Jakarta (ANTARA) - Pengamat pariwisata Sari Lenggogeni menilai sektor ekonomi kreatif (ekraf) memiliki potensi besar menjadi penopang perekonomian nasional, terutama dengan target pertumbuhan ekonomi delapan persen per tahun pada Pemerintahan Presiden Prabowo.
Namun, menurut dia, kolaborasi dan kemampuan menarik investasi akan menjadi kunci keberhasilan sektor ini.
“Sektor ekraf memerlukan hilirisasi yang kuat, terutama dalam peningkatan jumlah usaha yang terdaftar, nilai ekspor, dan kontribusi UMKM di bidang ekraf,” ujar Sari kepada ANTARA saat dihubungi di Jakarta, Rabu.
Sari menambahkan kedua menteri baru, Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana dan Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya setidaknya harus memiliki kemampuan berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk swasta dan investor.
Hal lain, menurut dia, perlunya inovasi dalam kepemimpinan sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam pengembangan sektor pariwisata dan ekraf. Menurutnya, tantangan terbesar adalah bagaimana mengatasi keterbatasan anggaran melalui pendekatan kreatif dan kolaboratif.
Baca juga: Tarian tradisional bisa jadi daya tarik masuknya turis
“Anggaran yang terbatas harus diatasi dengan inovasi dalam kepemimpinan, terutama kemampuan untuk menjalin kolaborasi dan menarik investasi dari berbagai pihak,” ujarnya pula.
Lebih lanjut, pemerataan pengembangan lima destinasi superprioritas dan provinsi lainnya juga menjadi hal penting agar provinsi lain tidak tertinggal dalam pengembangan pariwisata dan ekraf. Ia juga menekankan bahwa meski anggaran terbatas, pemerintah harus kreatif dalam mengelola sumber daya yang ada.
Baca juga: Jaksa mengklarifikasi pejabat pelaksana megaproyek Kemenpar di Lombok
“Dengan kolaborasi yang baik, ekraf bisa berkembang pesat meskipun tantangan anggaran menjadi perhatian utama,” sebutnya.
Namun, menurut dia, kolaborasi dan kemampuan menarik investasi akan menjadi kunci keberhasilan sektor ini.
“Sektor ekraf memerlukan hilirisasi yang kuat, terutama dalam peningkatan jumlah usaha yang terdaftar, nilai ekspor, dan kontribusi UMKM di bidang ekraf,” ujar Sari kepada ANTARA saat dihubungi di Jakarta, Rabu.
Sari menambahkan kedua menteri baru, Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana dan Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya setidaknya harus memiliki kemampuan berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk swasta dan investor.
Hal lain, menurut dia, perlunya inovasi dalam kepemimpinan sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam pengembangan sektor pariwisata dan ekraf. Menurutnya, tantangan terbesar adalah bagaimana mengatasi keterbatasan anggaran melalui pendekatan kreatif dan kolaboratif.
Baca juga: Tarian tradisional bisa jadi daya tarik masuknya turis
“Anggaran yang terbatas harus diatasi dengan inovasi dalam kepemimpinan, terutama kemampuan untuk menjalin kolaborasi dan menarik investasi dari berbagai pihak,” ujarnya pula.
Lebih lanjut, pemerataan pengembangan lima destinasi superprioritas dan provinsi lainnya juga menjadi hal penting agar provinsi lain tidak tertinggal dalam pengembangan pariwisata dan ekraf. Ia juga menekankan bahwa meski anggaran terbatas, pemerintah harus kreatif dalam mengelola sumber daya yang ada.
Baca juga: Jaksa mengklarifikasi pejabat pelaksana megaproyek Kemenpar di Lombok
“Dengan kolaborasi yang baik, ekraf bisa berkembang pesat meskipun tantangan anggaran menjadi perhatian utama,” sebutnya.