Mataram (ANTARA) - Badan Pusat Statistik melaporkan angka deflasi atau penurunan indeks harga konsumen di Nusa Tenggara Barat sebesar 0,35 persen sepanjang Juli 2024.
"Kelompok makanan, minuman, dan tembakau memberikan sumbangan deflasi bulanan sebesar 0,46 persen," kata Kepala BPS Nusa Tenggara Barat Wahyudin di Mataram, Kamis.
Komoditas yang menyumbang angka deflasi bulanan adalah tomat sebesar 0,18 persen, bawang merah 0,15 persen, daging ayam ras 0,12 persen, telur ayam ras 0,05 persen; lalu kol putih/kubis, sawi hijau, dan cabai merah masing-masing sebesar 0,03 persen.
Kemudian bawang putih, bayam dan ayam hidup masing-masing sebesar 0,02 persen; ikan tongkol/ikan ambu-ambu, udang basah, asam, pepaya, buncis, daun bawang, makanan ringan, gula pasir dan kacang panjang masing-masing sebesar 0,01 persen.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB Taufieq Hidayat menuturkan panen raya membuat komoditas-komoditas tersebut mengalami deflasi.
"Tomat harganya bisa sampai Rp2.000 per kilogram," ujarnya.
Taufieq menuturkan penurunan harga pangan, seperti tomat dan bawang merah berdampak terhadap kehidupan ekonomi para petani lokal.
Biaya produksi hingga panen acapkali tidak sebanding dengan harga pasar, sehingga situasi itu memberatkan petani.
Lebih lanjut dia mengungkapkan bahwa Nusa Tenggara Barat memerlukan industri pengolahan agar komoditas yang membanjiri pasar bisa terserap dan harga jual dapat selalu stabil.
"Kelompok makanan, minuman, dan tembakau memberikan sumbangan deflasi bulanan sebesar 0,46 persen," kata Kepala BPS Nusa Tenggara Barat Wahyudin di Mataram, Kamis.
Komoditas yang menyumbang angka deflasi bulanan adalah tomat sebesar 0,18 persen, bawang merah 0,15 persen, daging ayam ras 0,12 persen, telur ayam ras 0,05 persen; lalu kol putih/kubis, sawi hijau, dan cabai merah masing-masing sebesar 0,03 persen.
Kemudian bawang putih, bayam dan ayam hidup masing-masing sebesar 0,02 persen; ikan tongkol/ikan ambu-ambu, udang basah, asam, pepaya, buncis, daun bawang, makanan ringan, gula pasir dan kacang panjang masing-masing sebesar 0,01 persen.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB Taufieq Hidayat menuturkan panen raya membuat komoditas-komoditas tersebut mengalami deflasi.
"Tomat harganya bisa sampai Rp2.000 per kilogram," ujarnya.
Taufieq menuturkan penurunan harga pangan, seperti tomat dan bawang merah berdampak terhadap kehidupan ekonomi para petani lokal.
Biaya produksi hingga panen acapkali tidak sebanding dengan harga pasar, sehingga situasi itu memberatkan petani.
Lebih lanjut dia mengungkapkan bahwa Nusa Tenggara Barat memerlukan industri pengolahan agar komoditas yang membanjiri pasar bisa terserap dan harga jual dapat selalu stabil.