Bima (Antaranews NTB) - Calon Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat Mori Hanafi mengungkapan keinginan mengangkat tenun Ntobo, Bima, agar makin dikenal hingga tingkat nasional maupun internasional.
"Hasil tenun dari wanita Ntobo sangatlah berkualitas nomor satu," ujar dia di Bima.
Ia mengakui 99 persen mata pencaharian penduduk yang ada di Ntobo adalah bertani. Kaum perempuan di daerah itu sedari kecil sampai dengan dewasa bahkan manula memiliki keahlian menenun.
"Lama pembuatan satu kain tenun bisa menghabiskan waktu satu minggu jika sedang tidak musim bercocok tanam," katanya.
Menurut mantan Wakil Ketua DPRD NTB itu, setiap lembar kain tenun Ntobo dijual dengan harga Rp300 ribu, padahal jika dijual keluar dari Ntobo bisa mencapai harga jutaan rupiah.
"Makanya kita ingin mengangkat kain tenun Ntobo, sehingga semakin di kenal hingga level nasional dan internasional," katanya.
Ia menyatakan secara keseluruhan total masyarakat di NTB yang menjadi petani adalah 40 persen.
Maka dari itu, ia memaparkan mengenai program pertanian yang diberikan oleh pasangan Ahyar-Mori, salah satunya untuk memodernkan pertanian, yaitu dengan memperbaharui alat-alat pertanian.
Selain itu, program Ahyar-Mori menciptakan 10.000 wirausahawan baru.
"Nanti kita akan berikan Rp10 juta per wirausahawan untuk modal dalam berusaha," kata Mori Hanafi.
Wakil Ketua PAN Kota Bima Syamsuri berjanji memenangkan pasangan Ahyar-Mori di Ntobo dalam Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur NTB pada 27 Juni 2018.
"Minimal kita harus mengantar pasangan Ahyar-Mori mendapatkan 80 persen suara di Ntobo. Apabila masyarakat Sumbawa, Bima, dan Dompu menyatukan suara, maka bukannya tidak mungkin 30 persen dana APBD akan turun ke daerah itu," katanya. (*)
"Hasil tenun dari wanita Ntobo sangatlah berkualitas nomor satu," ujar dia di Bima.
Ia mengakui 99 persen mata pencaharian penduduk yang ada di Ntobo adalah bertani. Kaum perempuan di daerah itu sedari kecil sampai dengan dewasa bahkan manula memiliki keahlian menenun.
"Lama pembuatan satu kain tenun bisa menghabiskan waktu satu minggu jika sedang tidak musim bercocok tanam," katanya.
Menurut mantan Wakil Ketua DPRD NTB itu, setiap lembar kain tenun Ntobo dijual dengan harga Rp300 ribu, padahal jika dijual keluar dari Ntobo bisa mencapai harga jutaan rupiah.
"Makanya kita ingin mengangkat kain tenun Ntobo, sehingga semakin di kenal hingga level nasional dan internasional," katanya.
Ia menyatakan secara keseluruhan total masyarakat di NTB yang menjadi petani adalah 40 persen.
Maka dari itu, ia memaparkan mengenai program pertanian yang diberikan oleh pasangan Ahyar-Mori, salah satunya untuk memodernkan pertanian, yaitu dengan memperbaharui alat-alat pertanian.
Selain itu, program Ahyar-Mori menciptakan 10.000 wirausahawan baru.
"Nanti kita akan berikan Rp10 juta per wirausahawan untuk modal dalam berusaha," kata Mori Hanafi.
Wakil Ketua PAN Kota Bima Syamsuri berjanji memenangkan pasangan Ahyar-Mori di Ntobo dalam Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur NTB pada 27 Juni 2018.
"Minimal kita harus mengantar pasangan Ahyar-Mori mendapatkan 80 persen suara di Ntobo. Apabila masyarakat Sumbawa, Bima, dan Dompu menyatukan suara, maka bukannya tidak mungkin 30 persen dana APBD akan turun ke daerah itu," katanya. (*)