Jakarta (ANTARA) - Peneliti musik lulusan Universitas Indonesia (UI) Ignatius Aditya Adhiyatmaka mengungkapkan peran musik lenso, yang populer pada era kepemimpinan Presiden Pertama RI Soekarno, dalam proses dekolonialisasi di Indonesia.
Peneliti yang akrab disapa Adit itu menjelaskan, musik lenso merupakan bentuk dari upaya pemaknaan ulang musik tradisional Indonesia yang selama masa penjajahan didominasi oleh sudut pandang negara barat.
"Lenso ini sebenarnya bagaimana usaha untuk memaknai ulang, bagaimana musik Indonesia itu dilihat dari sisi yang lain. Karena saya sempat melakukan riset sebelumnya bahwa musik tradisi di Indonesia itu kebanyakan pada saat itu dilihat dari kacamata barat," kata Adit dalam sebuah diskusi yang digelar di Jakarta Pusat pada Sabtu.
Ia menjelaskan, hal itu juga didorong oleh pandangan Soekarno bahwa aspek seni hiburan di Indonesia terutama di bidang seni musik dan tari pasca kemerdekaan masih terdapat pengaruh dari negara barat ditambah dengan masuknya musik-musik dari Amerika Serikat pada saat itu.
"Bung Karno itu melihat banyak sisa-sisa semangat kebarat-baratan pada saat itu dan juga diserang lagi ya sama imperialisme dari Amerika Serikat," ujarnya.
Oleh karena itu, Soekarno menggagas musik lenso, yang asalnya merupakan pengiring tarian tradisional lenso dari Maluku, sebagai upaya untuk mengemukakan sudut pandang baru dalam memaknai musik-musik dari Indonesia. Upaya tersebut, menurutnya, bukan semata-mata untuk melarang serta memberikan label negatif terhadap musik-musik dari barat.
"Justru itu menjadi arena yang sangat menarik karena pemaknaan ulang dilakukan agar bagaimana kita melihat musik tradisi, bagaimana kita melihat tari pergaulan, bagaimana kita melihat musik Indonesia secara istilah yang umum," imbuhnya.
Baca juga: Perlu kesadaran masyarakat untuk bangkitkan lenso
Baca juga: Grup musik Kahitna persembahkan lagu "Takkan Terganti"
Diketahui, lenso digagas Presiden Pertama RI Soekarno sebagai tari dan musik alternatif yang ditawarkan kepada masyarakat saat itu dalam rangka menghadapi pengaruh tren musik dan tari-tarian dari negara-negara barat.
Upaya mempopulerkan tari dan musik lenso salah satunya diwujudkan oleh Soekarno dengan menciptakan lagu bertajuk "Bersuka Ria". Lagu tersebut dinyanyikan oleh Rita Zahara, Nien Lesmana, Titiek Puspa, dan Bing Slamet dengan iringan musik dari Orkes Irama pimpinan Jack Lesmana.
Peneliti yang akrab disapa Adit itu menjelaskan, musik lenso merupakan bentuk dari upaya pemaknaan ulang musik tradisional Indonesia yang selama masa penjajahan didominasi oleh sudut pandang negara barat.
"Lenso ini sebenarnya bagaimana usaha untuk memaknai ulang, bagaimana musik Indonesia itu dilihat dari sisi yang lain. Karena saya sempat melakukan riset sebelumnya bahwa musik tradisi di Indonesia itu kebanyakan pada saat itu dilihat dari kacamata barat," kata Adit dalam sebuah diskusi yang digelar di Jakarta Pusat pada Sabtu.
Ia menjelaskan, hal itu juga didorong oleh pandangan Soekarno bahwa aspek seni hiburan di Indonesia terutama di bidang seni musik dan tari pasca kemerdekaan masih terdapat pengaruh dari negara barat ditambah dengan masuknya musik-musik dari Amerika Serikat pada saat itu.
"Bung Karno itu melihat banyak sisa-sisa semangat kebarat-baratan pada saat itu dan juga diserang lagi ya sama imperialisme dari Amerika Serikat," ujarnya.
Oleh karena itu, Soekarno menggagas musik lenso, yang asalnya merupakan pengiring tarian tradisional lenso dari Maluku, sebagai upaya untuk mengemukakan sudut pandang baru dalam memaknai musik-musik dari Indonesia. Upaya tersebut, menurutnya, bukan semata-mata untuk melarang serta memberikan label negatif terhadap musik-musik dari barat.
"Justru itu menjadi arena yang sangat menarik karena pemaknaan ulang dilakukan agar bagaimana kita melihat musik tradisi, bagaimana kita melihat tari pergaulan, bagaimana kita melihat musik Indonesia secara istilah yang umum," imbuhnya.
Baca juga: Perlu kesadaran masyarakat untuk bangkitkan lenso
Baca juga: Grup musik Kahitna persembahkan lagu "Takkan Terganti"
Diketahui, lenso digagas Presiden Pertama RI Soekarno sebagai tari dan musik alternatif yang ditawarkan kepada masyarakat saat itu dalam rangka menghadapi pengaruh tren musik dan tari-tarian dari negara-negara barat.
Upaya mempopulerkan tari dan musik lenso salah satunya diwujudkan oleh Soekarno dengan menciptakan lagu bertajuk "Bersuka Ria". Lagu tersebut dinyanyikan oleh Rita Zahara, Nien Lesmana, Titiek Puspa, dan Bing Slamet dengan iringan musik dari Orkes Irama pimpinan Jack Lesmana.