Labuan Bajo (ANTARA) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan wacana penutupan berkala Taman Nasional Komodo (TNK) di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) dilakukan demi mendukung kelestarian lingkungan kawasan itu.
"Oleh karena itu pak Frans (Plt Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores) tadi menjelaskan bahwa yang kita inginkan itu adalah menjaga agar Taman Nasional Komodo itu sesuai dengan caring capacity, daya dukung dan kuota jadi nanti disesuaikan kunjungannya," katanya usai mengikuti Investor Roundtable Discussion bersama para investor di Labuan Bajo, Rabu.
Dia juga mengungkapkan bahwa pihaknya memiliki tamu seorang investor dari Inggris yang berkunjung ke Labuan Bajo bersama keluarganya dan ia menyampaikan kepada rekannya itu bahwa TNK sangat terbatas kunjungannya dan dibatasi untuk mendukung kelestarian lingkungan
"Dan dia bisa mengerti, tapi saya pesan bahwa untuk melihat Komodo bisa ke Pulau Rinca, di situ bisa dan pengalaman yang sama tentunya tapi tidak menambah beban kunjungan di atas daya dukung yang sudah kita tetapkan untuk wilayah Taman Nasional Komodo," ujarnya.
Menurut dia, jumlah kunjungan ideal ke TNK berdasarkan studi yang didapatkan Kemenparekraf yakni berkisar 700-1.200 orang dalam satu hari.
Namun demikian, kata dia, data tersebut bersifat dinamis dan diperkirakan mengalami perubahan karena faktor perubahan iklim, isu lingkungan dan kerusakan lingkungan dalam kawasan TNK.
"Ini harus kami terus perbarui sehingga jangan sampai kita menggunakan data lama yang saya miliki itu. Hal ini yang betul-betul harus kita patuhi jangan sampai nanti kita malah justru pariwisata itu memberikan dampak negatif terhadap keberlanjutan dari ekosistem lingkungan," katanya.
Sebelumnya, Kepala Balai Taman Nasional Komodo (TNK) Hendrikus Rani Siga mengatakan wacana sistem buka tutup kawasan taman nasional untuk pemulihan (recovery) ekosistem kawasan akibat aktivitas wisata.
"Secara prinsip kawasan taman nasional butuh istirahat, butuh recovery, demikian juga sarana prasarana butuh jeda untuk dibersihkan, dirawat, dipelihara dan untuk daratan paling tidak mengurangi potensi kerusakan," katanya di Labuan Bajo, Kamis (25/7) lalu.
Baca juga: Kemenlu mengajak puluhan dubes asing keliling destinasi wisata TNK-NTT
Baca juga: Pegiat wisata kembangkan atraksi di desa sekitar TN Komodo
Ia juga menjelaskan kawasan perairan TNK cukup mengalami tekanan akibat aktivitas wisata, sehingga terdapat kerusakan akibat kegiatan wisata seperti kapal wisata yang membuang jangkar tidak pada tempatnya, aktivitas diving, sampah hingga limbah kapal wisata.
Menurut dia, wacana sistem buka tutup kawasan TNK merupakan pengaturan jadwal kunjungan wisatawan, dan penutupan secara berkala melalui kajian ilmiah yang komprehensif oleh Balai TNK yang melibatkan sejumlah pakar seperti pakar lingkungan, pariwisata, ekonomi, sosial dan budaya.
"Oleh karena itu pak Frans (Plt Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores) tadi menjelaskan bahwa yang kita inginkan itu adalah menjaga agar Taman Nasional Komodo itu sesuai dengan caring capacity, daya dukung dan kuota jadi nanti disesuaikan kunjungannya," katanya usai mengikuti Investor Roundtable Discussion bersama para investor di Labuan Bajo, Rabu.
Dia juga mengungkapkan bahwa pihaknya memiliki tamu seorang investor dari Inggris yang berkunjung ke Labuan Bajo bersama keluarganya dan ia menyampaikan kepada rekannya itu bahwa TNK sangat terbatas kunjungannya dan dibatasi untuk mendukung kelestarian lingkungan
"Dan dia bisa mengerti, tapi saya pesan bahwa untuk melihat Komodo bisa ke Pulau Rinca, di situ bisa dan pengalaman yang sama tentunya tapi tidak menambah beban kunjungan di atas daya dukung yang sudah kita tetapkan untuk wilayah Taman Nasional Komodo," ujarnya.
Menurut dia, jumlah kunjungan ideal ke TNK berdasarkan studi yang didapatkan Kemenparekraf yakni berkisar 700-1.200 orang dalam satu hari.
Namun demikian, kata dia, data tersebut bersifat dinamis dan diperkirakan mengalami perubahan karena faktor perubahan iklim, isu lingkungan dan kerusakan lingkungan dalam kawasan TNK.
"Ini harus kami terus perbarui sehingga jangan sampai kita menggunakan data lama yang saya miliki itu. Hal ini yang betul-betul harus kita patuhi jangan sampai nanti kita malah justru pariwisata itu memberikan dampak negatif terhadap keberlanjutan dari ekosistem lingkungan," katanya.
Sebelumnya, Kepala Balai Taman Nasional Komodo (TNK) Hendrikus Rani Siga mengatakan wacana sistem buka tutup kawasan taman nasional untuk pemulihan (recovery) ekosistem kawasan akibat aktivitas wisata.
"Secara prinsip kawasan taman nasional butuh istirahat, butuh recovery, demikian juga sarana prasarana butuh jeda untuk dibersihkan, dirawat, dipelihara dan untuk daratan paling tidak mengurangi potensi kerusakan," katanya di Labuan Bajo, Kamis (25/7) lalu.
Baca juga: Kemenlu mengajak puluhan dubes asing keliling destinasi wisata TNK-NTT
Baca juga: Pegiat wisata kembangkan atraksi di desa sekitar TN Komodo
Ia juga menjelaskan kawasan perairan TNK cukup mengalami tekanan akibat aktivitas wisata, sehingga terdapat kerusakan akibat kegiatan wisata seperti kapal wisata yang membuang jangkar tidak pada tempatnya, aktivitas diving, sampah hingga limbah kapal wisata.
Menurut dia, wacana sistem buka tutup kawasan TNK merupakan pengaturan jadwal kunjungan wisatawan, dan penutupan secara berkala melalui kajian ilmiah yang komprehensif oleh Balai TNK yang melibatkan sejumlah pakar seperti pakar lingkungan, pariwisata, ekonomi, sosial dan budaya.