Jakarta (ANTARA) - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) menyerahkan sertifikat penetapan naskah Bo’ Sangaji Kai sebagai Ingatan Kolektif Nasional (IKON) Tahun 2024 kepada Museum Kebudayaan Samparaja Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).
 
"Penetapan naskah sebagai IKON menjadi salah satu target program Pengarusutamaan Naskah Nusantara yang tengah dijalankan Perpusnas," ujar Kepala Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara Perpusnas, Agus Sutoyo, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis.
 
Penyerahan sertifikat dilakukan Kepala Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara Perpusnas Agus Sutoyo kepada Kepala Museum Kebudayaan Samparaja, Dewi Ratna Muchlisa.
 
Selain Bo’ Sangaji Kai dari Kesultanan Bima, pada tahun ini, Perpusnas menetapkan enam naskah lainnya sebagai IKON yaitu Pustaha Laklak Tambar ni Hulit (Sumatra Utara), Naskah Undang-Undang Simbur Cahaya (Sumatra Selatan), Lontar Sri Tanjung (Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur), Kidung Bwana Winasa Karya Padanda Ngurah (Kabupaten Badung, Bali), Lontara Attoriolong Bone (Sulawesi Selatan), dan Lontar Primbon Suku Tengger (Jawa Timur).

Baca juga: Naskah kuno Sunda adalah penghubung kearifan masa lalu dengan era modern
 
Indikator capaian program Pengarusutamaan Naskah Nusantara di suatu daerah ditandai dengan adanya ekosistem pernaskahan yang baik, adanya dukungan dari pemerintah daerah, dan memiliki usulan naskah kuno unggulan yang dapat diarusutamakan pada tingkat nasional.
 
“Kami menyampaikan apresiasi atas kerja keras berbagi pihak termasuk pengelola Museum Kebudayaan Samparaja Kota Bima dan Pemerintah Daerah Kota Bima yang telah bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional sehingga terpilihnya naskah Bo’ Sangaji Kai menjadi Ingatan Kolektif Nusantara,” tambah dia.
 
Naskah Bo’ Sangaji Kai layak diakui sebagai IKON karena cakupan sejarah yang luas dan dampaknya melintasi batas negara. Naskah Bo' Sangaji Kai disebut merepresentasikan kekayaan budaya dan peristiwa penting sejarah dunia, salah satunya peristiwa meletusnya Gunung Tambora pada 1815.

Baca juga: Pemprov Jakarta sebut dapatkan naskah kuno tak mudah
 
Pemilik naskah Bo' Sangaji Kai, Dewi Ratna Muchlisa, mengatakan naskah itu menjadi dokumen penting Kesultanan Bima yang menggambarkan kemajuan peradaban.
 
“Naskah ini disalin atau ditulis ulang sehingga menjadi bukti kemajuan literasi masyarakat Bima dalam penggunaan tulisan yang terorganisasi,” kata Dewi.
 
Sementara itu, Ketua Dewan Pakar IKON Muchlis Paeni menjelaskan upaya Pengarusutamaan Naskah Nusantara masih menghadapi tantangan yang berat. Pasalnya, masih banyak naskah kuno atau manuskrip, yang oleh pemiliknya dianggap sebagai barang pusaka peninggalan leluhur.
 
Padahal sebuah manuskrip terkadang tidak hanya mengandung catatan sejarah, tetapi juga berbagai karya tentang ilmu pengetahuan. Misalnya, tentang ilmu pengetahuan di bidang pertanian, perdagangan, pengobatan, hingga tata kelola pemerintahan. Namun karena manuskrip tersebut hanya disimpan dan tidak pernah dibuka maupun dibaca, banyak ilmu pengetahuan di dalamnya yang tidak diketahui generasi sekarang.
 
 

Pewarta : Indriani
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024