Mataram (ANTARA) - Penyidik Kepolisian Resor Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, mengagendakan pemeriksaan secara maraton saksi kasus dugaan korupsi dalam kegiatan sewa alat berat milik Balai Pemeliharaan Jalan Provinsi Wilayah Lombok pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) NTB.

Kepala Satreskrim Polresta Mataram Komisaris Polisi I Made Yogi Purusa Utama di Mataram, Rabu, mebgatakan bahwa pihaknya telah menindaklanjuti agenda tersebut dengan melayangkan surat panggilan kepada para saksi.

"Agenda pemeriksaan maraton akan kami mulai pada pekan ini," kata Yogi.

Dia menjelaskan bahwa nama-nama saksi yang masuk agenda awal pada pekan ini berasal dari Balai Pemeliharaan Jalan Provinsi Wilayah Lombok pada Dinas PUPR NTB.

"Totalnya enam orang saksi dari balai, termasuk mantan Kadis PUPR NTB, itu dulu untuk pekan ini," ujarnya.

Baca juga: Polisi minta inspektorat audit kasus sewa alat berat PUPR NTB

Selain dari balai, pihak yang masuk dalam agenda pemeriksaan maraton ini berasal dari Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah (Bappenda) NTB, Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) NTB, termasuk pihak penyewa bernama Fendy asal Kediri, Kabupaten Lombok Barat, yang berdomisili di Kabupaten Lombok Timur.

Dalam tahap penyidikan ini, Polresta Mataram belum mengungkap peran tersangka. Yogi memastikan agenda pemeriksaan ini bagian dari upaya mengungkap hal tersebut.

"Untuk audit kerugian, kami akan meminta dukungan dari inspektorat, tetapi itu nanti setelah saksi-saksi selesai," ucap dia.

Baca juga: Polisi sita ekskavator dalam kasus korupsi alat berat PUPR NTB

Perihal alat berat yang masuk dalam objek sewa dipastikan Yogi masih dalam pencarian penyidik di lapangan. Dia meyakini bahwa keberadaan dari truk jungkit dan mesin pengaduk semen yang belum tersita diketahui oleh Fendy.

"Jadi, poinnya ini ada Fendy si penyewa, kalau dia sudah ketemu, pasti sisa barang bukti bisa kami dapatkan," ucap dia.

Untuk ekskavator, Yogi memastikan bahwa tindak lanjut penyitaan pada Senin (21/10), di Desa Pengadangan, Kecamatan Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur, kini sudah berada di kantor Balai Pemeliharaan Jalan Provinsi Wilayah Lombok pada Dinas PUPR NTB.

"Tindak lanjut sita pekan lalu itu, posisi ekskavator sekarang sudah kami titip ke kantor balai di Ampenan, Kota Mataram, statusnya masih barang bukti kasus," kata Yogi.

Baca juga: Polisi ancam jemput paksa penyewa alat berat PUPR NTB

Dalam penanganan kasus ini penyidik telah mengantongi potensi kerugian keuangan negara dengan nilai sedikitnya Rp3 miliar. Nilai kerugian itu muncul dari kalkulasi sewa yang dimulai sejak tahun 2021 hingga Juli 2024.

Yogi turut memastikan pihaknya meningkatkan status penanganan ke tahap penyidikan usai menemukan indikasi perbuatan melawan hukum dari proses klarifikasi data dan keterangan para pihak terkait.

Baca juga: Kerugian negara dalam kasus sewa alat berat PUPR NTB capai Rp3 miliar

Pewarta : Dhimas Budi Pratama
Editor : Abdul Hakim
Copyright © ANTARA 2024