Mataram (Antaranews NTB) - Kantor Bursa Efek Indonesia Perwakilan Nusa Tenggara Barat mencatat jumlah investor pasar modal dari provinsi tersebut hingga Oktober 2018 sebanyak 3.895 orang, mayoritas berasal dari generasi milenial atau berusia 18-30 tahun.
Kepala Bursa Efek Indonesia (BEI) Perwakilan NTB, Gusti Ngurah P Sandiana, di Mataram, Sabtu, menyebutkan investor pasar modal dari NTB yang berusia 18-25 tahun sebanyak 1.412 orang, usia 26-30 tahun 575 orang. Sedangkan usia 31-40 sebanyak 946 orang dan usia 41-100 tahun 953 orang.
"Berdasarkan gender, investor dari NTB yang memiliki nomor tunggal identitas investor(SID), terdiri atas laki-laki 2.140 orang dan perempuan 1.569 orang," katanya usai memberikan materi pengenalan pasar kepada jurnalis dari berbagai media di Mataram.
Ia mengatakan sebagian besar investor tersebut masih berstatus pelajar/mahasiswa, yakni sebanyak 1.201 SID. Ada juga dari kalangan pegawai swasta sebanyak 1.113 SID, pegawai negeri sipil 711 SID, pengusaha 394 SID, pensiunan dan lainnya 342 SID, guru 71 SID, ibu rumah tangga 36 SID, dan TNI/Polri 9 SID.
Total aset seluruh investor pasar modal dari NTB yang tercatat di BEI mencapai Rp212,85 miliar, terdiri atas aset dalam bentuk saham senilai Rp84,35 miliar dan aset selain saham senilai Rp128,5 miliar.
"Seluruh investor tersebut membeli saham dan reksadana berbagai perusahaan, tapi kami tidak merekapitulasi data sampai sejauh itu," ujarnya.
Menurut pria yang akrab disapa Sandiana tersebut, mayoritas investor pasar modal dari NTB berasal dari kalangan pelajar/mahasiswa sebagai dampak dari pembentukan galeri investasi di lima kampus.
Kampus yang sudah memiliki galeri investasi dan bermitra dengan BEI adalah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Akademi Manajemen Mataram (STIE AMM), Universitas Mataram, Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, Universitas Teknologi Sumbawa (UTS), dan Unmas.
Para mahasiswa yang sudah menjadi investor sudah membentuk komunitas investor di masing-masing kampusnya sebagai wadah untuk saling berbagi informasi mengenai perkembangan pasar modal.
"Kami akan terus memperbanyak komunitas-komunitas mahasiswa yang sudah menjadi investor pasar modal. Makanya, kami terus bergerak melakukan edukasi ke kampus-kampus," kata Sandiana.
M. Denny Wahyu Pratama, salah seorang mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Unram, semester V, mengaku sangat tertarik untuk ikut menjadi investor di pasar modal karena bisa menjadi salah satu cara memperdalam ilmu ekonomi keuangan.
"Saya membeli saham tiga perusahaan, tapi nilainya kecil-kecilan karena masih mengandalkan uang bulanan orang tua. Ada dapat untung (capital margin), tapi masih kecil," tutur Ketua Sasambo Investor Community tersebut.
Hal senada juga dikatakan Merta Wartika. Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Unram, tersebut mengaku ikut menjadi investor pasar modal di BEI karena arahan dari dosen. Namun setelah enam bulan menjadi investor baru merasakan manfaat yang diperoleh dari sisi ilmu ekonomi.
"Saya baru punya dua slot saham dengan harga Rp100 ribu. Itu dibeli dengan menyisihkan sebagian uang jajan dari orang tua. Sejauh ini baru untung Rp5.000, tapi pernah rugi juga Rp3.000," tutur Merta tersenyum. (*)
Kepala Bursa Efek Indonesia (BEI) Perwakilan NTB, Gusti Ngurah P Sandiana, di Mataram, Sabtu, menyebutkan investor pasar modal dari NTB yang berusia 18-25 tahun sebanyak 1.412 orang, usia 26-30 tahun 575 orang. Sedangkan usia 31-40 sebanyak 946 orang dan usia 41-100 tahun 953 orang.
"Berdasarkan gender, investor dari NTB yang memiliki nomor tunggal identitas investor(SID), terdiri atas laki-laki 2.140 orang dan perempuan 1.569 orang," katanya usai memberikan materi pengenalan pasar kepada jurnalis dari berbagai media di Mataram.
Ia mengatakan sebagian besar investor tersebut masih berstatus pelajar/mahasiswa, yakni sebanyak 1.201 SID. Ada juga dari kalangan pegawai swasta sebanyak 1.113 SID, pegawai negeri sipil 711 SID, pengusaha 394 SID, pensiunan dan lainnya 342 SID, guru 71 SID, ibu rumah tangga 36 SID, dan TNI/Polri 9 SID.
Total aset seluruh investor pasar modal dari NTB yang tercatat di BEI mencapai Rp212,85 miliar, terdiri atas aset dalam bentuk saham senilai Rp84,35 miliar dan aset selain saham senilai Rp128,5 miliar.
"Seluruh investor tersebut membeli saham dan reksadana berbagai perusahaan, tapi kami tidak merekapitulasi data sampai sejauh itu," ujarnya.
Menurut pria yang akrab disapa Sandiana tersebut, mayoritas investor pasar modal dari NTB berasal dari kalangan pelajar/mahasiswa sebagai dampak dari pembentukan galeri investasi di lima kampus.
Kampus yang sudah memiliki galeri investasi dan bermitra dengan BEI adalah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Akademi Manajemen Mataram (STIE AMM), Universitas Mataram, Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, Universitas Teknologi Sumbawa (UTS), dan Unmas.
Para mahasiswa yang sudah menjadi investor sudah membentuk komunitas investor di masing-masing kampusnya sebagai wadah untuk saling berbagi informasi mengenai perkembangan pasar modal.
"Kami akan terus memperbanyak komunitas-komunitas mahasiswa yang sudah menjadi investor pasar modal. Makanya, kami terus bergerak melakukan edukasi ke kampus-kampus," kata Sandiana.
M. Denny Wahyu Pratama, salah seorang mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Unram, semester V, mengaku sangat tertarik untuk ikut menjadi investor di pasar modal karena bisa menjadi salah satu cara memperdalam ilmu ekonomi keuangan.
"Saya membeli saham tiga perusahaan, tapi nilainya kecil-kecilan karena masih mengandalkan uang bulanan orang tua. Ada dapat untung (capital margin), tapi masih kecil," tutur Ketua Sasambo Investor Community tersebut.
Hal senada juga dikatakan Merta Wartika. Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Unram, tersebut mengaku ikut menjadi investor pasar modal di BEI karena arahan dari dosen. Namun setelah enam bulan menjadi investor baru merasakan manfaat yang diperoleh dari sisi ilmu ekonomi.
"Saya baru punya dua slot saham dengan harga Rp100 ribu. Itu dibeli dengan menyisihkan sebagian uang jajan dari orang tua. Sejauh ini baru untung Rp5.000, tapi pernah rugi juga Rp3.000," tutur Merta tersenyum. (*)