Jakarta (ANTARA) - Siswa berprestasi pemenang debat kebangsaan kelas 12 MAN 4 Jakarta, Alif Athallah Putra (17) yang mewakili generasi Z berharap calon pemimpin daerah dapat lebih memperhatikan isu pendidikan.
Hal tersebut disampaikan Alif di Museum Sumpah Pemuda, Jakarta, Selasa, usai menerima penghargaan sebagai pembicara terbaik dalam kompetisi debat tingkat SMA/sederajat se-Jabodetabek, menanggapi Pilkada serentak yang akan berlangsung November mendatang.
Baca juga: Kemendikbudristek sebut vokasi tumbuhkan ekonomi lokal
"Kalau dari Gen Z sendiri, utamanya kami siswa/siswi SMA, isu yang paling dekat kan berkaitan dengan bagaimana kami bisa melanjutkan ke pendidikan tinggi di tingkat selanjutnya, jadi kami berharap calon pemimpin daerah lebih concern (perhatian) ke situ," katanya.
Ia menegaskan, penting bagi calon pemimpin daerah untuk membuat program-program yang dekat dengan gen Z, mengingat berdasarkan data rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) 2024, pemilih dari Generasi Z (17-30 tahun) dan Milenial (31-40 tahun) mendominasi pada Pemilu 2024 dengan persentase 56,45 persen dari total pemilih pada Pemilu 2024.
"Jadi kami berharap ada program-program yang terdekat dengan kami, bagaimana masuk kuliah, merujuk pada bagaimana menyediakan program-program yang menjamin kami untuk mendapatkan pendidikan di tingkat selanjutnya," tuturnya.
Menurutnya, ciri khas gen Z yakni menginginkan program yang simpel dan langsung menyasar mereka.
Baca juga: UNESCO kagum melihat perkembangan transformasi digital pendidikan RI
"Jadi ciri khas salah satunya itu, kita mau yang simpel, ya sudah yang mau ditawarkan ke kita apa, buat isu-isu yang terdekat langsung jadi, itu mungkin cepat lah, sat-set buat kita sehingga bisa langsung merasakan," ucapnya.
Selain itu, menurutnya, isu tentang pekerjaan juga menjadi salah satu hal penting yang perlu diperhatikan oleh calon pemimpin daerah.
"Di lingkungan pekerjaan juga perlu diperhatikan, karena banyak gen Z yang sudah mulai masuk kerja, dan biasanya gen Z kan juga lebih efektif, kerjanya lebih bagus kalau kita work from anywhere (kerja dari mana saja) daripada work from office (kerja dari kantor)," tuturnya.
Menurutnya, selama ini pembelajaran yang diikuti di sekolah juga telah mendukung untuk mengerjakan tugas dari mana saja, sehingga program bekerja dari mana saja tentu cocok diterapkan oleh pemimpin daerah untuk meningkatkan produktivitas gen Z.
Hal tersebut disampaikan Alif di Museum Sumpah Pemuda, Jakarta, Selasa, usai menerima penghargaan sebagai pembicara terbaik dalam kompetisi debat tingkat SMA/sederajat se-Jabodetabek, menanggapi Pilkada serentak yang akan berlangsung November mendatang.
Baca juga: Kemendikbudristek sebut vokasi tumbuhkan ekonomi lokal
"Kalau dari Gen Z sendiri, utamanya kami siswa/siswi SMA, isu yang paling dekat kan berkaitan dengan bagaimana kami bisa melanjutkan ke pendidikan tinggi di tingkat selanjutnya, jadi kami berharap calon pemimpin daerah lebih concern (perhatian) ke situ," katanya.
Ia menegaskan, penting bagi calon pemimpin daerah untuk membuat program-program yang dekat dengan gen Z, mengingat berdasarkan data rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) 2024, pemilih dari Generasi Z (17-30 tahun) dan Milenial (31-40 tahun) mendominasi pada Pemilu 2024 dengan persentase 56,45 persen dari total pemilih pada Pemilu 2024.
"Jadi kami berharap ada program-program yang terdekat dengan kami, bagaimana masuk kuliah, merujuk pada bagaimana menyediakan program-program yang menjamin kami untuk mendapatkan pendidikan di tingkat selanjutnya," tuturnya.
Menurutnya, ciri khas gen Z yakni menginginkan program yang simpel dan langsung menyasar mereka.
Baca juga: UNESCO kagum melihat perkembangan transformasi digital pendidikan RI
"Jadi ciri khas salah satunya itu, kita mau yang simpel, ya sudah yang mau ditawarkan ke kita apa, buat isu-isu yang terdekat langsung jadi, itu mungkin cepat lah, sat-set buat kita sehingga bisa langsung merasakan," ucapnya.
Selain itu, menurutnya, isu tentang pekerjaan juga menjadi salah satu hal penting yang perlu diperhatikan oleh calon pemimpin daerah.
"Di lingkungan pekerjaan juga perlu diperhatikan, karena banyak gen Z yang sudah mulai masuk kerja, dan biasanya gen Z kan juga lebih efektif, kerjanya lebih bagus kalau kita work from anywhere (kerja dari mana saja) daripada work from office (kerja dari kantor)," tuturnya.
Menurutnya, selama ini pembelajaran yang diikuti di sekolah juga telah mendukung untuk mengerjakan tugas dari mana saja, sehingga program bekerja dari mana saja tentu cocok diterapkan oleh pemimpin daerah untuk meningkatkan produktivitas gen Z.