Mataram (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mendapatkan tambahan satu unit mesin pencetak limbah plastik menjadi batako untuk meningkatkan produksi.

"Alhamdulillah, kami sudah mendapat alokasi anggaran sekitar Rp150 juta untuk penambahan alat pencetak batako dari limbah plastik," kata Kepala Bidang (Kabid) Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram Vidi Partisan Yuris Gamanjaya di Mataram, Selasa.

Dia mengatakan, dengan akan adanya tambahan mesin pencetak batako dari limbah plastik itu maka DLH memiliki tiga unit sehingga produksi batako dari limbah plastik juga bisa bertambah.

Adanya tambahan satu mesin, maka produksi batako dari limbah plastik di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) modern Sandubaya, bisa mencapai 300 keping per hari dari produksi sebelumnya 200 keping.

"Satu mesin mampu memproduksi 100 keping batako dari limbah plastik per hari," katanya.

Baca juga: DLH usulkan tambahan alat pencetak batako dari limbah plastik di Mataram

Tambahan satu mesin batako dari limbah plastik tersebut, menurut dia lagi, tentu saja dapat mengoptimalkan pengolahan sampah plastik yang masuk ke TPST modern Sandubaya.

Apalagi produksi sampah plastik yang masuk ke TPST tersebut lebih besar dari sampah organik. Dalam sehari, TPST itu mengolah sampah sekitar 40-46 ton dari dua kecamatan yakni Kecamatan Sandubaya dan Cakranegara.

"Dari jumlah itu, 18 ton sampah tersebut merupakan sampah organik dan sisanya 28 ton sampah plastik atau sekitar 61 persen," katanya.

Dikatakan, sejak TPST modern Sandubaya, Kota Mataram mulai uji coba beroperasi pada 3 Juni 2024, produksi batako dari sampah plastik saat ini sudah mencapai 10.000 keping lebih.

Selama proses uji coba, produksi batako dilakukan secara bertahap hingga bisa mencapai target 200 keping per hari. Mulai daru hanya 10 keping, menjadi 30, kemudian naik lagi 40, hingga mencapai 100 keping per hari untuk satu unit.

Belum lagi, ketika dua alat pencetak batako tidak bisa digunakan karena adanya sampah jenis lain yang masuk sehingga produksi batako sempat terhenti dan volume sampah yang masuk melampaui kapasitas 8 ton kontainer sampah plastik yang ada.

"Waktu itu kami sempat bekerja sama dengan pengelola Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kebon Kongok, Lombok Barat, untuk mengambil sampah plastik," katanya.

Namun setelah mesin diperbaiki, TPST modern Sandubaya kembali memproduksi batako dari limbah plastik sehingga jumlahnya mencapai lebih dari 10.000 keping.

"Sebagai uji coba, batako yang kami hasilkan sekarang sedang dipasang di areal TPST," katanya.

Setelah diuji coba di areal TPST, batako dari limbah plastik itu akan digunakan untuk jalan-jalan lingkungan dan sejumlah ruang terbuka serta taman kota.

"Untuk program jangka panjang, batako hasil dari limbah plastik tersebut kami rencanakan dikomersialkan agar bisa menambah peluang pemasukan pendapatan daerah," katanya.
 

Pewarta : Nirkomala
Editor : Abdul Hakim
Copyright © ANTARA 2024