Lombok Barat (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat mengatakan dampak fenomena perubahan iklim yang menaikkan muka air laut akibat pengaruh pemanasan global saat ini mengancam keberadaan pulau-pulau kecil di NTB.

"Pulau-pulau kecil di Nusa Tenggara Barat 5-10 tahun mendatang terancam hilang," kata Asisten ll Sekretaris Daerah NTB Fathul Gani dalam aksi penanaman dan bersih pantai di Lombok Barat, Sabtu.

Ia mengatakan destinasi wisata yang saat ini menjadi salah satu unggulan NTB, berupa Gili Trawangan, Meno, dan Air atau dikenal Gili Tramena juga terancam hilang.

Kawasan tiga pulau yang padat wisatawan itu, katanya, tak dikelilingi sabuk pelindung abrasi berupa pepohonan mangrove, sehingga  potensial tenggelam akibat pengaruh perubahan iklim.

Gani mengajak masyarakat untuk menjaga lingkungan dengan menanam pohon dan tidak membuang sampah ke laut demi keberlanjutan generasi masa depan.

"Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan peduli terhadap lingkungan," ucapnya.

Sebuah jurnal ilmiah yang diterbitkan Pusat Informasi Lingkungan Nasional NOAA menyebutkan rata-rata permukaan laut global saat ini telah naik sekitar 21-24 centimeter sejak 1880.

Pada 2023, rata-rata permukaan laut global menyentuh rekor tertinggi baru 101,4 milimeter di atas pencatatan pada 1993.

Perubahan iklim membuat banjir pasang air laut meningkat 300-900 persen dalam kurun waktu lima dekade terakhir. Hal itu berdampak terhadap masyarakat pesisir yang menggantungkan hidup mereka kepada laut.

Merujuk Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Nusa Tenggara Barat periode 2025-2045, pemerintah daerah setempat mengusung visi untuk menjadi provinsi kepulauan yang maju, kuat, aman, berkelanjutan, dan sejahtera.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Nusa Tenggara Barat mencatat ada 401 pulau-pulau kecil yang mendukung keberadaan dua pulau besar di NTB, yakni Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.

Potensi ratusan pulau-pulau kecil tersebut adalah kekayaan yang diharapkan bisa mendorong NTB menjadi daerah maju dengan pendapatan per kapita yang besar.

 

Pewarta : Sugiharto Purnama
Editor : Abdul Hakim
Copyright © ANTARA 2024