Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Ikatan Praktisi dan Ahli Demografi Indonesia (IPADI) Sudibyo Alimoeso mengatakan edukasi kepada orang tua menentukan keberlanjutan makan bergizi gratis, utamanya ketika anak sudah berada di rumah.
“Walaupun kita sudah ada program makan bergizi gratis ini, tetapi kalau keluarga itu tidak diedukasi dan diberikan literasi tentang bagaimana memberikan makanan yang bergizi dan seimbang, nanti susah keberlanjutannya itu,” katanya saat ditemui di Jakarta, Senin.
Ia menegaskan, masih banyak orang tua yang belum paham arti memberikan makan yang seimbang sehingga pemantauan makan bergizi gratis juga perlu dilakukan secara berkelanjutan sampai ke rumah.
“Walaupun nanti dikasih makan gratis itu di sekolah, kalau tanpa kontrol di rumahnya, akan jadi persoalan nanti, belum tentu pada sasaran yang tepat akhirnya, misal nanti ketika dikirim makanan bergizi gratis, karena anaknya tidak habis waktu makan, jadi orang tuanya menganggap ‘ah ya sudahlah kita habiskan saja’, nah itu kan tidak tepat sasaran,” paparnya.
Program Manager Stunting Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga itu juga mengemukakan, sebagian besar orang tua belum memiliki kesadaran penuh untuk berupaya memperbaiki gizi anaknya agar terhindar dari malnutrisi.
“Sebenarnya kalau terjadi malnutrisi cepat diatasi kemungkinan tidak menimbulkan stunting yang baru, tetapi persoalannya kan seolah-olah keluarga itu menunggu anaknya menjadi stunting karena enggak punya upaya untuk memperbaiki gizinya. Nah, program makan bergizi gratis ini bagus, yang penting tepat pada sasaran,” ujar dia.
Sudibyo juga menekankan pentingnya memanfaatkan produk-produk dari bahan lokal untuk memudahkan apabila masyarakat juga diberdayakan untuk mengolah makanan bergizi gratis tersebut.
Baca juga: Pemkot Mataram dan Kejaksaan edukasi nelayan Pantai Loang Baloq
“Sehingga dasarnya kan agar semua berusaha memakai produk lokal ya. Nah, tentu dengan persyaratan-persyaratan yang mudah dilakukan oleh masyarakat, jangan sampai nanti terbebani bagaimana cara mengeksplorasi makanan bergizi gratis ini,” ucapnya.
Menurutnya, penggunaan produk lokal sangat penting karena asal-muasalnya lebih pasti dan bisa dipastikan keberlanjutannya karena mudah didapatkan atau diproduksi di wilayah masing-masing.
“Produk lokal itu mengapa penting? Supaya masyarakat itu bisa mandiri dan keberlangsungannya kan menjadi lebih pasti, daripada mencari-cari di tempat lain, kalau di situ ada kan artinya lebih pasti begitu ya,” tuturnya.
Baca juga: Kemenkes edukasi pentingnya jaga kesehatan mental
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto telah membentuk 85 kantor satuan layanan program Makan Gizi Gratis yang kini sedang diuji coba di seluruh provinsi di Indonesia.
Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi usai menghadiri Retret Kabinet Merah Putih di Akmil Magelang, Jawa Tengah, Minggu (27/10) menyebut satuan layanan itu disiapkan menjelang pelaksanaan program pada awal Januari 2025.
"Uji coba ini kan tidak hanya di satu tempat. Kami punya tempat uji coba yang sudah berjalan berbulan-bulan. Kurang lebih ada 10 bulan sudah, evaluasinya pun sudah banyak," katanya.
“Walaupun kita sudah ada program makan bergizi gratis ini, tetapi kalau keluarga itu tidak diedukasi dan diberikan literasi tentang bagaimana memberikan makanan yang bergizi dan seimbang, nanti susah keberlanjutannya itu,” katanya saat ditemui di Jakarta, Senin.
Ia menegaskan, masih banyak orang tua yang belum paham arti memberikan makan yang seimbang sehingga pemantauan makan bergizi gratis juga perlu dilakukan secara berkelanjutan sampai ke rumah.
“Walaupun nanti dikasih makan gratis itu di sekolah, kalau tanpa kontrol di rumahnya, akan jadi persoalan nanti, belum tentu pada sasaran yang tepat akhirnya, misal nanti ketika dikirim makanan bergizi gratis, karena anaknya tidak habis waktu makan, jadi orang tuanya menganggap ‘ah ya sudahlah kita habiskan saja’, nah itu kan tidak tepat sasaran,” paparnya.
Program Manager Stunting Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga itu juga mengemukakan, sebagian besar orang tua belum memiliki kesadaran penuh untuk berupaya memperbaiki gizi anaknya agar terhindar dari malnutrisi.
“Sebenarnya kalau terjadi malnutrisi cepat diatasi kemungkinan tidak menimbulkan stunting yang baru, tetapi persoalannya kan seolah-olah keluarga itu menunggu anaknya menjadi stunting karena enggak punya upaya untuk memperbaiki gizinya. Nah, program makan bergizi gratis ini bagus, yang penting tepat pada sasaran,” ujar dia.
Sudibyo juga menekankan pentingnya memanfaatkan produk-produk dari bahan lokal untuk memudahkan apabila masyarakat juga diberdayakan untuk mengolah makanan bergizi gratis tersebut.
Baca juga: Pemkot Mataram dan Kejaksaan edukasi nelayan Pantai Loang Baloq
“Sehingga dasarnya kan agar semua berusaha memakai produk lokal ya. Nah, tentu dengan persyaratan-persyaratan yang mudah dilakukan oleh masyarakat, jangan sampai nanti terbebani bagaimana cara mengeksplorasi makanan bergizi gratis ini,” ucapnya.
Menurutnya, penggunaan produk lokal sangat penting karena asal-muasalnya lebih pasti dan bisa dipastikan keberlanjutannya karena mudah didapatkan atau diproduksi di wilayah masing-masing.
“Produk lokal itu mengapa penting? Supaya masyarakat itu bisa mandiri dan keberlangsungannya kan menjadi lebih pasti, daripada mencari-cari di tempat lain, kalau di situ ada kan artinya lebih pasti begitu ya,” tuturnya.
Baca juga: Kemenkes edukasi pentingnya jaga kesehatan mental
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto telah membentuk 85 kantor satuan layanan program Makan Gizi Gratis yang kini sedang diuji coba di seluruh provinsi di Indonesia.
Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi usai menghadiri Retret Kabinet Merah Putih di Akmil Magelang, Jawa Tengah, Minggu (27/10) menyebut satuan layanan itu disiapkan menjelang pelaksanaan program pada awal Januari 2025.
"Uji coba ini kan tidak hanya di satu tempat. Kami punya tempat uji coba yang sudah berjalan berbulan-bulan. Kurang lebih ada 10 bulan sudah, evaluasinya pun sudah banyak," katanya.