Mataram (ANTARA) - Kapal pengangkut gas alam terkompresi pertama dan terbesar di dunia, Jayanti Baruna, telah berlabuh di Jetty Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas dan Uap (PLTMGU) Lombok Peaker, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, pada 3 September 2024.
First cargo kapal berkapasitas 23,38 MMSCF (juta standar kaki kubik per hari) diiringi water salute dan horn CNG Vessel sebagai bentuk penyambutan dan penghormatan secara simbolis.
Sandaran pertama CNG Jayanti Baruna di Jetty Lombok Peaker disambut oleh segenap insan PLN, di antaranya Executive Vice President Manajemen Konstruksi Jawa Madura Bali Maluku Papua Nusa Tenggara (EVP MKJ) Ratnasari Sjamsuddin, PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara (UIP Nusra), PLN UIP Jawa Bagian Timur dan Bali, serta PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah NTB.
Kapal dengan kategori green shipping (dapat dioperasikan dengan BBM ataupun gas) tersebut tiba di PLTMGU Lombok Peaker membawa gas alam terkompresi dari Gresik, Jawa Timur, yang selanjutnya akan melalui serangkaian prosedur sebelum menyuplai energi untuk operasional PLTMGU Lombok Peaker.
Kapal pengangkut CNG menyimpan gas alam dalam wadah bertekanan dengan suhu lingkungan. Tidak seperti kapal pengangkut gas alam cair (liquid natural gas/LNG), kapal pengangkut CNG tidak memerlukan peralatan yang mahal seperti fasilitas pencairan (liquefaction) dan terminal regasifikasi.
"Hari ini apa yang kita rencanakan dan cita-citakan, proyek CNG Vessel dan CNG plant, baik di Gresik dan Lombok, sudah mendekati tahap akhir di mana perjalanan panjang dari proyek ini khususnya terkait dengan Vessel CNG kita dari Cina diproduksi dan alhamdulillah sudah sampai di Jetty Lombok Peaker," kata EVP MKJ Ratnasari Sjamsuddin.
Baca juga: Konsumen puas pakai kendaraan listrik berbasis baterai karya SMKN 3 Mataram
Ia mengungkapkan hanya tinggal menunggu waktu bagi PLTMGU Lombok Peaker untuk dapat beroperasi menggunakan gas dan meninggalkan energi solar. Sehingga akan lebih ramah lingkungan.
"Ini adalah tujuan utama dari pembangunan CNG Vessel dan CNG plant, yaitu untuk menurunkan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) listrik, menekan angka subsidi, sekaligus meningkatkan keandalan Sistem Lombok ini," ucap ujar Ratnasari.
Keberhasilan penyandaran kapal CNG di Lombok Peaker, tak lain berkat ditunjang infrastruktur terminal khusus (tersus) Jetty PLTMGU Lombok Peaker yang memadai.
Jetty yang telah memperoleh penetapan pemenuhan komitmen pengoperasian ini memang didesain untuk mengefisienkan proses bongkar muat bahan bakar yang akan dimanfaatkan untuk mendukung operasional PLTMGU Lombok Peaker yang merupakan salah satu backbone pembangkit penyedia energi listrik pada Sistem Lombok.
Baca juga: PLN pastikan keandalan listrik untuk keberangkatan jemaah haji Embarkasi Lombok
General Manager PLN UIP Nusra, Abdul Nahwan mengatakan, kalau jetty yang menempati posisi vital dalam menunjang operasional pembangkit ini mampu menampung sandaran kapal hingga maksimum 8000 DWT.
"Di samping suplai energi yang ramah lingkungan, kehadiran Jetty Lombok Peaker juga turut berkontribusi menurunkan BPP dari pembangkit itu sendiri," ucapnya.
Jetty untuk pelabuhan bongkar muat tersebut juga telah disesuaikan dengan kondisi lingkungan, sesuai izin yang telah dikeluarkan oleh Kementerian Perhubungan, sehingga dengan demikian keberadaan dermaga tidak mencemari lingkungan, apalagi mengganggu aktivitas masyarakat sekitar yang berprofesi sebagai nelayan.
First cargo kapal berkapasitas 23,38 MMSCF (juta standar kaki kubik per hari) diiringi water salute dan horn CNG Vessel sebagai bentuk penyambutan dan penghormatan secara simbolis.
Sandaran pertama CNG Jayanti Baruna di Jetty Lombok Peaker disambut oleh segenap insan PLN, di antaranya Executive Vice President Manajemen Konstruksi Jawa Madura Bali Maluku Papua Nusa Tenggara (EVP MKJ) Ratnasari Sjamsuddin, PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara (UIP Nusra), PLN UIP Jawa Bagian Timur dan Bali, serta PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah NTB.
Kapal dengan kategori green shipping (dapat dioperasikan dengan BBM ataupun gas) tersebut tiba di PLTMGU Lombok Peaker membawa gas alam terkompresi dari Gresik, Jawa Timur, yang selanjutnya akan melalui serangkaian prosedur sebelum menyuplai energi untuk operasional PLTMGU Lombok Peaker.
Kapal pengangkut CNG menyimpan gas alam dalam wadah bertekanan dengan suhu lingkungan. Tidak seperti kapal pengangkut gas alam cair (liquid natural gas/LNG), kapal pengangkut CNG tidak memerlukan peralatan yang mahal seperti fasilitas pencairan (liquefaction) dan terminal regasifikasi.
"Hari ini apa yang kita rencanakan dan cita-citakan, proyek CNG Vessel dan CNG plant, baik di Gresik dan Lombok, sudah mendekati tahap akhir di mana perjalanan panjang dari proyek ini khususnya terkait dengan Vessel CNG kita dari Cina diproduksi dan alhamdulillah sudah sampai di Jetty Lombok Peaker," kata EVP MKJ Ratnasari Sjamsuddin.
Baca juga: Konsumen puas pakai kendaraan listrik berbasis baterai karya SMKN 3 Mataram
Ia mengungkapkan hanya tinggal menunggu waktu bagi PLTMGU Lombok Peaker untuk dapat beroperasi menggunakan gas dan meninggalkan energi solar. Sehingga akan lebih ramah lingkungan.
"Ini adalah tujuan utama dari pembangunan CNG Vessel dan CNG plant, yaitu untuk menurunkan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) listrik, menekan angka subsidi, sekaligus meningkatkan keandalan Sistem Lombok ini," ucap ujar Ratnasari.
Keberhasilan penyandaran kapal CNG di Lombok Peaker, tak lain berkat ditunjang infrastruktur terminal khusus (tersus) Jetty PLTMGU Lombok Peaker yang memadai.
Jetty yang telah memperoleh penetapan pemenuhan komitmen pengoperasian ini memang didesain untuk mengefisienkan proses bongkar muat bahan bakar yang akan dimanfaatkan untuk mendukung operasional PLTMGU Lombok Peaker yang merupakan salah satu backbone pembangkit penyedia energi listrik pada Sistem Lombok.
Baca juga: PLN pastikan keandalan listrik untuk keberangkatan jemaah haji Embarkasi Lombok
General Manager PLN UIP Nusra, Abdul Nahwan mengatakan, kalau jetty yang menempati posisi vital dalam menunjang operasional pembangkit ini mampu menampung sandaran kapal hingga maksimum 8000 DWT.
"Di samping suplai energi yang ramah lingkungan, kehadiran Jetty Lombok Peaker juga turut berkontribusi menurunkan BPP dari pembangkit itu sendiri," ucapnya.
Jetty untuk pelabuhan bongkar muat tersebut juga telah disesuaikan dengan kondisi lingkungan, sesuai izin yang telah dikeluarkan oleh Kementerian Perhubungan, sehingga dengan demikian keberadaan dermaga tidak mencemari lingkungan, apalagi mengganggu aktivitas masyarakat sekitar yang berprofesi sebagai nelayan.