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur bersama DPMPTSP Jatim, yang disebut-sebut menawarkan investasi hingga 40 Triliun.
Bukan mustahil jika Jatim berani mematok angka sefantastis itu karena pada kenyataannya realisasi investasi Jatim selalu menunjukkan tren positif di berbagai bidang Garapan, baik energi, manufaktur, pariwisata dan kawasan ekonomi khusus, seperti JIIPE dan singhasari.
Salah satu potret meningkatnya investasi di Jatim, dijelaskan oleh Pj. Gubernur Jatim Adhy Karyono dalam sambutannya saat membuka kegiatan Road to EJIF: EJID.
"Realisasi investasi triwulan I year on year (y on y) tahun 2024 meningkat sebesar 20,7 persen yang mana kontribusi realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) menyumbang 16,1 persen. Realisasi investasi ini tak lain karena kami (Pemprov Jatim) selalu berusaha memberikan layanan yang sangat baik agar semua keperluan berinvestasi bisa dipenuhi," ungkapnya saat itu.
Layanan yang baik inilah yang disebut Lia Istifhama contoh nyata strategi resiprositas yang efektif dalam menumbuhkan ekonomi.
“Kalau kita lihat contoh tawaran investasi yang sangat menggebrak itu, maka ini sangat mungkin menjadi nyata karena memang pada kenyataannya DPMPTSP memberikan pelayanan yang baik. Kebaikan yang ditanam oleh DPMPTSP inilah yang akan menjadi komunikasi ‘getok tular’ antar para investor, terutama investor asing.”
“Bahwa Jawa Timur tempat yang tepat untuk berinvestasi. Selain masyarakat Jatim yang sangat humble, juga ada dukungan dari pemerintah yang mau menyerap aspirasi kendala atau hambatan selama berinvestasi sehingga menemukan solusi yang secara long term planned, membawa maslahat bagi masyarakat.”
Sedangkan Kepala DPMPTSP Jatim, Dyah Wahyu Ermawati, menjelaskan bahwa pelayanan yang baik memang menjadi komitmen utamanya untuk terus meningkatkan minat investasi.
“Kami selalu berusaha memberikan pelayanan yang terbaik dalam keperluan berinvestasi. Hal ini sudah kewajiban karena kita bicara hajat hidup warga Jatim, yang mana meningkatnya investasi, secara langsung menjadi multiplier effect mekingkatnya gairah ekonomi. Lapangan kerja meningkat dan peluang sektor ekonomi produktif seperti UMKM juga meningkat. Maka, meningkat pula perputaran uang di tengah masyarakat, terutama daya beli yang terus mengalami tren positif.”
“Oleh sebab itu, menarik minat investasi tentu harus mempertimbangkan indikator apa saja yang menjadi penentu preferensi investor. Dan setelah melalui telaah mendalam, maka diketahui bahwa salah satu faktor utama adalah kenyamanan dan dukungan dari pemerintah setempat,” pungkas mantan Kepala Bakorwil Bojonegoro itu.