Mataram (Antaranews NTB) - Calon gubernur Nusa Tenggara Barat H Moh Suhaili FT menegaskan tidak pernah memusuhi cagub H Ahyar Abduh meski sama-sama merupakan kader Golkar yang maju dalam Pilkada 2018.
"Di dalam kompetisi mari kita saling hormat menghormati satu sama lain. Kalau ada perbedaan, itu adalah hal yang wajar," kata Suhaili di dampingi calon wakil gubernur H Muhammad Amin saat berkampanye di Mataram, Selasa.
Diakui Suhaili, dirinya menghormati sosok Ahyar Abduh yang saat ini menjabat Wali Kota Mataram dua periode.
"Dalam arti, tidak hanya karena kini sama-sama calon kepala daerah yang sedang berkompetisi, tetapi kami memang merupakan kader Golkar," katanya.
Menurut Bupati Lombok Tengah dua periode ini, dirinya memposisikan sama dengan para calon gubernur dan wakil gubernur lainnya. Karena, bagi Suhaili, semua calon yang bertarung di Pilkada NTB 2018 seperti pasangan H Ahyar Abduh - Mori Hanafi, pasangan H Zulkieflimansyah - Hj Sitti Rohmi Djalilah, dan pasangan Ali Bin Dahlan - TGH Gde Sakti, merupakan tokoh-tokoh dan putra-putri terbaik NTB.
"Ahyar Abduh adalah tokoh, kemudian sama-sama kader di Golkar. Lalu kita dituntut untuk dukung, tidak mungkin kita paksakan. Yang penting adalah tidak boleh ada permusuhan, saling jelek menjelekkan meski ada perbedaan," tegasnya.
Ketua DPD Golkar NTB ini mengajak kader dan simpatisan untuk menghargai setiap perbedaan yang ada. Ia tidak mempersoalkan bila ada kader maupun simpatisan Golkar untuk memilih Ahyar atau dirinya di Pilkada NTB 27 Juni 2018.
"Silakan kader Golkar Mataram tidak bersama-sama tapi jangan bermusuhan. Kita menghargai perbedaan yang ada, kalau tidak ada suara di kota Mataram, Insya Allah kita ambil suara dari daerah lain. Kita buat politik itu asyik," kata Suhaili di hadapan para pendukungnya yang memadati gedung tempat dilangsungkannya acara.
"Saya tidak akan banyak janji, tapi saya hanya ingin menjadi pelayan masyarakat NTB, pelayan bagi yang dipimpinnya," katanya.
Untuk itu, demi menciptakan pelaksanaan Pilkada NTB yang berlangsung aman, nyaman dan tertib, Suhaili menyatakan siap menerima jika nantinya kalah dalam kontestasi Pilkada NTB 2018, asalkan pelaksanaan pilkada tidak dibumbui kecurangan.
"Jangan dikotori dan korbankan pilkada ini dengan segala cara untuk mencapai keinginan. Saya rela tidak jadi gubernur dan wakil gubernur, terpenting masyarakat nyaman," kata Suhaili. (*)
"Di dalam kompetisi mari kita saling hormat menghormati satu sama lain. Kalau ada perbedaan, itu adalah hal yang wajar," kata Suhaili di dampingi calon wakil gubernur H Muhammad Amin saat berkampanye di Mataram, Selasa.
Diakui Suhaili, dirinya menghormati sosok Ahyar Abduh yang saat ini menjabat Wali Kota Mataram dua periode.
"Dalam arti, tidak hanya karena kini sama-sama calon kepala daerah yang sedang berkompetisi, tetapi kami memang merupakan kader Golkar," katanya.
Menurut Bupati Lombok Tengah dua periode ini, dirinya memposisikan sama dengan para calon gubernur dan wakil gubernur lainnya. Karena, bagi Suhaili, semua calon yang bertarung di Pilkada NTB 2018 seperti pasangan H Ahyar Abduh - Mori Hanafi, pasangan H Zulkieflimansyah - Hj Sitti Rohmi Djalilah, dan pasangan Ali Bin Dahlan - TGH Gde Sakti, merupakan tokoh-tokoh dan putra-putri terbaik NTB.
"Ahyar Abduh adalah tokoh, kemudian sama-sama kader di Golkar. Lalu kita dituntut untuk dukung, tidak mungkin kita paksakan. Yang penting adalah tidak boleh ada permusuhan, saling jelek menjelekkan meski ada perbedaan," tegasnya.
Ketua DPD Golkar NTB ini mengajak kader dan simpatisan untuk menghargai setiap perbedaan yang ada. Ia tidak mempersoalkan bila ada kader maupun simpatisan Golkar untuk memilih Ahyar atau dirinya di Pilkada NTB 27 Juni 2018.
"Silakan kader Golkar Mataram tidak bersama-sama tapi jangan bermusuhan. Kita menghargai perbedaan yang ada, kalau tidak ada suara di kota Mataram, Insya Allah kita ambil suara dari daerah lain. Kita buat politik itu asyik," kata Suhaili di hadapan para pendukungnya yang memadati gedung tempat dilangsungkannya acara.
"Saya tidak akan banyak janji, tapi saya hanya ingin menjadi pelayan masyarakat NTB, pelayan bagi yang dipimpinnya," katanya.
Untuk itu, demi menciptakan pelaksanaan Pilkada NTB yang berlangsung aman, nyaman dan tertib, Suhaili menyatakan siap menerima jika nantinya kalah dalam kontestasi Pilkada NTB 2018, asalkan pelaksanaan pilkada tidak dibumbui kecurangan.
"Jangan dikotori dan korbankan pilkada ini dengan segala cara untuk mencapai keinginan. Saya rela tidak jadi gubernur dan wakil gubernur, terpenting masyarakat nyaman," kata Suhaili. (*)