Mataram (ANTARA) - Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat konsisten mengembangkan produk cukli, kerajinan ukiran kayu dengan motif hiasan kulit kerang kreasi warga binaan yang tergabung dalam kelompok "Cukli Begawean".

Kepala Seksi Kegiatan Kerja Lapas Kelas IIA Lombok Barat Murdahim mengatakan bahwa produk cukli warga binaan kini sudah banyak peminatnya.

"Banyak pesan dari produk unggulan kami, tidak hanya dari NTB saja, ada juga dari Kalimantan, Jakarta. Rata-rata pesanan datang dari jejaring Kemenkumham, baik itu dari ditjen, UPT dan kanwil provinsi lain," kata Murdahim saat ditemui disela kegiatan mendampingi warga binaan berkreasi di sanggar kerja Lapas Kelas IIA Lombok Barat, NTB, Jumat.

Dari ratusan produk cukli, jelas dia, banyak peminat yang memesan kursi dan meja. Ada juga produk lainnya seperti tiang bendera, mimbar, plakat, dan meja tanda tangan.

Terkini, kata dia, ada pesanan satu paket meja kursi yang datang dari salah satu Direktorat Jenderal Kemenkumham RI di Jakarta. Kelompok warga binaan yang terdiri dari tujuh orang mengerjakannya dalam waktu 1,5 bulan.

"Karena jumlah dan volume pengerjaannya cukup banyak, ada empat kursi salah satunya kursi ukuran panjang ditambah meja, makanya pengerjaannya cukup lama sampai 1,5 bulan," ujar dia.

Untuk soal harga, Murdahim mengatakan nilainya tergantung dari volume kebutuhan bahan baku. Untuk paket meja kursi saja bisa mencapai harga belasan juta.

"Yang meja berbahan baku kayu mahoni ukuran 1 meter persegi dengan di atasnya bidak catur, itu harganya bisa sampai Rp5 juta," ucapnya.

Setiap ada produk yang terjual, Murdahim memastikan ada upah yang menjadi hak warga binaan. Persentase upahnya tergantung dari volume pekerjaan dan tingkat kesulitan.

"Untuk yang bagian pasang kulit kerangnya ini bisa sampai 20 persen dari harga jual," ujar dia.

Bahkan, sebagai bentuk komitmen mendukung warga binaan dalam berkreasi membangun kemandirian, pihaknya telah memberikan mereka bekal berupa sertifikasi keahlian melalui Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Lalo Begawean yang berada di bawah naungan Lapas Kelas IIA Lombok Barat.

"Jadi, LPK Lalo Begawean kami ini sudah tercatat di Disnaker Lombok Barat. Melalui LPK ini kami berikan warga binaan yang ikut pelatihan sertifikasi keahlian. Inilah bentuk konsistensi kami dalam mengembangkan bakat warga binaan," kata dia.

Dengan adanya sertifikasi keahlian tersebut, pihaknya berharap dapat menjadi bekal dan modal warga binaan dalam mendapatkan penghasilan usai bebas menjalani hukuman.

Kini jumlah warga binaan yang menjadi perajin cukli sudah mencapai puluhan orang. Seperti, salah seorang di antaranya bernama Muamer Kadapi.

Sebagai warga binaan yang menggeluti kerajinan cukli, Dapi sapaan akrabnya turut menjadi salah seorang mentor kerajinan cukli bagi rekan-rekan warga binaan di Lapas Kelas IIA Lombok Barat.

"Semenjak saya masuk sampai sekarang, sudah ada sekitar 30 warga binaan yang jadi perajin. Itu yang dari saya latih saja, belum yang lain," ujarnya.

Baca juga: Sebanyak 64 napi asal Sumut dipindah ke Lapas Nusakambangan

Selama menjadi perajin cukli, Dapi mengakui dirinya bisa mendapatkan penghasilan yang selalu dikirim ke keluarganya di Sayang-sayang, Kota Mataram.

"Kalau lagi banyak itu, seperti pesanan kemarin, ada paket meja kursi, itu saya dapat Rp1,2 juta. Itu saya kirim langsung ke keluarga di rumah," kata Dapi.

Pria yang memang punya pengalaman di bidang kerajinan cukli ini menjalani hukuman pidana di Lapas Kelas IIA Lombok Barat sejak tahun 2021.

Selama menjalani hukuman, Dapi mengaku kerap mengirimkan uang ke keluarganya setiap bulan dari pendapatan pembuatan cukli.

"Itu dia makanya saya di sini sangat terima kasih kepada pihak lapas yang sudah berikan saya kesempatan untuk berkreasi dan alhamdulillah, pendapatan dari cukli ini saya bisa kirim lebihnya ke keluarga setiap bulan," ujarnya.

Dapi yang hari ini mendapatkan SK bebas menjalani hukuman pidana tersebut turut menyampaikan rencananya di luar nanti. Dia menyampaikan akan kembali menggeluti usaha cukli ini.

Baca juga: Lapas II A Lombok Barat sita ratusan barang terlarang dari warga binaan

"Apalagi sekarang pariwisata sudah mulai ramai kata adik saya di luar, saya akan bangun lagi usaha cukli ini di rumah sembari budidaya lele," kata Dapi.

Dia pun berharap kepada rekan-rekan yang masih menjalani hukuman pidana agar konsisten dalam menggeluti kerajinan cukli. Menurut dia, menjadi aeorang perajun cukli tidak butuh keahlian khusus, melainkan kemauan dan kesabaran.

"Keahlian tidak mesti di sini. Cuma butuh kemauan dan kesabaran, itu saja kuncinya," ujar dia.

Pewarta : Dhimas Budi Pratama
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024